Selasa, 24 Maret 2009

Maksum

Mutiara Nahj al Balaghah


مُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِيلِ نَجَاةٍ
Muta 'allim 'Ala Sabili Al-Najat

"A learner of the path of deliverance"
{ Selalu belajar & berusaha di jalan keselamatan }

Habibullah Al Musthofa SAWW:

Pada Hari kiamat tidak akan bergeser Tapak kaki anak Adam hingga ditanyai 4 perkara : # Tentang Umurnya Untuk apa ia habiskan. # Tentang Masa Mudanya dengan apa ia lalai. # Tentang Hartanya darimana ia peroleh dan kemana ia infaqkan. # Tentang kecintaannya kepada kami (Ahlulbayt AS)


Imam Husein bin Ali As:
Janganlah kamu meminta suatu keperluan kecuali kepada 3 Orang : # Orang yang memiiki ketaatan kepada Agama. # Orang yang memiliki rasa kemanusiaan (Harga Diri). # Orang yang memiliki kedudukan Mulia

Daur Ulang Jiwa


Muhammad Bazanjanî bercerita. “Aku pernah bermimpi dan berdialog dengan Tuhan.” Katanya memulai cerita.

“Jadi, engkaulah yang ingin berbicara denganKu?” tanya Tuhan.

“Ya, tentu, bila Engkau punya waktu,” jawabku sopan.

Tuhan tersenyum.

“WaktuKu tidak ada batasnya. Apa yang ada dalam benakmu yang hendak kau tanyakan? tanya Tuhan.

“Manusia manakah yang karakternya sangat menakjubkan-Mu?” tanyaku

“Kekanak-kanakan mereka. Mereka merasa letih dengan masa kanak-kanak dan ingin cepat dewasa. Setelah dewasa mereka ingin menjadi anak-anak kembali…..Mereka kehilangan kesehatan untuk mendapatkan uang dan menghabiskan uang untuk mendapatkan kesehatan kembali. Mereka memandang masa depan dengan mata kekhawatiran dan melupakan masa yang sedang dijalani…..Mereka tidak hidup di masa depan, juga tidak hidup di masa itu. Mereka hidup seolah-olah tidak akan mati dan mati seolah-olah tidak akan hidup lagi.

Tuhan memegang tanganku dan untuk beberapa saat saya terdiam.

Kemudian aku bertanya lagi, “Sebagai Pencipta, pelajaran hidup mana yang Engkau ingin hamba-hambamu belajar darinya?”

Tuhan menjawab, “Mereka harus belajar, bahwa tidak mudah bisa memaksa seseorang menjadi kekasih mereka. Hanya satu hal yang bisa ia pelajari, biarkan ia mencintai dirinya sendiri. Ia juga harus belajar untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Ia harus belajar bahwa hanya dalam beberapa detik mereka bisa melukai hati seseorang, namun perlu beberapa tahun untuk menyembuhkannya. Ia juga harus belajar bahwa orang kaya bukanlah orang yang memiliki sesuatu yang banyak, dan bahwa orang kaya adalah orang yang paling sedikit membutuhkan. Mereka harus belajar bahwa banyak orang yang menyukai mereka, tapi mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Dua orang bisa melihat ke suatu titik, namun dengan pandangan berbeda; dan tidak cukup memberi maaf kepada orang lain. Mereka juga harus bisa memaafkan diri sendiri.

Dengan segenap sikap khusuk, aku katakan, “Saya mengucapkan terimakasih atas kata-kata-Mu tadi. Apakah ada hal lain yang Kau ingin supaya hamba-hambamu mengetahuinya?”

Tuhan tersenyum dan berkata, “Tidak ada lagi, tapi mereka harus tahu bahwa Aku disini.”

Jumat, 20 Maret 2009

Maulid Rasulullah Banjarmasin II

Tim Gambus Sahara Banjarmasin maulid di Habib Abdullah al Hamid
semua gembira menyambut kelahiran sang Nabi Rasulullah Muhammad Saww
Sholawat !!!!!!
Khusyu'..............
Takzim.....
Maulidul Rasul......
Ikhwan Yusri wa ikhwan wahyu pekapuran also Habaib Banjarmasin
Kemulyaan tanggal,hari,bulan,waktu,tempat dan kemulyaan agung Rasulullah
khusyu mendengar Ceramah al Ustadz Muhammad Baqir Syueb al Hasani
pal 1>>>>> Ya Rasulullah Ya Maulaya.........
Maulid Rasul di tempat Habib Abdullah al Hamid pal 1 Banjarmasin

al Habib Husain dari Rantau sesepuh Habaib Kalimantan Selatan

al Ustadz Muhammad Baqir bin Syueb al Hasani dari Bogor Jawa Barat
ya Ummi ya habibi wa bunaya..............

Maulid Rasulullah Banjarmasin I

Al Ustdaz Husain Al Kaff dari Bandung Jawa Barat wa habib Abdullah Al Habsyi
Labaika Ya Rasulullah..........
Labaika ya Abal Qosim...............

Al Ustad Abdullah al Hinduan

Ustadz Husain Al Haddad
Al Ustadz Husain Hadun al Haddad dari Jakarta ( Surabaya )
Al Ustadz Miqdad Turqan , Jepara


Bunaya......................
Bunaya 'Ali Ridho wa Rodhiyah
Al Habib Abdullah Al Habsy
Al Ustadz Miqdad Turkan dari Jepara Jawa Tengah
Al Ustadz Toha al Musawwa pimpinan Ponpes Al Hadi Pekalongan

Rabu, 18 Maret 2009

Maulid Nabi: Tidakkah Kita Menyakiti Hati Nabi saw.?

TIDAKKAH KITA MENYAKITI HATI NABI SAW.?

Peringatan Maulid Rasulullah Saw. yang semula dimaksudkan untuk membangkitkan kecintaan kepada Rasulullah saw. ini berkembang perlahan-lahan menjadi sangat kering. Bahkan seringkah Rasulullah tidak diikutsertakan dalam peringatan itu. Tidak jarang, peringatan maulid diisi dengan gelak canda dan tawa yang dapat menjauhkan kita dari kecintaan kepada Rasulullah Saw. Oleh karena itu, dalam memperingati maulid, kita harus berusaha menghadirkan Rasulullah saw. di dalam hati kita. Antara lain dengan membaca shalawat dan salam kepada beliau dan menghidupkan sejarah beliau.

Dahulu, sebenarnya orang-tua kita sudah meninggalkan warisan tentang bagaimana cara mencintai Rasulullah saw. dengan tata-cara yang telah mereka rumuskan. Misalnya, bagaimana shalawat selalu menyertai tahap-tahap kehidupan manusia Muslim di Indonesia. Yaitu ketika seorang anak manusia dilahirkan, dikhitan, dinikahkan, dan ketika ia meninggal dunia.

Ketika seorang anak lahir, diadakanlah akikah yang di dalam marhabannya dibacakan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Di samping itu, ketika kita lahir, kita dikelilingkan kepada orang-orang yang hadir pada resepsi akikah, dan pada telinga kita diperdengarkan shalawat dan salam dari orang di sekitar kita. Sekarang ini, sains membuktikan bahwa telinga anak yang baru lahir sudah merekam suara yang ada di sekitarnya.

Dahulu, ketika kita hendak dikhitan, ketika dibawa ke tempat khitanan diperdengarkan dahulu gemuruh suara orang membacakan shalawat dan salam kepada Nabi.

Juga kalau orang menikah, pengantin lelaki akan diantar ke pengantin perempuan, dengan iringan rebana dan shalawat. Nanti kalau orang meninggal dunia, dibacakan tahlil dan dalam tahlil itu dibacakan shalawat.

Itu menunjukkan bahwa cara yang dilakukan orang dahulu untuk menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah di hati kita sudah dibiasakan di setiap tahap kehidupan kita. Tetapi sayang, dalam perkembangan zaman, tradisi ini tinggalkan orang. Bukan hanya ditinggalkan tetapi dianjurkan untuk ditinggalkan. Bahkan bukan dianjurkan untuk ditinggalkan tetapi malah itu dilarang dengan menyebut bahwa itu bid’ah. Sebuah nama yang menyakitkan..!

Karena itulah orang menjadi ragu untuk membacaka shalawat ini. Kalau anak lahir, sekarang ini bukan diadakan marhabanan tetapi dilaksanakan syukuran yang pembacaan shalawatnya hanya sangat sedikit; yaitu hanya di lakukan oleh muballigh pada pembukaan ceramahnya.

Belakangan ini sudah sangat keras lagi penentangan terhadap kecintaan kepada Rasulullah saw ini. Orang bukan hanya takut melaksanakannya tetapi takut kalau amal kita hapus semuanya. Ada yang menyebutnya musyrik. Dan kalau sudah dianggap musyrik, maka terhapuslah amal-amal yang pernah dilakukan. Yang dimusyrikkan, antara lain, berdiri untuk membacakan shalawat kepada Rasulullah saw. Mula-mula di-bid’ah-kan, kini sudah dimusyrikkan. Mereka menyebut itu semua bukan kecintaan tetapi kultus individu. Sebuah kata yang dibuat untuk melegitimasi kurangnya kecintaan kepada Rasulullah Saw.

Saya pernah membaca dalam sebuah Surat kabar tentang maulid, yang penulisnya mengganti istilah maulid dengan hari jadi. Pada kalimat awalnya mengatakan bahwa memperingati hari jadi merupakan kebiasaan jahiliah yang feodalistik. Waktu itu saya hampir tidak mau melanjutkan pembacaan itu. Semuanya menunjukkan bahwa sampai sekarang masih ada orang Islam yang berusaha untuk menghilangkan cara mendekatkan hati kita kepada Rasulullah Saw.

Saya menjadi teringat bahwa pengalaman itu juga pernah saya alami ketika saya mem-bid’ah-kan orang yang berdiri mengucapkan shalawat terhadap Rasulullah saw. Saya juga pernah menganggap bahwa Rasulullah saw. itu manusia biasa seperti kita. Tetapi kalau boleh saya katakan, di dalam sejarah hidup saya ini, sebenamya tercermin sejarah kaum Muslim dalam hubungannya dengan kecintaan dengan Rasulullah Saw.

Sekarang kita memperingati maulid Nabi saw. untuk mengungkapkan cinta kita kepada Rasulullah Saw. Kalau ada yang mengatakan bahwa hal itu bid’ah, biarlah semua tahu bahwa kita ini pelaku bid’ah yang mencinta Nabi saw. Dan kalau Islam itu tidak menghormati Rasulullah saw., maka kita ucapkan saja selamat tinggal kepada Islam.

Sehubungan dengan shalawat ini, saya baca dalam hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad yang shahih yang maknanya kira-kira demikian, “Siapa yang berziarah kepadaku dan mengucapkan salam kepadaku, maka Allah akan kembalikan ruh ke dalam diriku dan kemudian aku akan menjawab salamnya.”

Jadi saya percaya bahwa Rasulullah saw. itu hidup kembali dan mengucapkan salam. Bahkan dalam hadis disebutkan bahwa para nabi masih beribadah dalam kuburnya. Tapi persoalan yang terakhir ini memerlukan uraian yang panjang. Disebutkan juga kalau orang tidak sempat berziarah kepadaku dan mengucapkan salam kepadaku dari tempat yang jauh, maka malaikat akan datang ke tempat itu kemudian menyampaikan salam kepadaku, kata Rasulullah saw.

Karena itu, waktu tadi kita membacakan shalawat, hati saya betul-betul tersentuh, karena saya yakin bahwa Rasulullah saw. mendengar salam saya.

Sebetulnya ada suatu fitrah dalam diri manusia itu untuk mencintai seseorang yang dikaguminya. Ketika manusia tidak mendapatkan seseorang yang dicintainya, maka mereka mencari siapa saja yang bisa menyalurkan rasa cinta mereka itu. Hal yang seperti ini terjadi juga pada manusia-manusia modern. Mereka mencari orang yang bisa dicintai oleh seluruh jiwa dan raganya, yang untuknya ia rela mengorbankan apa saja demi orang yang dicintainya.

Lihatlah, orang yang mencintai Michael Jackson, ketika bertemu dengannya. Mereka akan meneriakkan namanya, bahkan menjerit, menangis. Ketika dia datang ke Singapura, banyak diantara penggemarnya yang datang ke sana adalah orang-orang Indonesia. Mereka menjerit dengan jeritan yang sama, “Michael Jackson!”

Begitu pula ketika Rebecca Gilling, salah seorang bintang film “Return to Eden”, datang ke Jakarta. Ribuan orang datang ke situ tanpa ada panitianya. Orang-orang yang datang begitu banyak untuk menyentuh, paling tidak bekas injakan kakinya. Itu semua disebabkan karena kerinduan seseorang untuk mencintai seseorang.

Dan bukan tidak mungkin pula bahwa yang datang adalah kaum Muslim yang sudah kehilangan kecintaan mereka terhadap Rasulullah saw, akibat berbagai rekayasa sosial, misalnya dengan menyebut bahwa hal itu sebagai bid’ah dan musyrik.

Kita disuruh mencintai Rasulullah saw. seperti yang disebutkan dalam hadis dan ayat-ayat Al-Quran. Sebagaimana halnya tanaman, cinta memerlukan siraman supaya tumbuh subur. Kalau tidak disiram, maka tumbuhan itu akan layu. Karena itu, kita menghidupkan cara untuk menyirami kembali pohon kecintaan kepada Rasulullah saw. supaya menakjubkan orang yang menanamnya.

Kalau kecintaan itu tumbuh seperti pohon besar yang akan menakjubkan orang yang menanamnya, maka akan marahlah orang-orang kafir. Kita berupaya menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah saw. agar membuat takjub kepada kaum Muslim dan pada saat yang sama membuat marah orang-orang kafir. Bahkan belum sempurna kecintaan kita kepada Rasulullah saw. kalau belum membuat marah orang-orang kafir.

Ada beberapa peristiwa berkenaan dengan diri Nabi Muhammad Saw., terutama dari penderitaan beliau. Sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah saw. itu adalah orang yang sangat banyak menderita, baik sebelum maupun sesudah menjadi Rasulullah saw. Al-Quran mengatakan:

Maka barangkali kamu akan membunuh dirimui karena bersedih hati sesudah mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (QS 18: 6).

Rasulullah menderita sejak kecil. Beliau lahir, ayahnya sudah mendahuluinya. Ketika berusia enam tahun, ibunya meninggal dunia. Kemudian beliau dititipkan kepada Abdul Muthalib yang menyayanginya. Kepada Abu Thalib, Abdul Muthalib berpesan agar menjaganya dengan sebaikbaiknya, karena anak ini akan membawa suatu perkara yang besar. Abu Thalib menerima amanat itu, sehingga ketika Abu Thalib membawa Muhammad ke Syam, di pertengahan jalan ada pendeta yang memberitahukan bahwa anak ini adalah nabi. Ketika Abu Thalib mendengar nasihat pendeta itu, Abu Thalib dengan penuh keimanan mengurungkan niatnya untuk berdagang, dan memutuskan untuk kembali ke Makkah. Jadi, Abu Thalib telah mengetahui bahwa Muhammad akan menjadi nabi yang terakhir.

Abu Thalib menjaga Muhammad saw. karena ia mengetahui bahwa anak ini adalah Rasulullah. la menyayanginya sepenuh jiwa dan raga sejak sebelum Muhammad menyatakan dirinya sebagai Rasulullah. Abu Thalib ra. kemudian oleh banyak orang dikafirkan. Bahkan dijadikan contoh betapa susahnya memperoleh hidayah.

Rasulullah saw. jelas mendengar hal ini dan saya yakin bahwa Rasulullah saw. sakit hati. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. menderita bahkan sampai ketika ia telah meninggal dunia. Padahal Al-Quran mengatakan bahwa orang yang menyakiti Rasulullah saw. itu akan dilaknat oleh Allah, malaikat dan Rasul-Nya (QS 33: 57).

Tentang Abu Thalib ini Rasulullah saw. pernah berkata, “Aku dan si pemelihara anak yatim, akan bersama-sama di surga.” Tetapi makna hadis ini kemudian diartikan secara umum, dan Abu Thalib tidak disebut-sebut lagi.

Jadi, hingga sekarang ini, Rasulullah saw. masih menderita karena pamannya dikafirkan orang. Padahal ketika hari kematian pamannya itu, yang kebetulan bertepatan dengan meninggalnya Khadijah ra, Rasulullah saw. menganggapnya sebagai tahun penderitaan.

Nabi itu manusia yang amat luhur, mudah sekali meneteskan air matanya. Pernah suatu saat seorang sahabat datang kepada beliau memberitahukan bahwa ada anak kecil yang meninggal dunia. Waktu itu Rasulullah saw. datang, kemudian beliau mencucurkan air matanya. Beliau tidak sanggup menahan penderitaan anak kecil itu. Begitu pula ketika putranya, Ibrahim, meninggal dunia. Rasulullah saw. menangis melihat orang-orang menderita, padahal penderitaan Rasulullah sendiri melebihi penderitaan mereka semua.

Mungkin kalau penderitaan Rasulullah saw. ini berasal dari orang kafir dapat kita pahami. Misalnya, Rasulullah saw. difitnah, dituduh sebagai tukang sihir, dituding sebagai dukun, bahkan dianggap orang gila. Dibuat opini yang jelek tentang Rasul saw. supaya orang tidak mau mendengarkannya.

Di samping itu orang kafir pun mengganggu beliau secara fisik. Ketika Rasulullah saw. berada di depan para sahabatnya, beliau diludahi oleh Utbah bin Abi With. RasuI Saw. mengusap ludah itu dengan sabar seraya berkata, “Suatu saat engkau akan menyesali apa yang kaulakukan.” Itulah antara lain penderitaan Rasulullah dari orang-orang kafir.

Namun yang menyedihkan adalah penderitaan Rasulullah saw. yang disebabkan oleh orang Islam sendiri. Agak tidak enak saya menceritakan ini. Akan tetapi sebagai pelajaran ada baiknya peristiwa ini kita ceritakan. Misalnya, pada waktu Rasulullah saw. membagikan ghanimah kepada sahabatnya, ada suara yang berteriak, “Berbuat adil, ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah berkata, “Kalau bukan aku yang adil siapa lagi yang akan adil di dunia ini.”

Ketika Rasulullah saw. membagikan pampasan perang (ghanimah) pada waktu penaklukan Makkah, beliau diantar oleh orang Anshar. Ketika sampai di Makkah beliau bagikan ghanimah kepada orang yang baru masuk Islam. Kebetulan yang baru masuk Islam itu adalah kerabat dekatnya sendiri. Maka orang Anshar itu menggerutu, “Lihatlah Muhammad, kalau sudah menang temyata keluarganya juga yang diutamakan.”

Perkataan itu terdengar oleh Rasulullah Saw.. Beliau mengumpulkan orang yang protes itu lalu berkata, “sekiranya seseorang memasuki suatu lembah dan orang-orang Anshar memasuki lembah yang lain, maka demi Allah aku akan mengikuti kamu wahai orang-orang Anshar. Aku tahu kamu yang membela aku, yang menolong aku, aku tidak akan melupakan jasa-jasamu. Tetapi aku akan bertanya kepada kamu hai orang Anshar, Mana yang kamu pilih, harta orang yang hatinya masih harus dijinakkan atau membawa aku, Rasulullah, bersama kalian.”

Pada waktu itu orang Anshar menangis dan berkata, “Ya Rasulullah aku memilih membawa engkau saja kembali ke Madinah”.

Suatu saat Rasulullah saw. pulang dari medan pertempuran Tabuk. Rasulullah saw. kembali dengan berjalan menaiki bukit dan menyuruh para sahabatnya lewat bukit yang lain. Waktu itu. Rasulullah saw. ditemani oleh Hudzaifah. Pada malam hari terdengar suara di sekitar bukit itu. Kata Rasulullah saw., Kejarlah suara itu. Setelah dikejar, mereka -yang menutup mukanya seperti ninja- semua lari. Ketika Hudzaifah kembali, Rasulullah saw. berkata, “Itu adalah sahabat-sahabat kita yang akan mencelakakan diriku dengan menakut-nakuti kendaraanku”.

Jadi mereka menakuti kendaraan Rasulullah saw. supaya Rasulullah saw. terjatuh ke bawah tebing dengan kendaraan yang ditungganginya. Kemudian Rasulullah saw. bertanya kepada Hudzaifah lagi, “Apakah kamu kenal orang itu.” “Tidak,” kata Hudzaifah, “Karena semuanya pakai topeng.” Lalu Rasulullah saw. memberikan nama-nama orang itu.

Itulah antara lain peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Rasulullah Saw. dari orang Islam. Padahal Rasulullah saw. itu orang yang paling sayang terhadap kerabatnya. Beliau akan merasa sedih terhadap penderitaan kaum Muslim.

Yang terakhir, yang juga merupakan penderitaan Rasulullah saw. adalah ketika Rasulullah saw. bermimpi mimbarnya dikerubuti kera. Kemudian turun ayat dalam Surat Al-Isra’ ayat 60 yang memberi peringatan bahwa itu adalah ujian bagi Rasulullah saw.

Tetapi sejak mimpi itu Rasulullah saw. begitu sedih. Beliau selalu bermuka duka. Hal itu terjadi sampai akhir hayat Rasulullah Saw. Suatu malam. Rasulullah saw. pergi ke Baqi dan di situ Rasulullah saw. berkata, “Nanti akan ada fitnah yang, menggunung. Waktu itu berada di perut bumi lebih baik daripada di punggung bumi.”

Pada waktu itu Rasulullah saw. membayangkan suasana ketika kaum munafik mencemari ajaran Rasulullah saw, ketika Sunnah Rasulullah saw. diganti demi kepentingan politik, ketika agama dimainkan oleh orang yang memiliki kekuasaan Rasulullah saw. sangat menyedihkan hal itu, dan menangisi itu semua. Menangisi mimbar besar agama Rasulullah saw. sepeninggal beliau.

Ternyata itu semua terjadi. Saya yakin bahwa Rasulullah saw. sangat menderita karena misi besarnya telah banyak diubah oleh kaum Muslim. Mungkin salah satu yang diubah adalah kecintaan kita terhadap Rasulullah Saw. Ungkapan cinta yang seharusnya menjadi sunnah, ungkapan tawhid, sekarang disebut syirk. Maafkan kami, ya Rasulullah.

______________

Artikel diatas di tulis oleh: KH. Jalaluddin Rahmat dalam buku karyanya: “Renungan-Renungan Sufistik” hal, 289-296


6 Responses to “Maulid Nabi: Tidakkah Kita Menyakiti Hati Nabi saw.?”

  1. Seharusnya kecintaan itu diwujudkan dengan ketaatan kepada amalan2 yang memang diperintahkan oleh orang yang kita cintai.

    Bukannya malah membuat amalan baru yang sebenarnya dilarang oleh orang yang kita cintai tersebut.

    Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua.

  2. @abu agil As-salafy

    assalamu alaikum.
    ………………………………….kutip……………………………………………
    (Seharusnya kecintaan itu diwujudkan dengan ketaatan kepada amalan2 yang memang diperintahkan oleh orang yang kita cintai.)
    ……………………………………………………………………………………………

    -”kecintaan” dengan “ketaatan kepada amalan2″- itu beda, mas! kalo ketaatan kepada amalan2, itu mah sdh seharusnya dan kewajiban setiap muslim.

    apa ada dalil/hadis yang mengatakan kecintaan kepada Rasul saw itu cukup dengan ketaatan2 kepada amalan? bukankah wahabi selalu bersemboyan berdasarkan dalil?

    kalo cukup dengan ketaatan kepada amalan2 lalu kenapa Allah SWT sampai-sampai menegaskan bahwa kita dituntut mencintai Rasul lebih dari diri kita sendiri dan dituntut mencintai keluarga Rasul saw.

    {Katakan (olehmu Muhammad): “Aku tidak meminta upah dari kalian kecuali kecintaan kepada keluargaku” (QS 42: 23).}

    banyak nash yang menjelaskan bahwa kita diwajibkan mencintai Nabi saw, bahkan belum sempurna jika kita mencintai diri kita lebih dari mencintai Rasul saw.

    dibawah saya kutipkan satu hadis tentang cinta kepada Rasul saw. yang tidak ada kaitannya dengan pemahaman abu agil bahwa mencintai rasul saw. adalah cukup diwujudkan dengan ketaatan2 amalan….:

    **********************************************
    Anas bin Malik rodhiallahu ‘anhu mengisahkan, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi saw. tentang hari kiamat,

    “Kapankah kiamat datang?” Nabi saw menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

    Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.”

    Maka Rasulullah saw bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.”

    Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi saw, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.’”

    Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi saw, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.”

    (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [X/557 no: 6171] dan at-Tirmidzi dalam Sunan-nya [2385])
    ***********************************************

    memperingati maulid, bukan bentuk “ibadah” sebagaimana difahami wahabi, maulid adalah salah satu ekspresi kecintaan kepada al-habib al-mustofa Muhammad saw. jadi tidak ada urusan dengan bid’ah, dan haram.

    jika pengikut ibn abdulwahab berdalih maulid tidak ada di zaman Rasul saw? apakah semua yang tidak ada dizaman Rasul saw bid’ah?

    1. Zakat profesi (bagi Insinyur, pilot, dokter, pialang saham, konsultan dll) mana dalil/hadisnya? jika dikeluarkan zakatnya apa bid’ah? atau -apa mereka tidak wajib zakat?

    (sebagian ulama yang keliru memahami konsep “bid’ah” tidak mewajibkan para profesional mengeluarkan zakat, apa wahabi seperti itu ya?)

    2. “sistim kerajaan” yang turun temurun seperti negeri wahabi saudi, apakah ada dalilnya? kenapa para wahabiyun saudiyun tidak mengadopsi sistim pemerintahan salaf shaleh seperti khilafah syaikhain (abubakar, umar ra) atau sistem pemerintahan khilafah Utsman dan Ali. apakah sistem kerajaan bukan bid’ah dholalah, yang tidak pernah diomongkan ulama wahabi saudi (khususnya)?.

    dan dan dan…….. masih banyak lainnya

  3. TERIMA KASIH…JADI TAMBAH PENGETAHUAN INSYA ALLAH TAMBAH JUGA PEMAHAMAN DAN AMALANNYA. SEMOGA BUKAN TEMPAT DEBAT ILMU. OKE TERIMA KASIH.

  4. syukron. ana akan berusaha untuk memegang sunah rasul

  5. Ekspresi kecintaan kepada rasulullah hanya bisa dirasakan oleh orang yg benar2 mencintainya. Tidak peduli peduli apa kata mereka…

  6. Amat bagus sekali. Terima kasih.

Selasa, 17 Maret 2009

Rindu Kami Padamu Ya Rasulillah Saww (2)

Hari hari berlalu hingga dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa disetiap bulan mengandungnya Sayyidah Aminah binta wahab As, beberapa orang Nabi As datang menyambangi beliau (melalui mimpi) dan menyampaikan salam serta kegembiraan atas anugerah ALLAH AWJ atas akan hadirnya Nabi Agung penyelamat Manusia Al Musthofa Saww

Diantaranya..

Nabi Idris As datang menyambangi saat usia kandungan 3 bulan, beliau As memberikan kabar gembira " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak menjadi pemimpin yang sangat Agung"

Diusia kandungan 4 bulan;
Nabi Nuh As datang menyambangi seraya menyampaikan kabar "Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak dianugerahi ALLAH SWT pertolongan dan kemenangan besar"

Di Usia kandungan 5 bulan;
Nabi Hud As datang menyambangi seraya berkata " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak dianugerahi Syafa'at yang agung pada hari kiamat"

Nabi Ibrahim Al Khalil As datang menyambangi saat usia kandungan Sayyidah Aminah As genap 6 bulan seraya berkata " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi yang diAgungkan ALLAH SWT"

Genap 7 bulan;
Nabi Ismail As datang menyambangi seraya berkata " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak dianugerahi ALLAH SWT keunggulan dan kesantunan yang sangat luar biasa"

Usia Kandungan 8 bulan;
Nabi Musa putra Imran As menyambangi seraya berkata " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak dianugerahi ALLAH SWT kitab suci al Quran"

Usia Kandungan genap pada sembilan bulan, Nabi Isa As datang seraya menyampaikan " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi yang sangat mulia dan utusan ALLAH yang sangat Agung. Rahmat serta belas kasih ALLAH SWT dan salam sejahtera Nya senantiasa melimpah kepadanya. Sungguh ALLAH SWT akan menjauhkan darimu segala kesengsaraan, kepayahan dan juga akan memberimu segala kemudahan"

[~ Ibnu Hajar al Haitami An Ni'matul Kubra Alal Aalaam hal 44]

Demikianlah seluruh datuk Suci Rasulillah Saww datang menyampaikan salam penghormatan kepada Sayyidah Aminah As semasa Beliau Saww masih berada dalam kandungan, ini pula menjadi hiburan bagi Ibunda Suci Aminah As melewati kesendiriannya pasca wafatnya Sang Suami Agung Abdullah ibn Abdul Muthalib As..

Hingga pada detik detik kelahiran Sucinya, Sayyidah Aminah As tidak pernah merasa letih atau pun kepayahan..

Malam yang menggembirakan bagi semesta telah tiba, inilah malam lahirnya sang Nabi Suci Paripurna yang kedatangannya dinantikan seluruh mahluk..

Dalam kesendirian mendekati saat kelahiran, ALLAH AWJ mengutus 4 orang wanita Agung yang membantu persalinan Nabi Suci Saww. Mereka Adalah Siti Hawa, Sarah istri Nabi Ibrahim, Asiyah binti Muzahim, dan Ibunda Nabi Isa as Maryam

Kelak ke 4 wanita agung ini yang akan pula menemani Sayyidah Khodijah Al Kubro At thohiroh As dalam prosesi kelahiran Az Zahro Al Mardhiyah Ummu Aimmah Alaihassalam..

Siti Hawa as berkata kepada Sayyidah Aminah As ".. Sungguh beruntung engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung junjungan alam semesta Al Musthofa Saww. Kenalilah olehmu sesungguhnya aku ini Hawa, ibunda seluruh umat manusia, Aku diperintahkan ALLAH AWJ tuk menemanimu.."

Selang tak lama kemudian hadirlah Siti sarah istri Nabi Ibrahim as, Beliau berkata ".. Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Saww, seorang nabi agung yang dianugerahi kesucian yang sempurna pada diri dan kepribadiannya. Nabi agung yang ilmunya sebagai sumber ilmunya para Nabi dan para kekasihNya SWT. Nabi Agung yang cahayanya meliputi seluruh alam. Dan ketahuliah olehmu wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Sarah istri Nabiyullah Ibrahim As, aku diperintahkan ALLAH AWJ untuk menemanimu"

Wanita ketiga pun hadir dalam harum semerbak seraya berkata ".. Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Saww, kekasih ALLAH yang paling agung dan insan sempurna yang paling utama mendapati pujian dari ALLAH SWT dan dari seluruh mahlukNya. Perlu engkau ketahui sesungguhnya aku adalah Asiyah binti Muzahim yang diperintahkan ALLAH SWT menemanimu.."

Dan Wanita ke empat pun hadir dengan tampilan kecantikan luar biasa serta berwibawa, ia adalah Siti Maryam ibunda Nabi Isa As, ia berkata kepada Sayyidah Aminah As ".. Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Saww yang dianugerahi ALLAH AWJ mukjizat yang sangat agung dan sangat luar biasa, Beliaulah junjungan seluruh penghuni langit dan bumi, hanya untuk beliau semata segala bentuk sholawat (rahmat ta'dhim) ALLAH AWJ dan salam sejahteraNya yang sempurna. Ketahuilah olehmu wahai aminah, sesungguhnya aku adalah Maryam ibunda Isa As. Kami semua ditugaskan ALLAH SWT untuk menemanimu demi menyambut kehadiran Nabi Suci al Musthofa Saww"


Salam atas Ibunda Agung Sayyidah Aminah Alaihassalam...

bersambung...

Senin, 16 Maret 2009

Kepala Kantor Ayatullah Uzhma Sistani di di ICC Senin Malam


Dalam rangka mengagungkan peristiwa kelahiran Manusia Termulia, Nabi Besar Muhammad saw, Islamic Cultural Center mengundang seluruh umat Islam untuk menghadiri Peringatan Maulid

s_jawad_alshehrstani_

Waktu : Senin, 16 Maret 2009 pukul 19.00 - 21.30 WIB

Tempat : Aula ICC Jakarta, Jl. Buncit Raya Kav. 35 Pejaten Barat - Jakarta Selatan.

Yang akan tampil dalam cara tersebut adalah Ayatullah Sayyid Jawad Syahristani, Prof. DR. Said Agil Siraj (Ketua PBNU), Drs. KH. Saifuddin Amsir (MUI) dan Haddad Alwi.

(www.islamiccultural.com)

Kapan Prakarsa Maulid Nabi Muhammad dimulai?


Post #1
Akbar wrote16 hours ago
Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.

Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi (sunni). Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit.

Ide Shalahuddin untuk memperingati Mualid Nabi pada dasarnya tidak terlepas dari pengaruh Syi'ah Mesir Al-Adid. Baginya dengan memperingati Maulid Nabi, terdapat nilai-nilai positif yang akan tumbuh pada umat Islam di masa mendatang sekaligus secara politis untuk membangkitkan semangat jihad kaum muslimin untuk mampu menghadapi invasi kaum salib!

Kaum ulama yang berpaham Salafiyah dan Wahhabi, umumnya tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah Bid'ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya.

Namun, Ritus Maulid yg bagi orang bermadzhab syi'ah kini sudah menjadi fenomena yang umum baik diperingati oleh kaum syi'ah itu sendiri dan juga kaum sunni..

Hal inilah yang menurut hemat saya adalah bahwa 'dikotomi sunni-syi'ah' adalah sudah tidak relevan lagi untuk dipermasalahkan di bumi pertiwi ini mengingat bahwa ilmu tentang islam sendiri yang masuk ke indonesia bersumber dari keturunan para imam syiah seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Malik Ishak. Dan saya berpendapat, tepatnya adalah usul juga bahwa setiap makalah yang didiskusikan forum ini hendaklah disiapkan secara matang sehingga pada saat dipublish terkesan sebagai wacana pemikiran dan bukan materi yang perlu diperdebatkan.

Wassalam.
Allahumma sholli 'aa Muhammad wa ali Muhammad
---
sumber: berbagai sumber, namun bisa ditelusuri di http://id.wikiperdia.org dalam artikel: sultan saladin dan perang salib.
Post #2
NURMANSYAH wrote13 hours ago
Wah itu ma klaim org2 syiah. Menurut org2 sunni yg membawa Islam ke Indonesia ya ulama2 sunni. Mazhab saya sih Al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw, alias mazhab kebenaran.

Kalau kita mau menyadari sih ritual maulid itu Bid'ah, tidak pernah dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi saw. Benar atau salah? Apakah Nabi saw pernah memperingati maulidnya? Jawab dong secara objektif.
Post #3
Anhar wrote13 hours ago
Pak Nurmansyah jangan mudah memvonis ritual maulid itu bid'ah. Buktinya ulama kita dan habaib memperingati maulid Nabi saw, bahkan negara kita secara resmi memperingati maulid. Jika begitu kesimpulan anda, para ulama, habaib, dan negara kita termasuk MUI semuanya melakukan bid'ah. Itu tidak mungkin. Kita jangan mudah membuat kesimpulan ttg suatu ilmu yg kita tdk mendalaminya. Itu namanya tdk ilmiah, alias konyol.
Post #4
Akbar wrote8 hours ago
Sebenarnya agak malas saya memposting tulisan lebih dari sekali yang pada akhirnya kurang mendidik sportifitas dan ketajaman dalam berdiskusi tanpa dasar, tulisan yang alakadarnya.

Sdr. Nurmansyah menulis: "Mazhab saya sih Al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw, alias mazhab kebenaran."

Tanggapan saya:

Mazhab (bahasa Arab: مذهب, madzhab) adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

Mazhab yang digunakan secara luas saat ini antara lain mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi'i dan mazhab Hambali dari kalangan Sunni. Sementara kalangan Syi'ah memiliki mazhab Ja'fari (Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah)), Ismailiyah dan Zaidiyah.

Lha terus dimana posisi Mazhabnya Sdr. Nurmansyah ini yang nama aliasnya Mazhab Kebenaran? Semua orang bisa klaim dengan mengikuti mazhab kebenaran sekalipun itu Dajjal. Tapi yang mana pranalar yang dibawa saat sekolah atau mengaji? Atau hanya akan dijawab pokoknya seperti yang diajarkan guru? itu namanya ta'lid.

Ada Pesan Bijak yang menyarankan kita semua: "Kalau kalian jadi Guru, jadilah Guru yang Jujur, yaitu yang mau mengakui jika muridnya lebih pinter. Jika kalian jadi Murid, jadilah Murid yang tahu kepada siapa berguru".

Sdr. Nurmansyah menulis kalimat: "Kalau kita mau menyadari sih ritual maulid itu Bid'ah, tidak pernah dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi saw. Benar atau salah? "

Untuk menjawab secara obyektif pertanyaan atau pernyataan di atas, tentu saja perkara paling mudah. Rasulullah itu kemana-mana naik Unta. Apakah Sdr. Nurmansyah juga menganggap 'naik unta itu' sunnah ? sementara selama ini ngikutin? atau naik mobil, motor ataupun becak dan bukankah itu bid'ah? ono ono wae... nggak relevan. 'cengkonek' istilahnya. Tidak ilmiah sekali pertanyaannya. Jadi ndak perlu saya jawab.

Sdr. Nurmansyah menulis: " Apakah Nabi saw pernah memperingati maulidnya? Jawab dong secara objektif."

Pertanyaan di atas saya kembalikan lagi dengan pertanyaan: "Nurmansyah memperingati maulidnya sendiri apa tidak?" kalau tidak ya itulah rasionalnya, tapi kalau iya nah ini baru narsis.. tentunya orang lain/keluarga yang seyogyanya memperingati.

Memperingati sesuatu yang senang ataupun sedih adalah hal yang lazim dilakukan manusia sebagai bentuk kemanusiaannya itu sendiri. Dan sebagai contoh jelas tertera dalam tarikhul Islam bahwa Lebih kurang dua tahun sebelum Nabi Muhammad Saw. di Isra' Mi'raj-kan, Nabi mengalami keguncangan jiwa yang sangat mendalam. Hal ini terjadi karena beliau juga seorang manusia biasa seperti kita dalam merasa. Ketika itu, dalam tahun yang sama dan bulan yang sangat berdekatan paman Nabi (Abu Thalib) dan istrinya tercinta-Khadijah meninggal dunia. Sehingga tahun tersebut dalam sejarah disebut sebagai tahun duka cita ('amul huzni) (ref: baca Sejarah Muhammad karya Haikal).

Jadi sah-sah saja sebagai manusia merasakan sesuatu kesenangan dan kesedihan yang berakibat munculnya perilaku-perilaku 'memperingati' ataupun 'merayakan', baik dilakukan secara pribadi maupun kelompok masyarakat/golongan.

Kesimpulan saya: Berlakulah sportif, yaitu menanggapi penuturan orang lain secara bijak dengan dipenuhi referensi yang jelas dipaparkan. Tidak asbun alias 'cengkonek.

Cobalah membuat posting sendiri yang lebih ilmiah untuk berbagi dan memajukan pengetahuan orang lain. kita tunggu kebisaannya.
Post #5
1 reply
Uliex wrote5 hours ago
Salam..
Allahumma sholli 'aa Muhammad wa ali Muhammad,,
Ada dua pendapat yang menengarai awal munculnya tradisi Maulid ;
Pertama, tradisi Maulid pertama kali diadakan oleh khalifah Mu’iz li Dinillah, salah seorang khalifah dinasti Fathimiyyah di Mesir yang hidup pada tahun 341 Hijriyah.
Kemudian, perayaan Maulid dilarang oleh Al-Afdhal bin Amir al-Juyusy dan kembali marak pada masa Amir li Ahkamillah tahun 524 H. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Al-Sakhawi (w. 902 H), walau dia tidak mencantumkan dengan jelas tentang siapa yang memprakarsai peringatan Maulid saat itu.

Kedua, Maulid diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun 630 H yang mengadakan acara Maulid besar-besaran.
Saat itu, Mudhaffar sedang berpikir tentang cara bagaimana negerinya bisa selamat dari kekejaman Temujin yang dikenal dengan nama Jengiz Khan (1167-1227 M.) dari Mongol.
Jengiz Khan, seorang raja Mongol yang naik tahta ketika berusia 13 tahun dan mampu mengadakan konfederasi tokoh-tokoh agama, berambisi menguasai dunia.
Untuk menghadapi ancaman Jengiz Khan itu Mudhaffar mengadakan acara Maulid.

Tidak tanggung-tanggung, dia mengadakan acara Maulid selama 7 hari 7 malam.
Dalam acara Maulid itu ada 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 keju dan 30.000 piring makanan.
Acara ini menghabiskan 300.000 dinar uang emas. Kemudian, dalam acara itu Mudhaffar mengundang para orator untuk menghidupkan nadi heroisme Muslimin.

Hasilnya, semangat heroisme Muslimin saat itu dapat dikobarkan dan siap menjadi benteng kokoh Islam.
Sejatinya, dua pendapat di atas sama-sama benar.
Alasannya, karena peringatan Maulid tidak pernah ada sebelum abad ketiga dan diadakan pertama kali oleh Mu’iz li Dinillah, dan ini hanya bertempat di Kairo dan masih belum tercium ke lain daerah.

Sedangkan Mudhaffar adalah orang pertama yang memperingati Maulid di Irbil, yang dari Mudhaffar inilah peringatan Maulid mendunia.

Sementara di Indoensia tradisi ini telah berlangsung dan diperkirakan diawala awal Islam masuk di Indonesia hal ini diperkuat dengan beberapa Tradisi kita Peringatan 10 Muharram/Asyuro di Sumatra Barat, Ajaran Sufi oleh Syeik Siti dll

Islam masuk Indonesia awal nya didukungan dgn Teori GUJARAT Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India, Namum Teori ini mendapatkan Sanggahan dan muncul

Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini berdasar Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. Namun ada Teori lain lagi yang memperkuat Adat dan kebiasaan Bangsa kita yaitu TEORI Persia

TEORI PERSIA
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
- Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein (cucu Nabi Muhammad), yang sangat dijunjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatera Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
- Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
- Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
- Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
- Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Post #6
Akbar replied to Uliex's post4 hours ago
Terima kasih dengan ditambahkan penulisan Islam masuk Indonesia oleh Sdr. Uliex Unik secara lebih luas dan detail. Ini baru namanya diskusi sehat dan bermanfaat menambah Ilmu Pengetahuan. Wassalam.

Sedikit tentang buku "Benarkah A'isyah Menikah Dengan Rasulullah Saw. Di Usia Dini?"

Post #1
1 reply
Amalia wroteon March 10, 2009 at 5:20am
Beberapa bulan terakhir ramai dibicarakan orang tentang pernikahan Syech Puji dengan seorang perempuan belia yang masih dibawah umur. Pernikahan yang dilakukan dengan seorang perempuan yang dalam hal ini masih kanak-kanak tidak hanya menyalahi hukum tetapi hal ini menyangkut banyak hal terutama kesehatan, baik fisik maupun mental anak tersebut, hal ini ternyata semakin meluas dengan mengangkat juga pernikahan A'isyah dan Rasulullah Saw. terutama menyangkut usia A'isyah pada saat itu. Sebagian orang meyakini bahwa A'isyah pada saat itu dinikahi Rasulullah Saw. di usia 7 atau 9 tahun, hal ini tidak saja menjadi pembenaran bagi sebagian pria untuk menikahi perempuan dibawah umur tetapi menimbulkan suatu masalah yang mengejutkan. Dengan adanya tuduhan bahwa Nabi Muhammad Saw. memiliki ketertarikan seksual lelaki dewasa pada anak perempuan dibawah umur. Disini O Hashem menuliskan hal tersebut dengan membuka satu persatu catatan sejarah dan para perawi hadis yang ada pada zaman itu, apakah fakta sejarah yang terungkap dalam tulisan tersebut? Silahkan anda menbacanya lebih dalam buku di atas.

Post #2
Ifadah wroteon March 10, 2009 at 2:00pm
Waduh! apa dasarnya sebagian kaum muslimin mengatakan bahwa Siti 'Aisyah dinikahi oleh Rasulullah saw di usia dini? Bahkan sebagian org menyandarkan nikahi seperti itu sbg sunnah Nabi saw.

Memang tdk rasional bahwa Rasulullah saw menikahi Siti Aisyah dlm usia dini. Bagaimana jadinya kl itu sunnah Nabi saw dan dicontoh oleh umatnya. Bisa2 banyak gadis muslimah yg putus sekolah di usia SD. Bisa tertinggal umat Islam khususnya kaum wanita muslimah. Ini salah satu bentuk penzaliman dan penindasan terhadap hak-hak perempuan.

Saya jadi penasaran. Ibu Amalia bisa memposting di Group ini dasar2 hadisnya bahwa Siti 'Aisyah dinikahi Rasulullah saw bukan di usia dini. Jadi dalam usia berapa Siti 'Aisyah dinikahi oleh Rasulullah saw?

Post #3
1 reply
NURMANSYAH wroteon March 10, 2009 at 2:08pm
Kalau gitu, bagaimana kiyai, syeikh atau ustadz yg menikahi gadis di bawah umur? Gagal dong mereka sebagai mencontoh sunnah Nabi saw. Saya kira kak Seto sangat perlu dikasih hadiah Buku itu agar bisa dijadikan rujukan dlm perlindungan hak anak2.

Post #4
1 reply
Dudi replied to Amalia 's poston March 10, 2009 at 7:06pm
Bukunya dimana Bu?

Post #5
Arif wroteon March 10, 2009 at 8:43pm
Salah satu bukti diambil dari kisah Perang BADAR dan UHUD

Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab karahiyati'l- isti`anah fi'l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: "ketika kita mencapai Shajarah". Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar.
Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab Ghazwi'l-nisa' wa qitalihinnama` a'lrijal) : "Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb]."
Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud and Badr.

Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu'l-maghazi, Bab Ghazwati'l-khandaq wa hiya'l-ahza' b): "Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb."
Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 years akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perangm, dan (b) Aisyah ikut dalam perang badar dan Uhud

KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.

Post #6
Husein replied to NURMANSYAH 's poston March 10, 2009 at 9:30pm
Kiayi, ustad, ulama, apapun namanya ternyatamenjadikan kisah atau riwayat mengenai pernikahan 'aisyah dgn Rasulullah sebagai tameng bagi mereka yang mengidap phedopilia seperti syekh puji, yang kaya raya itu, tanpa malu dan terang-teranganmenganggap nabi mengidap phedopilia seperti dia dan banyak kiayi-kiayi lainnya. anehnya tidak ada seorang ulama yang membatalkan pernikahan syekh "phedopilia" puji tersebut, bagaimana dgn undang2 kita?
salam

Post #7
1 reply
Amalia replied to Dudi's poston March 10, 2009 at 10:56pm
Bisa dilihat di Gramedia atau Karisma dn toko-toko buku lainnya, buku tersebut diterbitkan oleh Mizan. Salam

Post #8
1 reply
Ayu wroteon March 11, 2009 at 12:32am
Jd sbnrx bgmn hkmx menikahi wanita d usia dini?
& siapa yg prtma kali menyebarkan bhw rasulullah saw menikahi st.aisyah d usia dini?

Post #9
Abdul wroteon March 11, 2009 at 8:42pm
http://www.usc.edu/schools/college/crcc/engagement/resources/texts/muslim/hadith/bukhari/059.sbt.html

Volume 5, Book 59, Number 393:
Narrated Anas:

When it was the day of Uhud, the people left the Prophet while Abu Talha was in front of the Prophet shielding him with his leather shield. Abu Talha was a skillful archer who used to shoot violently. He broke two or three arrow bows on that day. If a man carrying a quiver full of arrows passed by, the Prophet would say (to him), put (scatter) its contents for Abu Talha." The Prophet would raise his head to look at the enemy, whereupon Abu Talha would say, "Let my father and mother be sacrificed for you ! Do not raise your head, lest an arrow of the enemy should hit you. (Let) my neck (be struck) rather than your neck." I saw 'Aisha, the daughter of Abu Bakr, and Um Sulaim rolling up their dresses so that I saw their leg-bangles while they were carrying water skins on their backs and emptying them in the mouths of the (wounded) people. They would return to refill them and again empty them in the mouths of the (wounded) people. The sword fell from Abu Talha's hand twice or thrice (on that day).

Post #10
Abdul wroteon March 11, 2009 at 8:48pm
http://www.usc.edu/schools/college/crcc/engagement/resources/texts/muslim/hadith/muslim/019.smt.html

Book 019, Number 4472:
It has been narrated on the authority of A'isha, wife of the Holy Prophet (may peace be upon him), who said: The Messenger of Allah (may peace be upon him) set out for Badr. When he reached Harrat-ul-Wabara (a place four miles from Medina) a man met him who was known for his valour and courage. The Companions of the Messenger of Allah (may peace be upon him) were pleased to see him. He said: I have come so that I may follow you and get a share from the booty. The Messenger of Allah (may peace be upon him) said to him: Do you believe in Allah and His Apostle? He said: No. The Messenger of Allah (may peace be upon him) said: Go back, I will not seek help from a Mushrik (polytheist). He went on until we reached Shajara, where the man met him again. He asked him the same question again and the man gave him the same answer. He said: Go back. Im will not seek help from a Mushrik. The man returned and overtook him at Baida'? He asked him as he had asked previously: Do you believe in Allah and His Apostle? The man said: Yes. The Messenger of Allah (may peace be upon him) said to him: Then come along with us.

Post #11
Abdul wroteon March 11, 2009 at 8:56pm
http://www.usc.edu/schools/college/crcc/engagement/resources/texts/muslim/hadith/bukhari/048.sbt.html

Volume 3, Book 48, Number 832:
Narrated Ibn 'Umar:

Allah's Apostle called me to present myself in front of him or the eve of the battle of Uhud, while I was fourteen years of age at that time, and he did not allow me to take part in that battle, but he called me in front of him on the eve of the battle of the Trench when I was fifteen years old, and he allowed me (to join the battle)." Nafi' said, "I went to 'Umar bin 'Abdul Aziz who was Caliph at that time and related the above narration to him, He said, "This age (fifteen) is the limit between childhood and manhood," and wrote to his governors to give salaries to those who reached the age of fifteen.

Post #12
Uyuni replied to Amalia 's poston March 11, 2009 at 9:35pm
Bisa tolong diberitahu judulnya bu...? kebetulan saya bekerja di lingkungan mayoritas non muslim jadi agak terpojok juga dengan alasan para "pelaku" tersebut... saya selalu menyayangkan pihak2 yang berlindung di balik agama yang kebenarannya mereka belum bisa buktikan..tapi satu hal yang sangat saya percaya bahwa Islam sangat menhormati dan melindungi kaum wanita.

Post #13
1 reply
NURMANSYAH wroteon March 11, 2009 at 11:13pm
Pak Husein,
bukankah ulama, syeikh, kiyai dan ustadz itu lebih mengetahuinya ketimbang kita. Mana yg benar? saya jadi bingung, apa dasarnya ulama dan syeikh itu menikahi gadis di usia dini? Apakah memang dlm buku2 sejarah dan hadis tdk ada dasarnya? Apakah ulama kita MUI tdk mengetahui? Waduh, kl gitu gimana ya umat Islam di Ind ini. Siapa yg mau dicontoh?

Post #14
Haji wroteon March 11, 2009 at 11:23pm
Pak tanjung tak perlu bingung. Karena tidak semua ulama, syeikh, kiyai dan ustdaz mengetahui persoalan sejarah dan hadis secara detail. Bergantung pada mereka rajin baca dan meneliti atau tidak? Mungkin Al-Marhum OHASHEM lebih tekun meneliti dan baca kitab2 hadis dan sejarah. Kita bisa baca buku2 tulisan beliau.

Dari karya2nya saja tampak bahwa Al-Marhum memfokuskan perhatian dan waktunya utk membaca dan meneliti.

Post #15
Husein replied to NURMANSYAH 's poston March 12, 2009 at 1:10am
P. Nurmansyah yang baik..
Memang betul kalau kita lihat mereka kiayi dan para OE (baca: U lama) lebih banyak menghabiskan waktu dalam hal-hal yang menyangkut hukum halal haram, makruh mubah dll. seperti hukum merokok, golput, memakan ular, katak dan air wudhu dsb, tapi jarang sekali kita mambaca buku atau pendapat para oe tersebut tentang korupsi misalnya, berapa banyak sahabat nabi yang melakukan korupsi?. atau nepotisme dalam sejarah islam, atau masalah keadilan para sahabat, termasuk sahabat-sahabat nabi yang melakukan pembunuhan berdarah dingin (sabran), coba tanya kepada mereka (oe) berapa banyak orang islam yang dibunuh oleh hajaj bin yusuf sang penjagal? berapa jumlah harem mereka, berapa banyak yang disembelih ole ziyad bin abihi (bin abi sufyan)? atau berapa ribu jumlah onta para gubernur islam tsb, dst..dst.
dalam hal pernikahan nabi dgn a'isyah juga begitu. mereka justeru percaya hadis ahad tersebut, mungkin karena lebih menguntungkan mereka (oe)..

di cina jg begitu para raja dan gubernurnya seringkali menerima "setotan" anak2 kecil yang masih ingusan sebagai upeti, orang tua si anak yang miskin itu akan menerima imbalan alakadarnya. katanya kalau kita menikahi anak2 yang masih ingusan tsb akan membuat kita awet muda.. naudzubillah.

begitupula dengan para khalifah dan gubernur di islam mereka bahkan seringkali memaksa para orang tua anak2 tsb. mereka tdk sungkan2 membunuh orang tua si anak atau bahkan membakar kampungnya dgn terlebih dahulu memperkosa gadis2 disitu.
sejarah membuktikan ini.

seorang kiayi yang miskin saja bisa menikahi santri2nya yang masih muda belia, merenggut masa depan mereka dgn alasan mendapat berkah dari kiayi mereka, apalagi kalau kiayinya kaya raya seperti syekh "phedopilia" puji itu. jangan2 janinnya pun dinikahi..

ya Allah ya Rabbi....
saya mau muntah..

Post #16
Fahri wroteon March 12, 2009 at 1:17am
Kayanya harus beli bukunya nih. Buku itu akan membuka cakrawala pemikiran umat supaya jangan nyontoh para ulama, syekh, pimpinan pesantren dan yg lainnya yang suka kawin sama anak-anak pake tameng agama.

Post #17
Kh replied to Ayu's poston March 12, 2009 at 1:25am
dalam buku tsb terungkap jelas..
siapa pelaku hadis palsu tsb..
saya jg baru selesai baca. luar biasa..

Post #18
Ahmad wroteon March 12, 2009 at 1:49am
Luar biasa! Sebuh pembuktian sejarah.

Post #19
Amalia wroteon March 12, 2009 at 8:15am
Disinilah dibutuhkan keberanian, ketelitian dan logika untuk membuka suatu catatan sejarah yang terlihat tidak masuk akal. Selamat membaca..

Post #20
Syamsuri wroteon March 12, 2009 at 11:02am
Ya Allah, semoga buku tsb dapat merubah pikiran kaum muslimin dan mencerahkan hati mereka, terutama kalangan ulama dan cendikia. Agar tidak menjadi contoh yg negatif bagi umat Rasulullah saw

Semoga pahala pencerahan dari buku tsb senantiasa mengalir kepada Al-Marhum Ohashem, menghibur kesepiannya, menemani kesendiriannya, dan mengantarkannya pada cahaya syafaat Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa) Amin ya Rabbal 'alamin.

Post #21
Anhar wroteon March 12, 2009 at 11:23am
Pak Husein

Apa benar sahabat Nabi saw itu banyak yang korupsi? Bukankah mereka itu hasil didikan Nabi saw, teladan bagi umatnya? Kalau begitu Nabi saw tidak berhasil dong dlm mendidik sahabat2nya? Mana mungkin Nabi saw gagal dlm mendidik mereka?

Waduh.. hati saya berdebar2 membaca tulisan pak Husein bahwa para khalifah dan gubenurnya membunuh orang tua yg tidak mau menyerahkan anak2 gadisnya yg masih dibawah umur kpd mereka, bahkan membakar kampung mereka.
Apakah informasi itu valid?

Sepengetahuan saya para khalifah Islam adalah contoh pemimpin Islam yang bersih dalam menjalankan pemerintahan Islam. Mengapa sejarah itu tidak sampai pada kita di bangku sekolah dan kuliah?

Siapa yang salah baca, para ahli sejarah Islam di Indonesia atau pak Husein? Tolong dong diurai lebih detail dan dilengkapi refrensinya.

Post #22
Haji wroteon March 12, 2009 at 1:13pm
Murid yg tidak sukses dalam study tidak selalu gurunya yang salah, apalagi sang guru adalah pendidik dan pengajar yg profesional. Memang dasar muridnya yg geblek, tak mau dididik, atau darahnya kotor. soal silsilah darah kan sdh diakui secara ilmiah pengaruhnya 20 %.

Makanya kl mau milih pemimpin jangan pilih yg geblek apalagi silsilah darahnya tak jelas. Kl pemimpinnya anak zina, waduh ... sdh pantaslah yg milih dihujani bala' dan malapetakan.

Coba lihat para pemimpin pilihan Allah yaitu para nabi dan rasul, mereka semuanya org2 suci, silsilah darahnya jelas. Katanya mau ngikutin jejak Allah dan Rasul-Nya. Maka ikutin dong sistem yg telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. jangan buat sistem sendiri spy tdk merusak umat Rasulullah saw.

Soal sahabat, khalifah pasca sahabat sama saja dg kita sekarang punya hawa nafsu, ambisi pada harta, wanita dan kekuasaan. Memangnya mereka itu org2 yg disucikan oleh Allah swt. Kalaupun ada hadis yg muji2 mereka, itu hadis2 politis dan palsu, yg dibuat oleh ulama bayaran utk melanggengkan dan membenarkan kekuasaan mereka. Tak jauh beda dg kondisi kita sekarang. Lihat saja prilaku sebagian caleg dan capres. Sogok sana sogok sini. Untung saja hadis sdh dibukukan. Kl tidak, ditambahin teknya. Paling tidak, maknanya dibelokkan pada kepentingan kekuasaannya.

Post #23
Ayu wroteon March 12, 2009 at 4:14pm
Tlg dcrtkn dong isi bukux.....

Post #24
Muhammad wroteon March 12, 2009 at 4:50pm
Pak Anhar,
Sebaiknya bapak baca buku2 sejarah Islam, disitu hati anda akan lebih berdebar.. karena kita tdk akan menyangkah perlakuan para sahabat nabi saww yg katanya "SETIA" sehingga mendapat gelar Khulafarusidin dari sahabat lainnya namun bukan gelar dari bukan dari Allah... Mereka berpaling dari Nabi saww setelah wafatnya beliau.. Dan keluarga Nabi yang disucikan Allah pun, mereka berani menyakitinya bahkan membunuhnya dgn kejih beserta pengikut2 setia keluarga Rasulullah saww... Bahkan sampai dengan saat inipun mereka mebenci pengikut2 keluarga Rasulullah saww... Terlihat nyata ketika pemerintahan Arab Saudi membiarkan tentaranya menzolimi peziarah warga Iran di Madinah... Semua pengikut2 keluarga Rasulullah saww di hambat dalam kelompok pengajian di Arab Saudi.. sungguh menyakitkan...

Maaf melenceng dari topik... kemarin saya mencari buku terakhir O Hashem di Gramedia... ternyata habis... dimana lagi belinya?

Post #25
Husein wroteon March 12, 2009 at 8:26pm
ha.. ha.. ha.. menyimpang dari topik pokok ya..
syekh "phedopilia puji" juga hanya menconyoh perilaku orang2 sebelum kita..
dukungan syariah/fiqh dibutuhkan sbg pembenara perilaku phedopilia tersebut, dibeberapa belahan dunia masih banyak perilaku seperti ini, di india jg banyak anak2 kecil dinikahi oleh org2 tua. sejak dahulu kala..

Post #26
Kh wroteon March 13, 2009 at 12:15am
Ini kan menarik sekali...
saya usulkan bagaimana kalau dibuat forum baru, membahas tentang sejarah korupsi, atau kekerasan dalam sejarah islam, hak-hak wanita dalam sejarah islam dll. hanya usul.. gimana?

Post #27
Husein wroteon March 13, 2009 at 3:16am
Minum kopi dengan kerupuk kulit, rokoknya cap Poligami ( 2 3 4 )...

Post #28
Husein wroteon March 13, 2009 at 10:55am
Buatan haDji Sam Soedin...

Post #29
Haji wroteon March 13, 2009 at 2:04pm
Ha ha ha keluar topik juga ah. Angka 234, konon menurut cerita kiyai di madura, punya kisah khusus. Itu angka rokok Jisamsu. Konon menurut kisah itu, pemilik usaha itu (seorang cinta) sedang bangkrut, kemudian datanglah ia ke Kiyai Kholil Bangkalan. Ia menyarankan bukan usaha yg lain dg dikasih simbol angka 234. Maksud Kiyai Kholil sang pengusa hendaknya masuk Islam dan tidak lupa melaksanakan angka 234. Yaitu rakaat subuh, maghrib, zuhur dan ashar. Lalu sang pengusaha masuk Islam, dan buat pabrik rokok JISAMSU (234), dan rokok Wismilak (Bismillah). Maklum cina tak fasih ngucapin lafazh arab. Menarik juga ternyata menjadi angka ayat poligami: "Nikahi perempuan (234) yg kamu cintai, jika kamu khawatir tdk adil, maka cukup (1) saja.

Post #30
Husein wroteon March 13, 2009 at 7:11pm
"Nikahi perempuan (234) yg kamu cintai, jika kamu khawatir tdk adil, maka cukup (1) saja.

maksudnya isepnya satu satu kan..?


Post #31
Vyasa Aida wroteon March 13, 2009 at 7:33pm
hahahhahaha .... aku malah suka dengan komentar komentarnya .... terutama komen dari kang Nawawi :)

salam kenal ya ...
Post #32
Sri wroteon March 13, 2009 at 10:44pm
ass...menambahkan komentar pak haji nawawi terhadap komentar pak anhar nasution....walau keluar dari topik sebenarnya...
orang indonesia emang dari dulu mempercayai tentang BIBIT-BEBET-BOBOT...
artinya bahwa kalo mau dapat pemimpin yg baik lihatlah bibit-bebet-bobot-nya
dengan kata lain lihatlah garis keturunannya...
selain itu,sahabat2 nabi semuanya kan manusia biasa jg dgn garis keturunan yg berbeda2, yg kecerdasan,ketakwaan dan keadilan yg jg berbeda..
penhormatan Rasulullah terhadap sahabt2nya tergantung pada amal perbuatan para sahabatnya...
wass
Post #33
Indra wroteon March 15, 2009 at 6:24am
Assalamualaikum

untuk mengetahui Umur Aisyah r.a ketika di nikahi Nabi Muhammad SAW kirtanya terlebih dahulu di kemukakan beberapa peristiwa penting secara kronologis :

Pra-610 M : Jaman Jahiliyah
610 M : Permulaan Wahyu Turun
610 M : Abu Bakar r.a masuk Islam
613 M : Nabi Muhammad SAW mulai menyiarkan Islam secara terbuka
615 M : Ummat Islam Hijrah I ke Habasyah
616 M : Umar bin al Khattab masuk islam
620 M : Aisyah r.a dinikahkan
622 M : Hijrah ke madinah
623/624 M : Aisyah r.a serumah sebagai suami istri dengan Nabi Muhammad SAW

Menurut Al-Thabari, keempat anak abu bakar r.a dilahirkan oleh istrinya pada Zaman Jahiliyah, artinya sebelum 610 M

Jika Aisyah r.a dinikahkan umur 6 tahun berarti Aisyah lahir pada tahun 613 M. Padahal menurut Tabari semua ke empat anak Abu bakar r.a lagir pada zaman Jahiliyah yaitu sebelim tahun 610 M. Al-hasil berdasar atas Tabari Aisyah r.a tidah dilahirkan 613 M melainkan sebelum 610 M. Jadi Aisyah r.a dinikahkan sebelum 620 M, maka beliau di nikahkan pada umur di atas 10 tahun dan hidup sebagai suami istri dengan Nabi Muhammad SAW dalam umur di atas 13 tahun. kalau di atas 13 tahun, dalam umur berapa? unjtuk itulah marilah kita menengok kepada kakak perempuan Aisyah ra. yaitu Asmah.

menurut Abd al-Rahman bin Abi Zannad, Asmah 10 tahun lebih tua dari Aisyah r.a. Menurut ibn hajar al Asqalami, Asmah hidup hingga 100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74 H (Al-Asqalani. Taqrib al-Tahzib, hal 654). artinya apabila Asmah meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal dalam tahun 73 atau 74 H, maka Asmah berumur 27 atau 28 pada waktu Hijrah. Sehinggal Aisyah berumur (27 tau28)-10= 17 atau 18 tahun pada waktu Hijrah. dengan demikian berarti Aisyah mulai hidup berumah tanggal dengan Nabi Muhammad SAW pada waktu berumur 19 atau 20 tahun. Wallahu a'lamu bi al-shawab

wassalam
Post #34
Ifadah wroteon March 15, 2009 at 3:54pm
Saya baca dlm buku sejarah, Aisyah itu janda ada juga yg bilang gadis. Mana yg sih yg benar? Jadi Nabi saw menikahi Aisyah itu dlm kondisi janda atau masih gadis? Apa sih tujuan Nabi saw menikahi Aisyah? Apa benar Aisyah itu sangat cantik, saya baca dlm sejarah katanya dia agak hitam atau sawo matang?

Mengapa tentang Pernikahan Rasulullah saw dg Aisyah heboh dan banyak cerita yng bermacam2? Apa motif dan tujuannya? Apakah karena ayahnya mantan penguasa dan suaminya seorang Nabi, mempertemukan kenabian dan kekuasaan? Luar biasa Siti Aisyah, tapi anehnya Nabi saw nikah lagi dg perempuan lain (poligami). Beda dg saat berumah tangga dg Sayyidah Khadijah (as) beliau tdk berpoligami. Yag luar biasa itu Khadijah atau Aisyah? Mengapa umumnya umat Islam lebih mengenal Aisyah ketimbang Khadijah, dan mengenal Rasulullah saw lebih banyak melalui cerita Aisyah?