1 reply
Amalia wroteon March 10, 2009 at 5:20am
Beberapa bulan terakhir ramai dibicarakan orang tentang pernikahan Syech Puji dengan seorang perempuan belia yang masih dibawah umur. Pernikahan yang dilakukan dengan seorang perempuan yang dalam hal ini masih kanak-kanak tidak hanya menyalahi hukum tetapi hal ini menyangkut banyak hal terutama kesehatan, baik fisik maupun mental anak tersebut, hal ini ternyata semakin meluas dengan mengangkat juga pernikahan A'isyah dan Rasulullah Saw. terutama menyangkut usia A'isyah pada saat itu. Sebagian orang meyakini bahwa A'isyah pada saat itu dinikahi Rasulullah Saw. di usia 7 atau 9 tahun, hal ini tidak saja menjadi pembenaran bagi sebagian pria untuk menikahi perempuan dibawah umur tetapi menimbulkan suatu masalah yang mengejutkan. Dengan adanya tuduhan bahwa Nabi Muhammad Saw. memiliki ketertarikan seksual lelaki dewasa pada anak perempuan dibawah umur. Disini O Hashem menuliskan hal tersebut dengan membuka satu persatu catatan sejarah dan para perawi hadis yang ada pada zaman itu, apakah fakta sejarah yang terungkap dalam tulisan tersebut? Silahkan anda menbacanya lebih dalam buku di atas.
Post #2
Ifadah wroteon March 10, 2009 at 2:00pm
Waduh! apa dasarnya sebagian kaum muslimin mengatakan bahwa Siti 'Aisyah dinikahi oleh Rasulullah saw di usia dini? Bahkan sebagian org menyandarkan nikahi seperti itu sbg sunnah Nabi saw.
Memang tdk rasional bahwa Rasulullah saw menikahi Siti Aisyah dlm usia dini. Bagaimana jadinya kl itu sunnah Nabi saw dan dicontoh oleh umatnya. Bisa2 banyak gadis muslimah yg putus sekolah di usia SD. Bisa tertinggal umat Islam khususnya kaum wanita muslimah. Ini salah satu bentuk penzaliman dan penindasan terhadap hak-hak perempuan.
Saya jadi penasaran. Ibu Amalia bisa memposting di Group ini dasar2 hadisnya bahwa Siti 'Aisyah dinikahi Rasulullah saw bukan di usia dini. Jadi dalam usia berapa Siti 'Aisyah dinikahi oleh Rasulullah saw?
Post #3
1 reply
NURMANSYAH wroteon March 10, 2009 at 2:08pm
Kalau gitu, bagaimana kiyai, syeikh atau ustadz yg menikahi gadis di bawah umur? Gagal dong mereka sebagai mencontoh sunnah Nabi saw. Saya kira kak Seto sangat perlu dikasih hadiah Buku itu agar bisa dijadikan rujukan dlm perlindungan hak anak2.
Post #4
1 reply
Dudi replied to Amalia 's poston March 10, 2009 at 7:06pm
Bukunya dimana Bu?
Post #5
Arif wroteon March 10, 2009 at 8:43pm
Salah satu bukti diambil dari kisah Perang BADAR dan UHUD
Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab karahiyati'l- isti`anah fi'l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: "ketika kita mencapai Shajarah". Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar.
Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab Ghazwi'l-nisa' wa qitalihinnama` a'lrijal) : "Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb]."
Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud and Badr.
Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu'l-maghazi, Bab Ghazwati'l-khandaq wa hiya'l-ahza' b): "Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb."
Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 years akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perangm, dan (b) Aisyah ikut dalam perang badar dan Uhud
KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.
Post #6
Husein replied to NURMANSYAH 's poston March 10, 2009 at 9:30pm
Kiayi, ustad, ulama, apapun namanya ternyatamenjadikan kisah atau riwayat mengenai pernikahan 'aisyah dgn Rasulullah sebagai tameng bagi mereka yang mengidap phedopilia seperti syekh puji, yang kaya raya itu, tanpa malu dan terang-teranganmenganggap nabi mengidap phedopilia seperti dia dan banyak kiayi-kiayi lainnya. anehnya tidak ada seorang ulama yang membatalkan pernikahan syekh "phedopilia" puji tersebut, bagaimana dgn undang2 kita?
salam
Post #7
1 reply
Amalia replied to Dudi's poston March 10, 2009 at 10:56pm
Bisa dilihat di Gramedia atau Karisma dn toko-toko buku lainnya, buku tersebut diterbitkan oleh Mizan. Salam
Post #8
1 reply
Ayu wroteon March 11, 2009 at 12:32am
Jd sbnrx bgmn hkmx menikahi wanita d usia dini?
& siapa yg prtma kali menyebarkan bhw rasulullah saw menikahi st.aisyah d usia dini?
Post #9
Abdul wroteon March 11, 2009 at 8:42pm
http://www.usc.edu/schools/college/crcc/engagement/resources/texts/muslim/hadith/bukhari/059.sbt.html
Volume 5, Book 59, Number 393:
Narrated Anas:
When it was the day of Uhud, the people left the Prophet while Abu Talha was in front of the Prophet shielding him with his leather shield. Abu Talha was a skillful archer who used to shoot violently. He broke two or three arrow bows on that day. If a man carrying a quiver full of arrows passed by, the Prophet would say (to him), put (scatter) its contents for Abu Talha." The Prophet would raise his head to look at the enemy, whereupon Abu Talha would say, "Let my father and mother be sacrificed for you ! Do not raise your head, lest an arrow of the enemy should hit you. (Let) my neck (be struck) rather than your neck." I saw 'Aisha, the daughter of Abu Bakr, and Um Sulaim rolling up their dresses so that I saw their leg-bangles while they were carrying water skins on their backs and emptying them in the mouths of the (wounded) people. They would return to refill them and again empty them in the mouths of the (wounded) people. The sword fell from Abu Talha's hand twice or thrice (on that day).
Post #10
Abdul wroteon March 11, 2009 at 8:48pm
http://www.usc.edu/schools/college/crcc/engagement/resources/texts/muslim/hadith/muslim/019.smt.html
Book 019, Number 4472:
It has been narrated on the authority of A'isha, wife of the Holy Prophet (may peace be upon him), who said: The Messenger of Allah (may peace be upon him) set out for Badr. When he reached Harrat-ul-Wabara (a place four miles from Medina) a man met him who was known for his valour and courage. The Companions of the Messenger of Allah (may peace be upon him) were pleased to see him. He said: I have come so that I may follow you and get a share from the booty. The Messenger of Allah (may peace be upon him) said to him: Do you believe in Allah and His Apostle? He said: No. The Messenger of Allah (may peace be upon him) said: Go back, I will not seek help from a Mushrik (polytheist). He went on until we reached Shajara, where the man met him again. He asked him the same question again and the man gave him the same answer. He said: Go back. Im will not seek help from a Mushrik. The man returned and overtook him at Baida'? He asked him as he had asked previously: Do you believe in Allah and His Apostle? The man said: Yes. The Messenger of Allah (may peace be upon him) said to him: Then come along with us.
Post #11
Abdul wroteon March 11, 2009 at 8:56pm
http://www.usc.edu/schools/college/crcc/engagement/resources/texts/muslim/hadith/bukhari/048.sbt.html
Volume 3, Book 48, Number 832:
Narrated Ibn 'Umar:
Allah's Apostle called me to present myself in front of him or the eve of the battle of Uhud, while I was fourteen years of age at that time, and he did not allow me to take part in that battle, but he called me in front of him on the eve of the battle of the Trench when I was fifteen years old, and he allowed me (to join the battle)." Nafi' said, "I went to 'Umar bin 'Abdul Aziz who was Caliph at that time and related the above narration to him, He said, "This age (fifteen) is the limit between childhood and manhood," and wrote to his governors to give salaries to those who reached the age of fifteen.
Post #12
Uyuni replied to Amalia 's poston March 11, 2009 at 9:35pm
Bisa tolong diberitahu judulnya bu...? kebetulan saya bekerja di lingkungan mayoritas non muslim jadi agak terpojok juga dengan alasan para "pelaku" tersebut... saya selalu menyayangkan pihak2 yang berlindung di balik agama yang kebenarannya mereka belum bisa buktikan..tapi satu hal yang sangat saya percaya bahwa Islam sangat menhormati dan melindungi kaum wanita.
Post #13
1 reply
NURMANSYAH wroteon March 11, 2009 at 11:13pm
Pak Husein,
bukankah ulama, syeikh, kiyai dan ustadz itu lebih mengetahuinya ketimbang kita. Mana yg benar? saya jadi bingung, apa dasarnya ulama dan syeikh itu menikahi gadis di usia dini? Apakah memang dlm buku2 sejarah dan hadis tdk ada dasarnya? Apakah ulama kita MUI tdk mengetahui? Waduh, kl gitu gimana ya umat Islam di Ind ini. Siapa yg mau dicontoh?
Post #14
Haji wroteon March 11, 2009 at 11:23pm
Pak tanjung tak perlu bingung. Karena tidak semua ulama, syeikh, kiyai dan ustdaz mengetahui persoalan sejarah dan hadis secara detail. Bergantung pada mereka rajin baca dan meneliti atau tidak? Mungkin Al-Marhum OHASHEM lebih tekun meneliti dan baca kitab2 hadis dan sejarah. Kita bisa baca buku2 tulisan beliau.
Dari karya2nya saja tampak bahwa Al-Marhum memfokuskan perhatian dan waktunya utk membaca dan meneliti.
Post #15
Husein replied to NURMANSYAH 's poston March 12, 2009 at 1:10am
P. Nurmansyah yang baik..
Memang betul kalau kita lihat mereka kiayi dan para OE (baca: U lama) lebih banyak menghabiskan waktu dalam hal-hal yang menyangkut hukum halal haram, makruh mubah dll. seperti hukum merokok, golput, memakan ular, katak dan air wudhu dsb, tapi jarang sekali kita mambaca buku atau pendapat para oe tersebut tentang korupsi misalnya, berapa banyak sahabat nabi yang melakukan korupsi?. atau nepotisme dalam sejarah islam, atau masalah keadilan para sahabat, termasuk sahabat-sahabat nabi yang melakukan pembunuhan berdarah dingin (sabran), coba tanya kepada mereka (oe) berapa banyak orang islam yang dibunuh oleh hajaj bin yusuf sang penjagal? berapa jumlah harem mereka, berapa banyak yang disembelih ole ziyad bin abihi (bin abi sufyan)? atau berapa ribu jumlah onta para gubernur islam tsb, dst..dst.
dalam hal pernikahan nabi dgn a'isyah juga begitu. mereka justeru percaya hadis ahad tersebut, mungkin karena lebih menguntungkan mereka (oe)..
di cina jg begitu para raja dan gubernurnya seringkali menerima "setotan" anak2 kecil yang masih ingusan sebagai upeti, orang tua si anak yang miskin itu akan menerima imbalan alakadarnya. katanya kalau kita menikahi anak2 yang masih ingusan tsb akan membuat kita awet muda.. naudzubillah.
begitupula dengan para khalifah dan gubernur di islam mereka bahkan seringkali memaksa para orang tua anak2 tsb. mereka tdk sungkan2 membunuh orang tua si anak atau bahkan membakar kampungnya dgn terlebih dahulu memperkosa gadis2 disitu.
sejarah membuktikan ini.
seorang kiayi yang miskin saja bisa menikahi santri2nya yang masih muda belia, merenggut masa depan mereka dgn alasan mendapat berkah dari kiayi mereka, apalagi kalau kiayinya kaya raya seperti syekh "phedopilia" puji itu. jangan2 janinnya pun dinikahi..
ya Allah ya Rabbi....
saya mau muntah..
Post #16
Fahri wroteon March 12, 2009 at 1:17am
Kayanya harus beli bukunya nih. Buku itu akan membuka cakrawala pemikiran umat supaya jangan nyontoh para ulama, syekh, pimpinan pesantren dan yg lainnya yang suka kawin sama anak-anak pake tameng agama.
Post #17
Kh replied to Ayu's poston March 12, 2009 at 1:25am
dalam buku tsb terungkap jelas..
siapa pelaku hadis palsu tsb..
saya jg baru selesai baca. luar biasa..
Post #18
Ahmad wroteon March 12, 2009 at 1:49am
Luar biasa! Sebuh pembuktian sejarah.
Post #19
Amalia wroteon March 12, 2009 at 8:15am
Disinilah dibutuhkan keberanian, ketelitian dan logika untuk membuka suatu catatan sejarah yang terlihat tidak masuk akal. Selamat membaca..
Post #20
Syamsuri wroteon March 12, 2009 at 11:02am
Ya Allah, semoga buku tsb dapat merubah pikiran kaum muslimin dan mencerahkan hati mereka, terutama kalangan ulama dan cendikia. Agar tidak menjadi contoh yg negatif bagi umat Rasulullah saw
Semoga pahala pencerahan dari buku tsb senantiasa mengalir kepada Al-Marhum Ohashem, menghibur kesepiannya, menemani kesendiriannya, dan mengantarkannya pada cahaya syafaat Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa) Amin ya Rabbal 'alamin.
Post #21
Anhar wroteon March 12, 2009 at 11:23am
Pak Husein
Apa benar sahabat Nabi saw itu banyak yang korupsi? Bukankah mereka itu hasil didikan Nabi saw, teladan bagi umatnya? Kalau begitu Nabi saw tidak berhasil dong dlm mendidik sahabat2nya? Mana mungkin Nabi saw gagal dlm mendidik mereka?
Waduh.. hati saya berdebar2 membaca tulisan pak Husein bahwa para khalifah dan gubenurnya membunuh orang tua yg tidak mau menyerahkan anak2 gadisnya yg masih dibawah umur kpd mereka, bahkan membakar kampung mereka.
Apakah informasi itu valid?
Sepengetahuan saya para khalifah Islam adalah contoh pemimpin Islam yang bersih dalam menjalankan pemerintahan Islam. Mengapa sejarah itu tidak sampai pada kita di bangku sekolah dan kuliah?
Siapa yang salah baca, para ahli sejarah Islam di Indonesia atau pak Husein? Tolong dong diurai lebih detail dan dilengkapi refrensinya.
Post #22
Haji wroteon March 12, 2009 at 1:13pm
Murid yg tidak sukses dalam study tidak selalu gurunya yang salah, apalagi sang guru adalah pendidik dan pengajar yg profesional. Memang dasar muridnya yg geblek, tak mau dididik, atau darahnya kotor. soal silsilah darah kan sdh diakui secara ilmiah pengaruhnya 20 %.
Makanya kl mau milih pemimpin jangan pilih yg geblek apalagi silsilah darahnya tak jelas. Kl pemimpinnya anak zina, waduh ... sdh pantaslah yg milih dihujani bala' dan malapetakan.
Coba lihat para pemimpin pilihan Allah yaitu para nabi dan rasul, mereka semuanya org2 suci, silsilah darahnya jelas. Katanya mau ngikutin jejak Allah dan Rasul-Nya. Maka ikutin dong sistem yg telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. jangan buat sistem sendiri spy tdk merusak umat Rasulullah saw.
Soal sahabat, khalifah pasca sahabat sama saja dg kita sekarang punya hawa nafsu, ambisi pada harta, wanita dan kekuasaan. Memangnya mereka itu org2 yg disucikan oleh Allah swt. Kalaupun ada hadis yg muji2 mereka, itu hadis2 politis dan palsu, yg dibuat oleh ulama bayaran utk melanggengkan dan membenarkan kekuasaan mereka. Tak jauh beda dg kondisi kita sekarang. Lihat saja prilaku sebagian caleg dan capres. Sogok sana sogok sini. Untung saja hadis sdh dibukukan. Kl tidak, ditambahin teknya. Paling tidak, maknanya dibelokkan pada kepentingan kekuasaannya.
Post #23
Ayu wroteon March 12, 2009 at 4:14pm
Tlg dcrtkn dong isi bukux.....
Post #24
Muhammad wroteon March 12, 2009 at 4:50pm
Pak Anhar,
Sebaiknya bapak baca buku2 sejarah Islam, disitu hati anda akan lebih berdebar.. karena kita tdk akan menyangkah perlakuan para sahabat nabi saww yg katanya "SETIA" sehingga mendapat gelar Khulafarusidin dari sahabat lainnya namun bukan gelar dari bukan dari Allah... Mereka berpaling dari Nabi saww setelah wafatnya beliau.. Dan keluarga Nabi yang disucikan Allah pun, mereka berani menyakitinya bahkan membunuhnya dgn kejih beserta pengikut2 setia keluarga Rasulullah saww... Bahkan sampai dengan saat inipun mereka mebenci pengikut2 keluarga Rasulullah saww... Terlihat nyata ketika pemerintahan Arab Saudi membiarkan tentaranya menzolimi peziarah warga Iran di Madinah... Semua pengikut2 keluarga Rasulullah saww di hambat dalam kelompok pengajian di Arab Saudi.. sungguh menyakitkan...
Maaf melenceng dari topik... kemarin saya mencari buku terakhir O Hashem di Gramedia... ternyata habis... dimana lagi belinya?
Post #25
Husein wroteon March 12, 2009 at 8:26pm
ha.. ha.. ha.. menyimpang dari topik pokok ya..
syekh "phedopilia puji" juga hanya menconyoh perilaku orang2 sebelum kita..
dukungan syariah/fiqh dibutuhkan sbg pembenara perilaku phedopilia tersebut, dibeberapa belahan dunia masih banyak perilaku seperti ini, di india jg banyak anak2 kecil dinikahi oleh org2 tua. sejak dahulu kala..
Post #26
Kh wroteon March 13, 2009 at 12:15am
Ini kan menarik sekali...
saya usulkan bagaimana kalau dibuat forum baru, membahas tentang sejarah korupsi, atau kekerasan dalam sejarah islam, hak-hak wanita dalam sejarah islam dll. hanya usul.. gimana?
Post #27
Husein wroteon March 13, 2009 at 3:16am
Minum kopi dengan kerupuk kulit, rokoknya cap Poligami ( 2 3 4 )...
Post #28
Husein wroteon March 13, 2009 at 10:55am
Buatan haDji Sam Soedin...
Post #29
Haji wroteon March 13, 2009 at 2:04pm
Ha ha ha keluar topik juga ah. Angka 234, konon menurut cerita kiyai di madura, punya kisah khusus. Itu angka rokok Jisamsu. Konon menurut kisah itu, pemilik usaha itu (seorang cinta) sedang bangkrut, kemudian datanglah ia ke Kiyai Kholil Bangkalan. Ia menyarankan bukan usaha yg lain dg dikasih simbol angka 234. Maksud Kiyai Kholil sang pengusa hendaknya masuk Islam dan tidak lupa melaksanakan angka 234. Yaitu rakaat subuh, maghrib, zuhur dan ashar. Lalu sang pengusaha masuk Islam, dan buat pabrik rokok JISAMSU (234), dan rokok Wismilak (Bismillah). Maklum cina tak fasih ngucapin lafazh arab. Menarik juga ternyata menjadi angka ayat poligami: "Nikahi perempuan (234) yg kamu cintai, jika kamu khawatir tdk adil, maka cukup (1) saja.
Post #30
Husein wroteon March 13, 2009 at 7:11pm
"Nikahi perempuan (234) yg kamu cintai, jika kamu khawatir tdk adil, maka cukup (1) saja.
maksudnya isepnya satu satu kan..?
Post #31
Post #32
Post #33
Post #34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar