Senin, 16 Maret 2009

Kapan Prakarsa Maulid Nabi Muhammad dimulai?


Post #1
Akbar wrote16 hours ago
Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.

Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi (sunni). Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit.

Ide Shalahuddin untuk memperingati Mualid Nabi pada dasarnya tidak terlepas dari pengaruh Syi'ah Mesir Al-Adid. Baginya dengan memperingati Maulid Nabi, terdapat nilai-nilai positif yang akan tumbuh pada umat Islam di masa mendatang sekaligus secara politis untuk membangkitkan semangat jihad kaum muslimin untuk mampu menghadapi invasi kaum salib!

Kaum ulama yang berpaham Salafiyah dan Wahhabi, umumnya tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah Bid'ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya.

Namun, Ritus Maulid yg bagi orang bermadzhab syi'ah kini sudah menjadi fenomena yang umum baik diperingati oleh kaum syi'ah itu sendiri dan juga kaum sunni..

Hal inilah yang menurut hemat saya adalah bahwa 'dikotomi sunni-syi'ah' adalah sudah tidak relevan lagi untuk dipermasalahkan di bumi pertiwi ini mengingat bahwa ilmu tentang islam sendiri yang masuk ke indonesia bersumber dari keturunan para imam syiah seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Malik Ishak. Dan saya berpendapat, tepatnya adalah usul juga bahwa setiap makalah yang didiskusikan forum ini hendaklah disiapkan secara matang sehingga pada saat dipublish terkesan sebagai wacana pemikiran dan bukan materi yang perlu diperdebatkan.

Wassalam.
Allahumma sholli 'aa Muhammad wa ali Muhammad
---
sumber: berbagai sumber, namun bisa ditelusuri di http://id.wikiperdia.org dalam artikel: sultan saladin dan perang salib.
Post #2
NURMANSYAH wrote13 hours ago
Wah itu ma klaim org2 syiah. Menurut org2 sunni yg membawa Islam ke Indonesia ya ulama2 sunni. Mazhab saya sih Al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw, alias mazhab kebenaran.

Kalau kita mau menyadari sih ritual maulid itu Bid'ah, tidak pernah dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi saw. Benar atau salah? Apakah Nabi saw pernah memperingati maulidnya? Jawab dong secara objektif.
Post #3
Anhar wrote13 hours ago
Pak Nurmansyah jangan mudah memvonis ritual maulid itu bid'ah. Buktinya ulama kita dan habaib memperingati maulid Nabi saw, bahkan negara kita secara resmi memperingati maulid. Jika begitu kesimpulan anda, para ulama, habaib, dan negara kita termasuk MUI semuanya melakukan bid'ah. Itu tidak mungkin. Kita jangan mudah membuat kesimpulan ttg suatu ilmu yg kita tdk mendalaminya. Itu namanya tdk ilmiah, alias konyol.
Post #4
Akbar wrote8 hours ago
Sebenarnya agak malas saya memposting tulisan lebih dari sekali yang pada akhirnya kurang mendidik sportifitas dan ketajaman dalam berdiskusi tanpa dasar, tulisan yang alakadarnya.

Sdr. Nurmansyah menulis: "Mazhab saya sih Al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw, alias mazhab kebenaran."

Tanggapan saya:

Mazhab (bahasa Arab: مذهب, madzhab) adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

Mazhab yang digunakan secara luas saat ini antara lain mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi'i dan mazhab Hambali dari kalangan Sunni. Sementara kalangan Syi'ah memiliki mazhab Ja'fari (Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah)), Ismailiyah dan Zaidiyah.

Lha terus dimana posisi Mazhabnya Sdr. Nurmansyah ini yang nama aliasnya Mazhab Kebenaran? Semua orang bisa klaim dengan mengikuti mazhab kebenaran sekalipun itu Dajjal. Tapi yang mana pranalar yang dibawa saat sekolah atau mengaji? Atau hanya akan dijawab pokoknya seperti yang diajarkan guru? itu namanya ta'lid.

Ada Pesan Bijak yang menyarankan kita semua: "Kalau kalian jadi Guru, jadilah Guru yang Jujur, yaitu yang mau mengakui jika muridnya lebih pinter. Jika kalian jadi Murid, jadilah Murid yang tahu kepada siapa berguru".

Sdr. Nurmansyah menulis kalimat: "Kalau kita mau menyadari sih ritual maulid itu Bid'ah, tidak pernah dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi saw. Benar atau salah? "

Untuk menjawab secara obyektif pertanyaan atau pernyataan di atas, tentu saja perkara paling mudah. Rasulullah itu kemana-mana naik Unta. Apakah Sdr. Nurmansyah juga menganggap 'naik unta itu' sunnah ? sementara selama ini ngikutin? atau naik mobil, motor ataupun becak dan bukankah itu bid'ah? ono ono wae... nggak relevan. 'cengkonek' istilahnya. Tidak ilmiah sekali pertanyaannya. Jadi ndak perlu saya jawab.

Sdr. Nurmansyah menulis: " Apakah Nabi saw pernah memperingati maulidnya? Jawab dong secara objektif."

Pertanyaan di atas saya kembalikan lagi dengan pertanyaan: "Nurmansyah memperingati maulidnya sendiri apa tidak?" kalau tidak ya itulah rasionalnya, tapi kalau iya nah ini baru narsis.. tentunya orang lain/keluarga yang seyogyanya memperingati.

Memperingati sesuatu yang senang ataupun sedih adalah hal yang lazim dilakukan manusia sebagai bentuk kemanusiaannya itu sendiri. Dan sebagai contoh jelas tertera dalam tarikhul Islam bahwa Lebih kurang dua tahun sebelum Nabi Muhammad Saw. di Isra' Mi'raj-kan, Nabi mengalami keguncangan jiwa yang sangat mendalam. Hal ini terjadi karena beliau juga seorang manusia biasa seperti kita dalam merasa. Ketika itu, dalam tahun yang sama dan bulan yang sangat berdekatan paman Nabi (Abu Thalib) dan istrinya tercinta-Khadijah meninggal dunia. Sehingga tahun tersebut dalam sejarah disebut sebagai tahun duka cita ('amul huzni) (ref: baca Sejarah Muhammad karya Haikal).

Jadi sah-sah saja sebagai manusia merasakan sesuatu kesenangan dan kesedihan yang berakibat munculnya perilaku-perilaku 'memperingati' ataupun 'merayakan', baik dilakukan secara pribadi maupun kelompok masyarakat/golongan.

Kesimpulan saya: Berlakulah sportif, yaitu menanggapi penuturan orang lain secara bijak dengan dipenuhi referensi yang jelas dipaparkan. Tidak asbun alias 'cengkonek.

Cobalah membuat posting sendiri yang lebih ilmiah untuk berbagi dan memajukan pengetahuan orang lain. kita tunggu kebisaannya.
Post #5
1 reply
Uliex wrote5 hours ago
Salam..
Allahumma sholli 'aa Muhammad wa ali Muhammad,,
Ada dua pendapat yang menengarai awal munculnya tradisi Maulid ;
Pertama, tradisi Maulid pertama kali diadakan oleh khalifah Mu’iz li Dinillah, salah seorang khalifah dinasti Fathimiyyah di Mesir yang hidup pada tahun 341 Hijriyah.
Kemudian, perayaan Maulid dilarang oleh Al-Afdhal bin Amir al-Juyusy dan kembali marak pada masa Amir li Ahkamillah tahun 524 H. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Al-Sakhawi (w. 902 H), walau dia tidak mencantumkan dengan jelas tentang siapa yang memprakarsai peringatan Maulid saat itu.

Kedua, Maulid diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun 630 H yang mengadakan acara Maulid besar-besaran.
Saat itu, Mudhaffar sedang berpikir tentang cara bagaimana negerinya bisa selamat dari kekejaman Temujin yang dikenal dengan nama Jengiz Khan (1167-1227 M.) dari Mongol.
Jengiz Khan, seorang raja Mongol yang naik tahta ketika berusia 13 tahun dan mampu mengadakan konfederasi tokoh-tokoh agama, berambisi menguasai dunia.
Untuk menghadapi ancaman Jengiz Khan itu Mudhaffar mengadakan acara Maulid.

Tidak tanggung-tanggung, dia mengadakan acara Maulid selama 7 hari 7 malam.
Dalam acara Maulid itu ada 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 keju dan 30.000 piring makanan.
Acara ini menghabiskan 300.000 dinar uang emas. Kemudian, dalam acara itu Mudhaffar mengundang para orator untuk menghidupkan nadi heroisme Muslimin.

Hasilnya, semangat heroisme Muslimin saat itu dapat dikobarkan dan siap menjadi benteng kokoh Islam.
Sejatinya, dua pendapat di atas sama-sama benar.
Alasannya, karena peringatan Maulid tidak pernah ada sebelum abad ketiga dan diadakan pertama kali oleh Mu’iz li Dinillah, dan ini hanya bertempat di Kairo dan masih belum tercium ke lain daerah.

Sedangkan Mudhaffar adalah orang pertama yang memperingati Maulid di Irbil, yang dari Mudhaffar inilah peringatan Maulid mendunia.

Sementara di Indoensia tradisi ini telah berlangsung dan diperkirakan diawala awal Islam masuk di Indonesia hal ini diperkuat dengan beberapa Tradisi kita Peringatan 10 Muharram/Asyuro di Sumatra Barat, Ajaran Sufi oleh Syeik Siti dll

Islam masuk Indonesia awal nya didukungan dgn Teori GUJARAT Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India, Namum Teori ini mendapatkan Sanggahan dan muncul

Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini berdasar Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. Namun ada Teori lain lagi yang memperkuat Adat dan kebiasaan Bangsa kita yaitu TEORI Persia

TEORI PERSIA
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
- Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein (cucu Nabi Muhammad), yang sangat dijunjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatera Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
- Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
- Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
- Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
- Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Post #6
Akbar replied to Uliex's post4 hours ago
Terima kasih dengan ditambahkan penulisan Islam masuk Indonesia oleh Sdr. Uliex Unik secara lebih luas dan detail. Ini baru namanya diskusi sehat dan bermanfaat menambah Ilmu Pengetahuan. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar