Jumat, 27 Februari 2009

orangtua rasul kafir????

Nasab Rasulillah Saww Bersih.. !!


Isu ini terangkat kala sebagian umat islam mengaku pengikut Rasulillah Saww justru memusyriknya ayahanda Rasulullah Saww. (Innalillah..)

Dalam menjawabnya saya sampaikan 2 jawaban sekaligus bahwa :

Nama ayahanda Rasulullah Saww adalah Sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib r.a yang artinya Hamba ALLAH.

Definisinya jelas bahwa ayahanda Rasul Saww sangat mengenal ALLAH AWJ
karena nama ini yang membedakan antara penyembah berhala dengan penyembah Illah SWT.

Contoh Nama nama Jahiliyah (mirip mirip Tuhan mereka Latta dan Udza):
Uta, Abul Udza, dll

Jadi jelaslah bahwa Ayahanda Mulia Ar Rasul Saww bukan seperti claim mereka..!

Ayah Nabi Ibrahim As tidak Kafir


Banyak orang yang memaknai bahwa Azar adalah ayahnya Nabi Ibrahim demi memuluskan upaya mereka menampilkan 'cacatnya' Nasab Nabi Saww.

Namun sekali Lagi Hujjah ALLAH AWJ membungkam sekaligus membongkar kebohongan bertingkat kaum hipokrit pendengki Ar Rasul Saww..

Dalam Nasab Umum inilah Nasab Ayahanda Rasul Saww :

Sayyidina Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim (AMR) bin 'Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu ' Ayy bin Isma 'ell (Ismail) bin ibrahim bin Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh bin Lamik bin Metusyalih bin Idris bin Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S


Rantai Nasab diatas ada Nama Azar {tarih}

sesungguhnya keduanya adalah orang yang berbeda. Azaar adalah paman Nabi Ibrahim yang bekerja tuk Namrud dalam membuat Patung. Sedang Tarikh adalah Ayahanda Nabi Ibrahim As.

Lamanya sejarah serta berlapisnya pengkaburan membuat orang sulit mencari jawaban siapa Ayah Nabi Ibrahim As sebenarnya, Padahal Jawabannya ada di Depan mata

Kuncinya ada pada QS al An'am ayat 74 dalam kata Ab' (ayah dalam makna luas)

Penggunaannya :

Abu jabir (ayah Jabir)
Abu Abdillah (ayah Hamba Allah)
atau :

Abaaika (Kakek)

metode ini sederhana, namun banyak yang tidak faham, artinya penggunakaan kata ab' pada orang tertentu tidak menyatakan bahwa orang tersebut adalah Ayah dalam nasab.

Dalil yang dijadikan sebagai dasar pengkafiran ayah Nabi Ibrahim adalah ayat yang menyebutkan Azar sebagai " ab " Ibrahim. Misalnya :

" Ingatlah ( ketika ), Ibrahim berkata kepada " ab "nya Azar, " Apakah anda menjadikan patung-patung sebagai tuhan ?. Sesungguhnya Aku melihatmu dan kaummu berada pada kesesatan yang nyata ".( al An'am 74 ).

Atas dasar ayat ini, ayah Ibrahim yang bernama Azar adalah seorang kafir dan sesat. Kemudian ayat lain yang memuat permohonan ampun Ibrahim untuk ayahnya ditolak oleh Allah dikarenakan dia adalah musuh Allah ( al Taubah 114). Dalam menarik kesimpulan dari ayat di atas dan sejenisnya bahwa ayah nabi Ibrahim adalah seorang kafir sungguh sangat terlalu tergesa-gesa, karena kata " abun " dalam bahasa Arab tidak hanya berarti ayah kandung saja.

Kata ab' bisa juga berarti, ayah tiri, paman, dan kakek.

contoh lain

Misalnya al Qur'an menyebutkan Nabi Ismail sebagai " ab " Nabi Ya'kub as., padahal beliau adalah paman NabiYa'kub as.

"Adakah kalian menyaksikan ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, " Apa yang kalian sembah sepeninggalku ? ". Mereka menjawab, " Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, Tuhan yang Esa, dan kami hanya kepadaNya kami berserah diri ".( al Baqarah 133 )

Dalam ayat ini dengan jelas kata "aabaaika " bentuk jama' dari " ab " berarti kakek ( Ibrahim dan Ishak ) dan paman ( Ismail ).

Dan juga kata " abuya " atau " buya " derivasi dari " ab " sering dipakai dalam ungkapan sehari-hari bangsa Arab dengan arti guru, atau orang yang berjasa dalam kehidupan, termasuk panggilan untuk almarhum Buya Hamka, misalnya.

Dari keterangan ringkas ini, kita dapat memahami bahwa kata " ab " tidak hanya berarti ayah kandung, lalu bagaimana dengan kata " ab " pada surat al An'am 74 dan al Taubah 114 ?

Dengan melihat ayat-ayat yang menjelaskan perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as. akan jelas bahwa seorang yang bernama " Azar ", penyembah dan pembuat patung, bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan pamannya atau ayah angkatnya atau orang yang sangat dekat dengannya dan Ia adalah pembuat Patung tuk Raja Namrud

Pada permulaan dakwahnya, Nabi Ibrahim as. mengajak Azar sebagai orang yang dekat dengannya, "Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka Tuhan yang Maha Pemurah " ( Maryam 44 ).

Namun Azar menolak dan bahkan mengancam akan menyiksa Ibrahim. Kemudian dengan amat menyesal beliau mengatakan selamat jalan kapada Azar, dan berjanji akan memintakan ampun kepada Allah untuk Azar. " Berkata Ibrahim, " Salamun 'alaika, aku akan memintakan ampun kepada Tuhanku untukmu " ( Maryam 47 ).

Kemudian al Qur'an menceritakan bahwa Nabi Ibrahim As menepati janjinya untuk memintakan ampun untuk Azar seraya berdoa,

" Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkan aku bersama orang-orang yang saleh. Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah ayahku ( abii ), sesungguhnya ia adalah termasuk golongan yang sesat. Jangnlah Kamu hinakan aku di hari mereka dibangkitkan kembali, hari yang mana harta dan anak tidak memberikan manfaat kecuali orang yang menghadapi Allah dengan hati yang selamat ".(al Syua'ra 83-89 ).

Allamah Thaba'thabai menjelaskan bahwa kata " kaana " dalam ayat ke 86 menunjukkan bahwa doa ini diungkapkan oleh Nabi Ibrahim as. setelah kematian Azar dan pengusirannya kepada Nabi Ibrahim as. ( Tafsir al Mizan 7/163).

Setelah Nabi Ibrahim as. mengungkapkan doa itu, dan itu sekedar menepati janjinya saja kepada Azar, Allah AWJ menyatakan bahwa tidak layak bagi seorang Nabi memintakan ampun untuk orang musyrik, maka beliau berlepas tangan ( tabarri ) dari Azar setelah jelas bahwa ia adalah musuh Allah swt. (lihat surat al Taubah 114 )

Walid = Ayah Nasab (kandung)

  • Bedakan dengan kata walid (sebutan ayah dalam makna nasab/ kandung) seperti doa yang diajarkan Khalil ALLAH Ibrahim As. dan Doa ini muktabar dikalangan kita. Jelaslah bahwa Walid menunjukkan bahwa ia menuju pada Orang tua asli (kandung)

Ketika Nabi Ibrahim datang ke tempat suci Mekkah dan besama keturunan membangun kembali ka'bah, beliau berdoa,

"Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua walid- ku dan kaum mukminin di hari tegaknya hisab"( Ibrahim 41 ).

Kata " walid " hanya mempunyai satu makna yaitu yang melahirkan.

Dan yang dimaksud dengan " walid " disini tidak mungkin Azar, karena Nabi Ibrahim telah ber-tabarri (berlepas diri) dari Azar setelah mengetahui bahwa ia adalah musuh Allah (al taubah 114)

Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan walid disini adalah orang tua yang melahirkan beliau, dan keduanya adalah orang-orang yang beriman. Selain itu, kata walid disejajarkan dengan dirinya dan kaum mukminin, yang mengindikasikan bahwa walid- beliau bukan kafir. Ini alasan yang pertama.

  • Alasan yang kedua, adalah ayat yang berbunyi, " Dan perpindahanmu ( taqallub) di antara orang-orang yang sujud ".( al Syua'ra 219 ). Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa diri nabi Muhammad saww. berpindah-pindah dari sulbi ahli sujud ke sulbi ahli sujud.
Artinya ayah-ayah Nabi Muhammad dari Abdullah sampai Nabi Adam adalah orang-orang yang suka bersujud kepada Allah. (lihat tafsir al Shofi tulisan al Faidh al Kasyani 4/54 dan Majma' al Bayan karya al Thabarsi 7/323 ).

Nabi Ibrahim as. beserta ayah kandungnya termasuk kakek Nabi Muhammad saww. Dengan demikian, ayah kandung Nabi Ibrahim as. adalah seorang yang ahli sujud kepada Allah swt.

Tentu selain alasan-alasan di atas, terdapat bukti-bukti lain dari hadis Nabi yang menunjukkan bahwa ayah kandung Nabi Ibrahim as. bukan orang kafir.

Hingga timbul Pertanyaan Besar Siapa Ayah kandung Nabi Ibrahim As ?

As Sayyid Nikmatullah al Jazairi menjawabnya dalam kitab an Nur al Mubin fi Qashash al An biya wal Mursalin hal 270 mengutip az Zujjaj bahwa Ayahanda Nabi Ibrahim As bernama Tarikh


Salam atas Khalil ALLAH yang suci..
Salam atas Nabi ALLAH Ibrahim alaihissalam..


Source :
Dinukil dari Buletin al Jawad edisi 1421 dan Kitab Adam hingga Isa (Sayyid Jazairi)

Menyambut Rasulillah Saww




Menyambut Nabi Muhammad Saww

"Wa mâ arsalnâka illa rahmatan lil-'alamîn"

"Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali untuk rahmat semesta alam"

"Qul bi fadhlillahi wa bi rahmati fa bi-fadhlika fal-yafrihu"

"Katakanlah: Atas rahmat dan anugerah Tuhanmu, maka dengan itu hendaknya engkau bersuka cita"

Atas anugrah dan sasmita dari Tuhan, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang orang-orang beriman merayakan kedatangan Nabi al-Mustafa hamba yang terkasih yang bersua dengan-Nya ketika Mi'raj

Ia adalah Muhammad putra 'Abdullah dan Aminah
Semoga Rahmat, Anugrah dan Salam Sejahtera bercurah melimpah ke atas Muhammad, keluarganya yang suci, bapaknya, istri-istrinya, keturunannya, sahabat-sahabatnya yang terpilih, kerabatnya, pengikutnya yang setia dan untuk mereka yang mencintai Muhammad sepanjang hayat kini dan hari depan dan pada setiap relung ruang dan kurun waktu

Kedatangannya merupakan khazanah keceriaan
Tidak hanya bagi insan seluruhnya
Tetapi juga bagi makhluk-makhluk Tuhan besar dan kecil

Pada dunia persada dan samudra yang maha luas.
Pada pepohonan dan belantara
Pada satwa di angkasa dan di bumi yang terbentang

Bahkan pada seonggok serangga
Keceriaan meliputi mereka seluruhnya
Di dunia eksistensi Yang berasal dari-Nya
Melalui titian-Nya Dan menghamba kehadirat-Nya

Di sini, di persada dunia Kehidupan Muhammad dan bahkan
Kematiannya adalah kesempurnaan cahaya mentari

Saat kedatangannya dan kepergiannya
Ia adalah manusia agung

Ia adalah mutiara kebaikan dan kekudusan
Pemilik keparipurnaan visi dan ketentuan Pecinta Tuhan sejati

Hingga memiliki pengikut setia dalam kebaikan dan kesalehan
Yang berjuang tuk gapai manisnya madu dan sejuknya air penjelmaan anugrah Tuhan yang menetes yang dinantikan oleh para pencari di saat kedatangannya semoga Tuhan memberkati ia selamanya

Bara cinta menggelayut mengilhami esensi dan renjana kehadirannya dalam daur pengabdian para pencari menjaga malam tetap menyala dengan api pujaan dan sanjungan

Wahai yang terkasih...

Rembulan bersinar terang di atas sahara dan samudra menyambut kedatanganmu setiap wujud dan sel setiap atom berkisar dalam ekstase kegembiraan bersuka cita mendengar kedekatan jejak-jejakmu pada ranah dunia ini pandu kami

Wahai engkau yang sadar!

Pada visi roman mukamu bersinar cahaya Tuhan
Yang melantik engkau sebagai mahkota penciptaan


Syaikh Muhammad Nazhim Haqqani
[fatimah.org]

Meneladani 6 Orang Nabi Agung



Jawaban Amirul Mukminin Imam Ali AS mengenai kekhalifahan

Sebagian orang terus mencari cari kesalahan Amirul Mukminin Imam Ali AS kala menanggapi Hadist GhadirKum yang tidak berhasil di temui ‘celah retaknya’

Sebagian lagi menebar keraguan dan Kebohongan atas Nash Mutlak tuk Wazhir Rasul Allah ini, entah demi kepentingan golongannya sendiri atau memang ingin menghancurkan ISLAM.

Sebagian lagi lebih memilih tuk mempertanyakan ‘kenapa’ ketimbang mencari jawaban ‘adakah’ dalil qathi bagi 3 khalifah mereka; Mengapa Imam Ali tidak menggugat kekhalifahan bila memang itu adalah haknya neither asking adakah Nash bagi 3 orang Khalifah…

Para Pengkaji Adil Agama ini telah faham bahwa Lisan Suci Rasul ALLAH SAWW tidak pernah menyampaikan ‘khulafaur rashidin’ karena memang 3 orang khalifah tidak pernah Beliau SAWW tunjuk sebagai Wazhir dan Penerus Kepemimpinan Illahiah. Namun bila Khulafaur rashidin adalah 12 Pemimpin Quraish maka bisa dipastikan bahwa Para Amir Suci ini adalah panduan bagi manusia tuk tetap dijalan Haq.

Dengan matan Nash Tegak Amirul Mukminin AS tidak dapat di sandingkan dengan 3 manusia biasa khalifah Islam.

Amirul Mukminin adalah Ahlul Bayt yang di suci kan ALLAH Ta’ala, Beliau adalah Pewaris Seluruh Keutamaan Rasul ALLAH SAWW kecuali kenabian. Beliau adalah Bersumber dari satu Pohon, satu Nur, satu Pokok yang sama jauh sebelum Allah Ta’la menciptakan Nabi Adam as dan menitipkannya Nur Suci ke Sulbi Nabi Adam AS.

Saya turunkan data kajian jawaban Amirul Mukminin Imam Ali as pasca Pemakaman Kekasih ALLAH, Kecintaan Langit dan Bumi, Nabi yang Sempurna, Manusia Suci yang tiada cela Rasul ALLAH Muhammad al Musthofa salallahu alaihi wa alihi wa salam

Ketika Imam Ali As ditanya mengapa ia tidak merebut haknya, bila betul khilafah itu haknya, Beliau As menjawab:

"Demi Allah, aku tidak melakukannya bukan karena pengecut, juga bukan karena takut mati. Tetapi perjanjian dengan saudaraku Rasulullah saww mencegahku. Nabi saww berkata " Hai Abul Hasan, sesungguhnya umat akan menghianatimu dan memutuskan perjanjianku. Padahal kedudukanmu terhadapku sama seperti kedudukan Harun terhadap Musa. Aku berkata, apa yang kaupesankan kepadaku Ya Rasulullah, jika itu terjadi.

Rasul Saww berkata : Jika kamu mendapatkan pembelamu, segeralah kepada mereka, memperjuangkan hakmu dari mereka. Jika tidak kamu dapatkan pendukungmu, tahanlah tanganmu, peliharalah darahmu, sehingga engkau menyusulku dalam keadaan teraniaya.

Riwayat lainDari Dialog Ali bin Maitsam ketika ditanya oleh kaum muslimin, "Kenapa Ali duduk berdiam diri tidak memerangi mereka?"

Ali bin Maitsam menjawab,

  • "Sebagaimana duduk berdiam dirinya Harun terhadap Samiri, padahal mereka telah menyembah patung anak sapi. Seperti Harun ketika mengatakan, '(Harun berkata), 'Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah.' (QS. al-A'raf: 150)
  • Seperti Nuh tatkala berkata, 'Aku ini orang yang dikalahkan, oleh karena itu menangkanlah (aku).'(QS. al-Qamar: 10)
  • Seperti Luth tatkala mengatakan, 'Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).' (QS. Hud: 80) Dan
  • seperti Musa dan Harun tatkala mengatakan, 'Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.'" (QS. al-Maidah: 25)

Ali bin Maitsam telah menukil sebuah makna dari Ucapan Imam Ali As langsung ketika Seorang sahabat Nabi bertanya kepadanya mengapa tidak memerangi 2 Orang yang telah menjadi khalifah

Kemudian Imam Ali As menjawab: "Sesungguhnya Aku mengambil teladan pada Enam orang Nabi"

  • Pertama ialah Ibrahim al-Khalil as, tatkala dia mengatakan, 'Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah.' (QS. Maryam: 48)
Jika Anda mengatakan, 'Dia menjauhkan diri dari mereka dengan tanpa ada sesuatu yang tidak disukai', maka Anda telah kafir.

Jika Anda mengatakan, 'Dia menjauhkan diri dari mereka disebabkan dia melihat sesuatu yang tidak disukai', maka washi dimaafkan.

  • Kedua adalah Luth as, tatkala dia mengatakan, 'Seandainya aku ada mempunyai kekuatan untuk menolakmu atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).' (QS. Hud: 80)
Jika Anda mengatakan, 'Sesungguhnya Luth mempunyai kekuatan untuk menolak mereka', maka Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Sesungguhnya dia tidak mempunyai kekuatan untuk menolak mereka', maka washi dimaafkan.

  • Ketiga adalah Yusuf as tatkala dia mengatakan, 'Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku.' (QS. Yusuf: 33)
Jika Anda mengatakan, 'Nabi Yusuf meminta penjara dengan tanpa adanya sesuatu yang tidak disukai yang dibenci oleh Allah SWT', maka Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Sesungguhnya dia diajak kepada sesuatu yang dimurkai Allah', maka washi dimaafkan.

  • Keempat adalah Musa as, tatkala dia mengatakan, 'Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu.' (QS. asy-Syu'ara: 21)
Jika anda mengatakan, 'Sesungguhnya Nabi Musa as lari dengan tanpa ada sesuatu yang ditakutkan', maka Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Sesungguhnya dia lari meninggalkan mereka disebabkan mereka ingin berbuat jahat kepadanya', maka washi dimaafkan.

  • Kelima adalah Harun, tatkala dia berkata kepada saudaranya, 'Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku.' (QS. Al-A'raf: 150)

Jika Anda mengatakan, 'Mereka tidak menganggap Harun as lemah dan tidak hampir membunuhnya', berarti Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Mereka telah menganggap Harun as lemah dan hampir membunuhnya, dan oleh karena itu dia mendiamkan mereka', maka washi dimaafkan.

  • Keenam adalah Muhammad Saww tatkala dia lari ke gua dan meninggalkan saya di ranjangnya, dan saya mempersembahkan nyawa saya kepada Allah.
Jika Anda mengatakan, 'Muhammad telah lari dengan tanpa adanya sesuatu yang mengancamnya dari pihak mereka', maka Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Mereka telah mengancamnya, dan tidak ada jalan lain baginya kecuali lari ke gua', maka washi dimaafkan."

{Munadzarat fi al-Imamah; al-Manaqib, Ibnu Syahrasyub, jld. 1, hal. 270.}