Muhammad Bazanjanî bercerita. “Aku pernah bermimpi dan berdialog dengan Tuhan.” Katanya memulai cerita.
“Jadi, engkaulah yang ingin berbicara denganKu?” tanya Tuhan.
“Ya, tentu, bila Engkau punya waktu,” jawabku sopan.
Tuhan tersenyum.
“WaktuKu tidak ada batasnya. Apa yang ada dalam benakmu yang hendak kau tanyakan? tanya Tuhan.
“Manusia manakah yang karakternya sangat menakjubkan-Mu?” tanyaku
“Kekanak-kanakan mereka. Mereka merasa letih dengan masa kanak-kanak dan ingin cepat dewasa. Setelah dewasa mereka ingin menjadi anak-anak kembali…..Mereka kehilangan kesehatan untuk mendapatkan uang dan menghabiskan uang untuk mendapatkan kesehatan kembali. Mereka memandang masa depan dengan mata kekhawatiran dan melupakan masa yang sedang dijalani…..Mereka tidak hidup di masa depan, juga tidak hidup di masa itu. Mereka hidup seolah-olah tidak akan mati dan mati seolah-olah tidak akan hidup lagi.
Tuhan memegang tanganku dan untuk beberapa saat saya terdiam.
Kemudian aku bertanya lagi, “Sebagai Pencipta, pelajaran hidup mana yang Engkau ingin hamba-hambamu belajar darinya?”
Tuhan menjawab, “Mereka harus belajar, bahwa tidak mudah bisa memaksa seseorang menjadi kekasih mereka. Hanya satu hal yang bisa ia pelajari, biarkan ia mencintai dirinya sendiri. Ia juga harus belajar untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Ia harus belajar bahwa hanya dalam beberapa detik mereka bisa melukai hati seseorang, namun perlu beberapa tahun untuk menyembuhkannya. Ia juga harus belajar bahwa orang kaya bukanlah orang yang memiliki sesuatu yang banyak, dan bahwa orang kaya adalah orang yang paling sedikit membutuhkan. Mereka harus belajar bahwa banyak orang yang menyukai mereka, tapi mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Dua orang bisa melihat ke suatu titik, namun dengan pandangan berbeda; dan tidak cukup memberi maaf kepada orang lain. Mereka juga harus bisa memaafkan diri sendiri.
Dengan segenap sikap khusuk, aku katakan, “Saya mengucapkan terimakasih atas kata-kata-Mu tadi. Apakah ada hal lain yang Kau ingin supaya hamba-hambamu mengetahuinya?”
Tuhan tersenyum dan berkata, “Tidak ada lagi, tapi mereka harus tahu bahwa Aku disini.”
DARI CERITA MIMPI DI ATAS , BISA DIPASTIKAN PASTI MIMPI PALSU ATAU JIKA BENAR MIMPI PASTI DARI SYAITHON, JIKA BAHASA NASEHATNYA BENAR TAPI TAUHIDNYA RUSAK FATAL, SEHINGGA BERBUAT BAIK DG RUSAKNYA TAUHID, MAKA DARI ITU DISIMPULKAN MIMPI CIPTAAN SYAITHON
BalasHapus