Jumat, 10 Juli 2009

perempuan perkasa

Malam 15 Rajab 1430 H / Malam Pemilu Presiden Indonesia

Malam Rabu / Selasa malam tanggal 7 bulan 7 / Juli 2009

Peringatan Syahadahnya Zainab binti ‘Ali bin Abi Thalib

Oleh Ustadz Sayid Abdullah Al Habsy asal Cirebon

Zainab adalah saudara dari Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, yang menjadi singa panggung ( Aqilatul Muslimin ) dalam mengawal keturunan Rasulullah yang diarak berjalan kaki dari Karbala tempat syahidnya Al Husain menuju istana Yazid, dan sebagai penjelas dan penerang bagi rakyat / ummat yang ingin tahu siapa yang diarak dan mengapa sampai diarak ? Karena masih begitu banyak ummat Islam yang belum tahu dan bahkan isu para pengikut Bani Umayah saat itu mengatakan bahwa yang diarak adalah orang kafir yang menentang Islam.



Ustadz Abdullah Al Habsy asal Cirebon didampingi ketua Yayasan Amanah Syahadah Banjarmasin Habib Abdullah al Habsy


Disitulah peran Zainab binti ‘Ali bin Abi Thalib sangat menentukan demi syiar Islam yang baru saja dipolitisir sehingga arak-arakan keluarga Rasullah dan kepala-kepala yang di pasak tombak ( ada kepala Al Husain cucunda Nabi Muhammad , ada kepala ‘Aun dan Muhammad putra Abdullah bin Ja’far suami Zainab binti ‘Ali bin Abi Thalib dan lainnya ) tersebut membuat mata ummat Islam saat itu terbelalak bahwa siapa sebenarnya Yazid bin Muawiyah dan pengikutnya akhirnya terbongkar berkat suara lantang dan tegas dari Zainab binti ‘Ali bin Abi Thalib.

Sebenarnya ketika anak Nabi Muhammad yaitu Fatimah Azzahra telah melahirkan Zainab, ‘Ali bin Abi Thalib ditanya oleh Fatimah akan diberi nama siapa putri yang baru lahir tersebut, tapi ‘Ali mengatakan bahwa beliau tidak akan mendahului memberi nama sebelum Rasulullah Muhammad sendiri yang akan memberi nama ( kebetulan saat itu Rasulullah sedang berada diluar kota ), sehingga ketika datang Rasulullah barulah diberi nama oleh Rasul yaitu Zainab, dimana menurut oleh ahli Tafsir Zainab itu berasal dari 2 kata yaitu Zainun yang berarti Hiasan dan Abun yang berarti Ayah ( dimana kita tahu bersama kalau Fatimah anak nabi pun mempunyai gelar Ummu Abiha = Ibu Ayahnya ).

Kemudian Rasul pun berkata “ Cintailah anak ini karena sifat dan wajah serta perjalanan hidup anak ini mirip dengan Sayyidah Khadijah Al Kubra ( istri Rasul yang pertama ) ”.

Perjalanan hidup Zainab penuh duka dimana beliau menyaksikan Ibundanya Fatimah meninggal, kemudian syahidnya ayahnya ‘Ali, diracunnya saudaranya al Hasan, dan terakhir terbunuh nya al Husain di Karbala beserta para pengikutnya yang setia.

Dan Rasulullah menambahkan Agama ini ( Islam ) tidak akan berdiri apabila tidak ada pedangnya ‘Ali bin Abi Thalib dan hartanya Sayyidah Khadijah Al Kubra.

Terakhir ucapan sayidah Zainab binti ‘Ali bin Abi Thalib dari ucapan Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib :

Seseorang tidak akan tertanam Iman dalam hatinya, kecuali telah :

  1. Memperdalam pengetahuan tentang Islam ( Agamanya )
  2. Memiliki kesabaran dalam hidupnya
  3. Mau tawakkal pada Allah

Dimana yang membangun Iman harus mempunyai Ilmu dan mengamalkannya.

Minggu, 28 Juni 2009

Hans Küng tentang Kenabian Muhammad


Berabad-abad sudah pihak Yahudi dan Kristen memandang sebelah mata terhadap Nabi Muhammad dan agama yang dibawanya. Bukan hanya itu, Muhammad juga jadi bulan-bulanan dengan berbagai cacian dan kalimat jorok yang menyakitkan. Berbeda dari mereka, umat Islam menempatkan Nabi Musa dan Nabi Isa pada posisi mulia, sejajar dengan posisi nabi akhir zaman itu. Bahkan dalam Konsili Vatikan II, yang berupaya menghormati umat Islam, tidak ada satu kata pun yang menyebut nama Muhammad.
Hans Kung






Dalam kaitan inilah kita melihat keberanian Hans Küng untuk menyimpang secara radikal dari pandangan umumnya teolog Katolik dan Kristen. Di mata mantan pastor Katolik asal Swiss ini, Muhammad adalah seorang nabi. Sejak 1979, Küng dikucilkan dari lingkaran Vatikan dengan pencabutan lisensi mengajar (missio canonica)-nya sebagai teolog Katolik. Sebabnya cukup mendasar: Küng mempertanyakan posisi ma'sum (keadaan tak dapat salah) paus dan perlunya reformasi Gereja Katolik.

Seakan-akan tidak menghiraukan segala larangan itu, Küng terus saja berkarya sampai usianya semakin lanjut (sekarang 81) sebagai profesor teologi ekumenikal di Universitas Tübingen (Jerman) dan Presiden Yayasan Etika Global. Karya tulisnya cukup banyak, umumnya dalam ranah teologi Katolik dan filsafat.

Telah terbit pula karyanya tentang Islam dengan judul Islam: Past, Present & Future (Oneworld, Oxford, 2007, 800 halaman). Buku setebal ini patut dihargai, sekalipun ditulis oleh seorang yang bukan Islamisis dan tidak mengerti bahasa Arab. Pengetahuannya tentang warisan klasik karya-karya Islam memang sangat terbatas. Sekalipun ramuan analisisnya berdasarkan sumber-sumber kedua, potret yang ditampilkannya tentang Islam, asal-usul, dan mengapa umat Islam dalam posisi seperti sekarang ini cukup komprehensif. Tujuan utama karya ini adalah agar pengikut agama-agama Musa, Isa, dan Muhammad sama-sama bersedia membuka diri dalam dialog positif, konstruktif, dan terbuka.

Bagi saya sebagai seorang muslim, tawaran dialog Küng itu sudah menjadi bagian dari riwayat hidup, dan saya tidak menemukan kesulitan apa-apa dengan acuan: ''Bersaudara dalam perbedaan, dan berbeda dalam persaudaraan.'' Adapun tentang masalah-masalah mendasar teologis, antara Islam dan Kristen terutama, memang sulit bertemu. Karena itu, kita serahkan kepada Allah untuk menyelesaikannya nanti di akhirat. Yang penting, di dunia para pemeluk agama-agama ini jangan terus berkelahi, saling menuding, dan bermusuhan. Untuk apa kita membuang energi spiritual dan intelektual bagi sesuatu yang tidak mungkin menemukan solusi yang tuntas di dunia ini. Cukuplah sudah darah ditumpahkan pada masa lalu saja.

Perbuatan bodoh itu jangan diulang untuk masa kini dan masa yang akan datang. Energi religiusitas harus kita kerahkan untuk menyelamatkan dunia modern dari harakiri peradaban, siapa pun yang melakukan!

Dalam membandingkan posisi Muhammad antara Mekkah dan Madinah, Küng menulis: ''Sebagai mantan orang luar, sekarang ia secara tiba-tiba menjadi bertanggung jawab, pemimpin komunitas, dan dulunya dari golongan minoritas yang hampir tidak ditoleransi di Mekkah, sekarang menjadi mayoritas yang berkuasa.'' Komentar lain tentang karya ini, kita baca: ''Di sebuah dunia di mana pemahaman kita tentang politik global memerlukan sebuah pengetahuan tentang Islam, studi tangkas, menyakinkan, dan komprehensif ini adalah sebuah tempat yang sempurna untuk menjadi titik awal.''

Mengenai kenabian Muhammad, menurut Küng, butir-butir berikut ini harus diakui:

- Orang Arab pada abad ke-7 dengan baik mendengarkan dan mengikuti suara Muhammad.

- Dalam perbandingan dengan politeisme yang sangat bercorak duniawi agama-agama kuno Arabia sebelum Muhammad, agama rakyat telah terangkat pada suatu tingkat yang sepenuhnya baru, dalam format monoteisme yang murni.

- Umat Islam pertama menerima dari Muhammad --atau, lebih baik, dari Al-Quran-- inspirasi tanpa batas, keberanian, dan kekuatan bagi titik tolak sebuah agama baru: sebuah titik tolak menuju kebenaran yang lebih besar dan pemahaman yang lebih dalam, menuju sebuah terobosan dalam menguatkan (merevitalisasi) dan membarui tradisi agama.

Pada hakikatnya, Muhammad, dulu dan kini, di dunia Arab, dan bagi banyak yang lain, adalah seorang pembaru agama, pemberi hukum, dan pemimpin; ia adalah nabi dengan sendirinya (the prophet per se). Akhirnya kesimpulan Küng tentang Muhammad dalam tulisannya yang lebih awal pada 1992 adalah sebagai berikut:

"Saya pikir, bagi penduduk Arabia, kenabian Muhammad telah mendorong kemajuan yang dahsyat. Apa pun yang kita lakukan sebagai orang Kristen terhadap fakta ini, kita mesti menegaskan bahwa ia telah bertindak sebagai seorang nabi dan memang ia seorang nabi. Saya tidak melihat bagaimana kita dapat menghindari kesimpulan bahwa dalam cara mereka mencari keselamatan, umat Islam mengikuti seorang nabi penentu bagi mereka."

Ahmad Syafii Maarif
Guru Besar Sejarah, Pendiri Maarif Institute

Jumat, 01 Mei 2009

Hadith Hadith Pendeskreditan Rasulillah Saww


Berikut adalah beberapa Bagian Hadits yang mendeskreditkan Baginda Suci Saww yang dimuat oleh Kitab Bukhari

Rasulullah Cemas Akan Turunnya Wahyu

Shahih Bukhari Hadits No. 3

Dari ‘Aisyah, katanya: “Wahyu yang mula-mula turun kepada Rasulullah SAW, ialah berupa mimpi-baik waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak itu hati beliau tertarik hendak mengasingkan diri ke Gua Hira. Di situ beliau beribadat beberapa malam, tidak pulang ke rumah istrinya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Hingga pada suatu ketika datang kepada beliau Al Haq (kebenaran atau wahyu), sewaktu beliau masih di Gua Hira. Malaikat Jibril datang kepadanya dan memeluk beliau sambil berkata, “Bacalah!” Sampai beliau dapat “membaca”, “Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana min ‘alaq. Iqra’ wa rabbukal akram.

Setelah itu Nabi pulang ke rumah Khadijah, lalu beliau berkata,”Selimuti aku! Selimuti aku!” Lantas diselimuti oleh Khadijah hingga hilang rasa takutnya. Kata Nabi SAW kepada Khadijah (setelah dikabarkannya semua kejadian yang baru dialaminya itu), ”Sesungguhnya aku cemas atas diriku (akan binasa).”

Kata Khadijah, “Jangan takut, Demi Allah, Tuhan sekali-kali tidak akan membinasakan Anda. Anda selalu menghubungkan tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran.”

Setelah itu Khadijah (bersama Nabi SAWW) pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, yaitu anak paman Khadijah yang telah memeluk agama Nasrani pada masa jahiliyah itu. Usianya sudah lanjut dan matanya buta. Lalu Rasulullah menceritakan semua peristiwa yang dialaminya kepada Waraqah.

Berkata Waraqah, “Inilah Namus (malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Semoga saya masih hidup ketika itu, yaitu ketika Anda diusir oleh kaum Anda.” Maka bertanya Rasulullah, “Apakah mereka akan mengusirku?” Jawab Waraqah, “Ya, betul! Belum pernah seorang jua pun yang diberi wahyu seperti Anda yang tidak dimusuhi orang. Apabila saya masih mendapati hari itu, niscaya saya akan menolong Anda sekuat-kuatnya.” Tidak berapa lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus sementara waktu.

Kajian:

Hadits ini jika diamati sekilas tidak mengandung keraguan. Tetapi marilah kita pahami baik-baik bahwa pada saat turunnya wahyu pertama kali tersebut,Nabi Muhammad Saww telah diangkat menjadi Rasul sehingga dapat kita ambil beberapa hal:

• Ketika peristiwa turunnya wahyu itu, Aisyah belum dilahirkan. Dalam riwayat ini. Ia seakan-akan melihat dan mendengar sendiri. Ia melihat nabi pergi ke gua, pulang kepada Khadijah, mendengar percakapan khadijah dan Waraqah bin naufal. Kita boleh saja mengatakan bahwa Aisyah mendengarnya dari Rasulullah Saww; tetapi dalam ilmu Hadist, ia harus mengatakan : Aku mendengar Rasulullah Saww bersabda… dan seterusnya. Dengan begitu, kita harus menolak hadist ini sebagaimana kita menolak hadis yang mencerikan bahwa Abu hurairah berjumpa dengan Ruqayyah, istri Utsman, padahal Ruqayyah meninggal dunia ketika Abu Hurairah masih kafir dan tinggal di negeri Daws.

• Dalam peristiwa ini digambarkan kedatangan wahyu yang sangat berat. Malaikat jibril memuluk Nabi dengan keras, sampai kepayahan dan ketakutan. Nabi Saww dipaksa untuk membaca, padahal ia tidak bisa membaca. Tidak pernah wahyu datang dengan cara yang “menggerikan” seperti ketika ia datang kepada Nabi Saww. Padahal ia adalah kekasih Rabbil Alamin; yang tanpa dia tidak akan diciptakan seluruh alam semesta. Dampaknya kepada Nabi Saw juga sangat menyedihkan. Ia pulang ke rumah dengan diliputi ketakutan, kebingungan, dan kesedihan.

Bukankah ini sangat bertentangan dengan ayat Al-Quran yang disebutkan (QS.An-nisa:125) bahwa bila orang yang mendapat petunjuk, ia akan mengalami kelapangan dada, kelegaan hati, ketentraman jiwa. Jadi karena data rasulullah Saw, setelah menerima wahyu, sempit dan sesak, maka ia sedang dikehendaki untuk disesatkan, dan bukan diberi petunjuk.

• Rasulullah saw tidak paham dengan pengalaman ruhani yang ia alami, karena itu kemudian ia dibawa menemui Waraqah bin Naufal dan ternyata seorang nasrani yang lebih tahu tentang kenabiannya, ketimbang rasulullah sendiri. Waraqahlah yang meyakinkan Nabi bahwa ia itu utusan Allah, bahwa yang dating itu malaikat Jibril. Ia sendiri tidak yakin bahwa dirinya adalah Rasulullah. Kita tidak paham bagaimanan nabi yang mulia tidak menyadari kenabiannya, sedangkan orang lain – seperti Adas dan Waraqah- mengetahuinya. Bukankah Bahira pernah mengingatkan Abu thalib bahwa Muhammad itu adalah nabi Akhir zaman?, bukankah menurut banyak hadist, sebelum diangkat manjadi Nabi, kepadanya pepohonan dan bebatuan mengucapkan salam?

• Dilukiskan pula bahwa Ibunda Khadijah menasihati Rasulullah bahwa Allah tidak akan membinasakan Rasulullah. Hal ini menunjukkan seolah-olah Rasulullah kurang ilmu akan perjalanan spiritualnya ini sehingga beliau minta nasihat kepada Ibunda Khadijah.



Rujukan dari beberapa ayat Al-Qur’an:

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40).

Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah jadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Q.S. Al An’aam: 125).



“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk menerima Islam. Dan barangsiapa yang dikendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak laggi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman” (QS.An-Nisa:125)

Dari kedua ayat ini, jelaslah bahwa dada Rasulullah sangat lapang dalam menerima wahyu, apalagi beliau adalah Rasulullah, sehingga tidak akan mungkin ditimpa kecemasan dan ketakutan. Dan beliau juga sangat mengetahui pengalaman spiritualnya ini karena beliau adalah Rasulullah, sehingga tidak akan mungkin ada orang lain yang lebih mengetahui dari beliau.

Rindu Kami Padamu Ya Rasulillah Saww (3)




Inilah malam Mahallul Qiyam..
Malam yang keagungannya membuka semua gerbang langit dan bumi..
Hingga penjuru ufuk barat, timur, utara dan selatan..
Istana kaca persi.. hingga istana emas romawi berguncang hebat..
Kabah pun menyatakan kegembiraannya dengan berguncang melebihi 3 kali..

Inilah malam yang sangat dinantikan alam..

ALLAH AWJ berfirman kepada Malaykat Jibril al Amin :

" Wahai Jibril... Serukanlah kepada seluruh arwah suci para Nabi, Rasul dan para Wali agar berbaris rapi menyambut kehadiran KekasihKu Al Musthofa Saww. Wahai Jibril.. Bentangkanlah hamparan kemuliaan dan keagungan derajat al Qurab dan al Wishal kepada kekasihKu yang memiliki maqom luhur disisiKu. Wahai Jibril.. perintahkanlah kepada Malik agar menutup semua pintu neraka. Wahai Jibril.. perintahkanlah kepada Ridwan agar membuka seluruh pintu surga.. Wahai Jibril pakailah olehmu Haullah ar Ridwan (Pakaian agung yang meliputi kegaungan ALLAH AWJ) demi menyambut kekasihKu Muhammad Saww. Hai Jibril... turunlah ke bumi dengan membawa seluruh pasukan malaikat Muqarrabin, Karubbiyyin, Para Malaykat yang selalu mengelilingi Arshy Ku demi menyambut kedatangan kekasihKu Saww. Wahai Jibril.. kumandangkanlah seruan kepenjuru langit hingga lapis ke tuju dan ke segenap penjuru bumi hingga lapisan paling dalam, beritakanlah kepada seluruh mahlukKu bawa sesungguhnya Sekarang adalah saatnya kedatangan Nabi Akhir Zaman, Muhammad al Musthofa Saww.."

Perintah ALLAH AWJ ini segera di laksanakan Malaykat Mulia al Amin hingga di semesta terliputi pedaran cahaya Agung kemilauan dari sayap sayap mereka..

Persaksian tidak kalah hebat dialami Ummu Agung Sayyidah Aminah binti Wahab As yang dengan izin ALLAH AWJ beliau diperkenankan melihat seluruh penjuru bumi, dari mulai syria hingga palestina..

Ulama Sunni dalam kitab Maulid Ad diba'iy, Syaikh Abdurahman addiba'iy hal 192-193 meredaksikan :

"Sesungguhnya saat malam kelahiran Nabi Suci Muhammad Saww, Arshy seketika bergetar hebat nan luar biasa meluapkan kebahagiaan dan kegembiraannya, Kursy ALLAH bertambah kewibawaan dan keagungannya dan seluruh langit dipenuhi cahaya bersinar terang dan para malaykat seluruhnya bergemuruh mengucapkan pujian kepada ALLAH AWJ"

Fenomena alam memberikan kesaksian yang tiada terungkapkan lagi, saat malam Kelahiran Nabi Suci Saww.. Seketika semua sinagog dan rumah Ibadah non Muslim berguncang hebat, dan Istana romawi pun seketika di landa gempa dahsyat hingga tanda tanda ke runtuhan mereka telah tampak..

Semua riwayat ini muktabar diambil dari kumpulan kitab kitab saudara kami Ahlusunnah wal jamaah yang dengan tinta dan darah mereka telah mewariskan kepada seluruh pecinta Nabi akan keagungan detik detik kelahiran Nabi Suci Al Musthofa Saww...

Sumber : Baihaqi, Ibnu Hajar al Haitami, Sirah Nabawiyah Syaikh Ahmad Daini Zahlan, dll

Salam atas mu wahai Nabi Agung..
Salam atas Engkau wahai Kerinduan perjumpaan...
Salam atas Engkau wahai Nabi Rahmah..

Assalammualayka ya Rasulullah Saww wa rohmatullahi wa barrokatu.

Rabu, 29 April 2009

Benarkah Rasulullah saw tidak Punya Harta yang Harus Diwariskan?

Benarkah Rasulullah saw tidak Punya Harta yang Harus Diwariskan?

Dengan kesederhanaan Rasulullah saw dalam kehidupan materi, pikiran
sebagian kita akan bertanya:
1. Benarkah Rasulullah saw tidak memiliki harta pribadi?
2. Jika Rasulullah saw memiliki harta, apakah harta Rasulullah saw
adalah milik pemerintahan Islam yang merupakan milik umat Islam, atau
milik pribadi? Atau semua harta Rasulullah saw adalah milik umat
Islam. Atau sebaliknya, semua harta kekayaan negara saat itu adalah
milik Rasulullah saw?
3. Jika Rasulullah saw memiliki harta pribadi, apakah itu hak ahli
warisnya? Atau harus dikembalikan pada pemerintahan berikutnya pasca
Rasulullah saw wafat yakni menjadi milik umat Islam?
4. Bagaimana dengan harta yang ada pada isteri2 Rasulullah saw, Siti
Aisyah, Hafshah, Ummu Salamah, dan lainnya, termasuk rumah yang mereka
tempati atau harta yang lain yang ada di tangan mereka? Apakah itu
harta peninggalan dari Rasulullah saw atau milik Negara yang harus
dikembalikan pada negara? Atau harta2 itu menjadi milik mereka sebagai
harta warisan dari Rasulullah saw?
5. Benarkah Rasulullah saw tidak memiliki sebidang tanah yang harus
diwariskan kepada keluarga dan ahli warisnya? Atau semuanya harus
dikembalikan pada negara?
6. Samakah status hukumnya harta rampasan perang dengan harta hadiah
tanpa perang, misalnya hadiah dari suatu perdamaian misalnya tanah
Fadak? Benarkah semua harta itu harus dikembalikan pada negara?
Tidakkah Rasulullah saw memiliki hak yang harus diwariskan kepada
keluarga dan ahli warisnya?
7. Jika semua harta Rasulullah saw harus dikembalikan pada negara,
bagaimana dengan harta yang ada di tangan isteri2 Rasulullah saw,
apakah itu semuanya harus dikembalikan pada negara? Dan sudahkan semua
itu dikembalikan pada negara? Atau semua harta itu bukan milik
Rasulullah saw, tetapi milik isterinya pembawaan dari orang tuanya?
Benarkah demikian?

Selasa, 24 Maret 2009

Maksum

Mutiara Nahj al Balaghah


مُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِيلِ نَجَاةٍ
Muta 'allim 'Ala Sabili Al-Najat

"A learner of the path of deliverance"
{ Selalu belajar & berusaha di jalan keselamatan }

Habibullah Al Musthofa SAWW:

Pada Hari kiamat tidak akan bergeser Tapak kaki anak Adam hingga ditanyai 4 perkara : # Tentang Umurnya Untuk apa ia habiskan. # Tentang Masa Mudanya dengan apa ia lalai. # Tentang Hartanya darimana ia peroleh dan kemana ia infaqkan. # Tentang kecintaannya kepada kami (Ahlulbayt AS)


Imam Husein bin Ali As:
Janganlah kamu meminta suatu keperluan kecuali kepada 3 Orang : # Orang yang memiiki ketaatan kepada Agama. # Orang yang memiliki rasa kemanusiaan (Harga Diri). # Orang yang memiliki kedudukan Mulia

Daur Ulang Jiwa


Muhammad Bazanjanî bercerita. “Aku pernah bermimpi dan berdialog dengan Tuhan.” Katanya memulai cerita.

“Jadi, engkaulah yang ingin berbicara denganKu?” tanya Tuhan.

“Ya, tentu, bila Engkau punya waktu,” jawabku sopan.

Tuhan tersenyum.

“WaktuKu tidak ada batasnya. Apa yang ada dalam benakmu yang hendak kau tanyakan? tanya Tuhan.

“Manusia manakah yang karakternya sangat menakjubkan-Mu?” tanyaku

“Kekanak-kanakan mereka. Mereka merasa letih dengan masa kanak-kanak dan ingin cepat dewasa. Setelah dewasa mereka ingin menjadi anak-anak kembali…..Mereka kehilangan kesehatan untuk mendapatkan uang dan menghabiskan uang untuk mendapatkan kesehatan kembali. Mereka memandang masa depan dengan mata kekhawatiran dan melupakan masa yang sedang dijalani…..Mereka tidak hidup di masa depan, juga tidak hidup di masa itu. Mereka hidup seolah-olah tidak akan mati dan mati seolah-olah tidak akan hidup lagi.

Tuhan memegang tanganku dan untuk beberapa saat saya terdiam.

Kemudian aku bertanya lagi, “Sebagai Pencipta, pelajaran hidup mana yang Engkau ingin hamba-hambamu belajar darinya?”

Tuhan menjawab, “Mereka harus belajar, bahwa tidak mudah bisa memaksa seseorang menjadi kekasih mereka. Hanya satu hal yang bisa ia pelajari, biarkan ia mencintai dirinya sendiri. Ia juga harus belajar untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Ia harus belajar bahwa hanya dalam beberapa detik mereka bisa melukai hati seseorang, namun perlu beberapa tahun untuk menyembuhkannya. Ia juga harus belajar bahwa orang kaya bukanlah orang yang memiliki sesuatu yang banyak, dan bahwa orang kaya adalah orang yang paling sedikit membutuhkan. Mereka harus belajar bahwa banyak orang yang menyukai mereka, tapi mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Dua orang bisa melihat ke suatu titik, namun dengan pandangan berbeda; dan tidak cukup memberi maaf kepada orang lain. Mereka juga harus bisa memaafkan diri sendiri.

Dengan segenap sikap khusuk, aku katakan, “Saya mengucapkan terimakasih atas kata-kata-Mu tadi. Apakah ada hal lain yang Kau ingin supaya hamba-hambamu mengetahuinya?”

Tuhan tersenyum dan berkata, “Tidak ada lagi, tapi mereka harus tahu bahwa Aku disini.”

Jumat, 20 Maret 2009

Maulid Rasulullah Banjarmasin II

Tim Gambus Sahara Banjarmasin maulid di Habib Abdullah al Hamid
semua gembira menyambut kelahiran sang Nabi Rasulullah Muhammad Saww
Sholawat !!!!!!
Khusyu'..............
Takzim.....
Maulidul Rasul......
Ikhwan Yusri wa ikhwan wahyu pekapuran also Habaib Banjarmasin
Kemulyaan tanggal,hari,bulan,waktu,tempat dan kemulyaan agung Rasulullah
khusyu mendengar Ceramah al Ustadz Muhammad Baqir Syueb al Hasani
pal 1>>>>> Ya Rasulullah Ya Maulaya.........
Maulid Rasul di tempat Habib Abdullah al Hamid pal 1 Banjarmasin

al Habib Husain dari Rantau sesepuh Habaib Kalimantan Selatan

al Ustadz Muhammad Baqir bin Syueb al Hasani dari Bogor Jawa Barat
ya Ummi ya habibi wa bunaya..............

Maulid Rasulullah Banjarmasin I

Al Ustdaz Husain Al Kaff dari Bandung Jawa Barat wa habib Abdullah Al Habsyi
Labaika Ya Rasulullah..........
Labaika ya Abal Qosim...............

Al Ustad Abdullah al Hinduan

Ustadz Husain Al Haddad
Al Ustadz Husain Hadun al Haddad dari Jakarta ( Surabaya )
Al Ustadz Miqdad Turqan , Jepara


Bunaya......................
Bunaya 'Ali Ridho wa Rodhiyah
Al Habib Abdullah Al Habsy
Al Ustadz Miqdad Turkan dari Jepara Jawa Tengah
Al Ustadz Toha al Musawwa pimpinan Ponpes Al Hadi Pekalongan

Rabu, 18 Maret 2009

Maulid Nabi: Tidakkah Kita Menyakiti Hati Nabi saw.?

TIDAKKAH KITA MENYAKITI HATI NABI SAW.?

Peringatan Maulid Rasulullah Saw. yang semula dimaksudkan untuk membangkitkan kecintaan kepada Rasulullah saw. ini berkembang perlahan-lahan menjadi sangat kering. Bahkan seringkah Rasulullah tidak diikutsertakan dalam peringatan itu. Tidak jarang, peringatan maulid diisi dengan gelak canda dan tawa yang dapat menjauhkan kita dari kecintaan kepada Rasulullah Saw. Oleh karena itu, dalam memperingati maulid, kita harus berusaha menghadirkan Rasulullah saw. di dalam hati kita. Antara lain dengan membaca shalawat dan salam kepada beliau dan menghidupkan sejarah beliau.

Dahulu, sebenarnya orang-tua kita sudah meninggalkan warisan tentang bagaimana cara mencintai Rasulullah saw. dengan tata-cara yang telah mereka rumuskan. Misalnya, bagaimana shalawat selalu menyertai tahap-tahap kehidupan manusia Muslim di Indonesia. Yaitu ketika seorang anak manusia dilahirkan, dikhitan, dinikahkan, dan ketika ia meninggal dunia.

Ketika seorang anak lahir, diadakanlah akikah yang di dalam marhabannya dibacakan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Di samping itu, ketika kita lahir, kita dikelilingkan kepada orang-orang yang hadir pada resepsi akikah, dan pada telinga kita diperdengarkan shalawat dan salam dari orang di sekitar kita. Sekarang ini, sains membuktikan bahwa telinga anak yang baru lahir sudah merekam suara yang ada di sekitarnya.

Dahulu, ketika kita hendak dikhitan, ketika dibawa ke tempat khitanan diperdengarkan dahulu gemuruh suara orang membacakan shalawat dan salam kepada Nabi.

Juga kalau orang menikah, pengantin lelaki akan diantar ke pengantin perempuan, dengan iringan rebana dan shalawat. Nanti kalau orang meninggal dunia, dibacakan tahlil dan dalam tahlil itu dibacakan shalawat.

Itu menunjukkan bahwa cara yang dilakukan orang dahulu untuk menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah di hati kita sudah dibiasakan di setiap tahap kehidupan kita. Tetapi sayang, dalam perkembangan zaman, tradisi ini tinggalkan orang. Bukan hanya ditinggalkan tetapi dianjurkan untuk ditinggalkan. Bahkan bukan dianjurkan untuk ditinggalkan tetapi malah itu dilarang dengan menyebut bahwa itu bid’ah. Sebuah nama yang menyakitkan..!

Karena itulah orang menjadi ragu untuk membacaka shalawat ini. Kalau anak lahir, sekarang ini bukan diadakan marhabanan tetapi dilaksanakan syukuran yang pembacaan shalawatnya hanya sangat sedikit; yaitu hanya di lakukan oleh muballigh pada pembukaan ceramahnya.

Belakangan ini sudah sangat keras lagi penentangan terhadap kecintaan kepada Rasulullah saw ini. Orang bukan hanya takut melaksanakannya tetapi takut kalau amal kita hapus semuanya. Ada yang menyebutnya musyrik. Dan kalau sudah dianggap musyrik, maka terhapuslah amal-amal yang pernah dilakukan. Yang dimusyrikkan, antara lain, berdiri untuk membacakan shalawat kepada Rasulullah saw. Mula-mula di-bid’ah-kan, kini sudah dimusyrikkan. Mereka menyebut itu semua bukan kecintaan tetapi kultus individu. Sebuah kata yang dibuat untuk melegitimasi kurangnya kecintaan kepada Rasulullah Saw.

Saya pernah membaca dalam sebuah Surat kabar tentang maulid, yang penulisnya mengganti istilah maulid dengan hari jadi. Pada kalimat awalnya mengatakan bahwa memperingati hari jadi merupakan kebiasaan jahiliah yang feodalistik. Waktu itu saya hampir tidak mau melanjutkan pembacaan itu. Semuanya menunjukkan bahwa sampai sekarang masih ada orang Islam yang berusaha untuk menghilangkan cara mendekatkan hati kita kepada Rasulullah Saw.

Saya menjadi teringat bahwa pengalaman itu juga pernah saya alami ketika saya mem-bid’ah-kan orang yang berdiri mengucapkan shalawat terhadap Rasulullah saw. Saya juga pernah menganggap bahwa Rasulullah saw. itu manusia biasa seperti kita. Tetapi kalau boleh saya katakan, di dalam sejarah hidup saya ini, sebenamya tercermin sejarah kaum Muslim dalam hubungannya dengan kecintaan dengan Rasulullah Saw.

Sekarang kita memperingati maulid Nabi saw. untuk mengungkapkan cinta kita kepada Rasulullah Saw. Kalau ada yang mengatakan bahwa hal itu bid’ah, biarlah semua tahu bahwa kita ini pelaku bid’ah yang mencinta Nabi saw. Dan kalau Islam itu tidak menghormati Rasulullah saw., maka kita ucapkan saja selamat tinggal kepada Islam.

Sehubungan dengan shalawat ini, saya baca dalam hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad yang shahih yang maknanya kira-kira demikian, “Siapa yang berziarah kepadaku dan mengucapkan salam kepadaku, maka Allah akan kembalikan ruh ke dalam diriku dan kemudian aku akan menjawab salamnya.”

Jadi saya percaya bahwa Rasulullah saw. itu hidup kembali dan mengucapkan salam. Bahkan dalam hadis disebutkan bahwa para nabi masih beribadah dalam kuburnya. Tapi persoalan yang terakhir ini memerlukan uraian yang panjang. Disebutkan juga kalau orang tidak sempat berziarah kepadaku dan mengucapkan salam kepadaku dari tempat yang jauh, maka malaikat akan datang ke tempat itu kemudian menyampaikan salam kepadaku, kata Rasulullah saw.

Karena itu, waktu tadi kita membacakan shalawat, hati saya betul-betul tersentuh, karena saya yakin bahwa Rasulullah saw. mendengar salam saya.

Sebetulnya ada suatu fitrah dalam diri manusia itu untuk mencintai seseorang yang dikaguminya. Ketika manusia tidak mendapatkan seseorang yang dicintainya, maka mereka mencari siapa saja yang bisa menyalurkan rasa cinta mereka itu. Hal yang seperti ini terjadi juga pada manusia-manusia modern. Mereka mencari orang yang bisa dicintai oleh seluruh jiwa dan raganya, yang untuknya ia rela mengorbankan apa saja demi orang yang dicintainya.

Lihatlah, orang yang mencintai Michael Jackson, ketika bertemu dengannya. Mereka akan meneriakkan namanya, bahkan menjerit, menangis. Ketika dia datang ke Singapura, banyak diantara penggemarnya yang datang ke sana adalah orang-orang Indonesia. Mereka menjerit dengan jeritan yang sama, “Michael Jackson!”

Begitu pula ketika Rebecca Gilling, salah seorang bintang film “Return to Eden”, datang ke Jakarta. Ribuan orang datang ke situ tanpa ada panitianya. Orang-orang yang datang begitu banyak untuk menyentuh, paling tidak bekas injakan kakinya. Itu semua disebabkan karena kerinduan seseorang untuk mencintai seseorang.

Dan bukan tidak mungkin pula bahwa yang datang adalah kaum Muslim yang sudah kehilangan kecintaan mereka terhadap Rasulullah saw, akibat berbagai rekayasa sosial, misalnya dengan menyebut bahwa hal itu sebagai bid’ah dan musyrik.

Kita disuruh mencintai Rasulullah saw. seperti yang disebutkan dalam hadis dan ayat-ayat Al-Quran. Sebagaimana halnya tanaman, cinta memerlukan siraman supaya tumbuh subur. Kalau tidak disiram, maka tumbuhan itu akan layu. Karena itu, kita menghidupkan cara untuk menyirami kembali pohon kecintaan kepada Rasulullah saw. supaya menakjubkan orang yang menanamnya.

Kalau kecintaan itu tumbuh seperti pohon besar yang akan menakjubkan orang yang menanamnya, maka akan marahlah orang-orang kafir. Kita berupaya menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah saw. agar membuat takjub kepada kaum Muslim dan pada saat yang sama membuat marah orang-orang kafir. Bahkan belum sempurna kecintaan kita kepada Rasulullah saw. kalau belum membuat marah orang-orang kafir.

Ada beberapa peristiwa berkenaan dengan diri Nabi Muhammad Saw., terutama dari penderitaan beliau. Sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah saw. itu adalah orang yang sangat banyak menderita, baik sebelum maupun sesudah menjadi Rasulullah saw. Al-Quran mengatakan:

Maka barangkali kamu akan membunuh dirimui karena bersedih hati sesudah mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (QS 18: 6).

Rasulullah menderita sejak kecil. Beliau lahir, ayahnya sudah mendahuluinya. Ketika berusia enam tahun, ibunya meninggal dunia. Kemudian beliau dititipkan kepada Abdul Muthalib yang menyayanginya. Kepada Abu Thalib, Abdul Muthalib berpesan agar menjaganya dengan sebaikbaiknya, karena anak ini akan membawa suatu perkara yang besar. Abu Thalib menerima amanat itu, sehingga ketika Abu Thalib membawa Muhammad ke Syam, di pertengahan jalan ada pendeta yang memberitahukan bahwa anak ini adalah nabi. Ketika Abu Thalib mendengar nasihat pendeta itu, Abu Thalib dengan penuh keimanan mengurungkan niatnya untuk berdagang, dan memutuskan untuk kembali ke Makkah. Jadi, Abu Thalib telah mengetahui bahwa Muhammad akan menjadi nabi yang terakhir.

Abu Thalib menjaga Muhammad saw. karena ia mengetahui bahwa anak ini adalah Rasulullah. la menyayanginya sepenuh jiwa dan raga sejak sebelum Muhammad menyatakan dirinya sebagai Rasulullah. Abu Thalib ra. kemudian oleh banyak orang dikafirkan. Bahkan dijadikan contoh betapa susahnya memperoleh hidayah.

Rasulullah saw. jelas mendengar hal ini dan saya yakin bahwa Rasulullah saw. sakit hati. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. menderita bahkan sampai ketika ia telah meninggal dunia. Padahal Al-Quran mengatakan bahwa orang yang menyakiti Rasulullah saw. itu akan dilaknat oleh Allah, malaikat dan Rasul-Nya (QS 33: 57).

Tentang Abu Thalib ini Rasulullah saw. pernah berkata, “Aku dan si pemelihara anak yatim, akan bersama-sama di surga.” Tetapi makna hadis ini kemudian diartikan secara umum, dan Abu Thalib tidak disebut-sebut lagi.

Jadi, hingga sekarang ini, Rasulullah saw. masih menderita karena pamannya dikafirkan orang. Padahal ketika hari kematian pamannya itu, yang kebetulan bertepatan dengan meninggalnya Khadijah ra, Rasulullah saw. menganggapnya sebagai tahun penderitaan.

Nabi itu manusia yang amat luhur, mudah sekali meneteskan air matanya. Pernah suatu saat seorang sahabat datang kepada beliau memberitahukan bahwa ada anak kecil yang meninggal dunia. Waktu itu Rasulullah saw. datang, kemudian beliau mencucurkan air matanya. Beliau tidak sanggup menahan penderitaan anak kecil itu. Begitu pula ketika putranya, Ibrahim, meninggal dunia. Rasulullah saw. menangis melihat orang-orang menderita, padahal penderitaan Rasulullah sendiri melebihi penderitaan mereka semua.

Mungkin kalau penderitaan Rasulullah saw. ini berasal dari orang kafir dapat kita pahami. Misalnya, Rasulullah saw. difitnah, dituduh sebagai tukang sihir, dituding sebagai dukun, bahkan dianggap orang gila. Dibuat opini yang jelek tentang Rasul saw. supaya orang tidak mau mendengarkannya.

Di samping itu orang kafir pun mengganggu beliau secara fisik. Ketika Rasulullah saw. berada di depan para sahabatnya, beliau diludahi oleh Utbah bin Abi With. RasuI Saw. mengusap ludah itu dengan sabar seraya berkata, “Suatu saat engkau akan menyesali apa yang kaulakukan.” Itulah antara lain penderitaan Rasulullah dari orang-orang kafir.

Namun yang menyedihkan adalah penderitaan Rasulullah saw. yang disebabkan oleh orang Islam sendiri. Agak tidak enak saya menceritakan ini. Akan tetapi sebagai pelajaran ada baiknya peristiwa ini kita ceritakan. Misalnya, pada waktu Rasulullah saw. membagikan ghanimah kepada sahabatnya, ada suara yang berteriak, “Berbuat adil, ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah berkata, “Kalau bukan aku yang adil siapa lagi yang akan adil di dunia ini.”

Ketika Rasulullah saw. membagikan pampasan perang (ghanimah) pada waktu penaklukan Makkah, beliau diantar oleh orang Anshar. Ketika sampai di Makkah beliau bagikan ghanimah kepada orang yang baru masuk Islam. Kebetulan yang baru masuk Islam itu adalah kerabat dekatnya sendiri. Maka orang Anshar itu menggerutu, “Lihatlah Muhammad, kalau sudah menang temyata keluarganya juga yang diutamakan.”

Perkataan itu terdengar oleh Rasulullah Saw.. Beliau mengumpulkan orang yang protes itu lalu berkata, “sekiranya seseorang memasuki suatu lembah dan orang-orang Anshar memasuki lembah yang lain, maka demi Allah aku akan mengikuti kamu wahai orang-orang Anshar. Aku tahu kamu yang membela aku, yang menolong aku, aku tidak akan melupakan jasa-jasamu. Tetapi aku akan bertanya kepada kamu hai orang Anshar, Mana yang kamu pilih, harta orang yang hatinya masih harus dijinakkan atau membawa aku, Rasulullah, bersama kalian.”

Pada waktu itu orang Anshar menangis dan berkata, “Ya Rasulullah aku memilih membawa engkau saja kembali ke Madinah”.

Suatu saat Rasulullah saw. pulang dari medan pertempuran Tabuk. Rasulullah saw. kembali dengan berjalan menaiki bukit dan menyuruh para sahabatnya lewat bukit yang lain. Waktu itu. Rasulullah saw. ditemani oleh Hudzaifah. Pada malam hari terdengar suara di sekitar bukit itu. Kata Rasulullah saw., Kejarlah suara itu. Setelah dikejar, mereka -yang menutup mukanya seperti ninja- semua lari. Ketika Hudzaifah kembali, Rasulullah saw. berkata, “Itu adalah sahabat-sahabat kita yang akan mencelakakan diriku dengan menakut-nakuti kendaraanku”.

Jadi mereka menakuti kendaraan Rasulullah saw. supaya Rasulullah saw. terjatuh ke bawah tebing dengan kendaraan yang ditungganginya. Kemudian Rasulullah saw. bertanya kepada Hudzaifah lagi, “Apakah kamu kenal orang itu.” “Tidak,” kata Hudzaifah, “Karena semuanya pakai topeng.” Lalu Rasulullah saw. memberikan nama-nama orang itu.

Itulah antara lain peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Rasulullah Saw. dari orang Islam. Padahal Rasulullah saw. itu orang yang paling sayang terhadap kerabatnya. Beliau akan merasa sedih terhadap penderitaan kaum Muslim.

Yang terakhir, yang juga merupakan penderitaan Rasulullah saw. adalah ketika Rasulullah saw. bermimpi mimbarnya dikerubuti kera. Kemudian turun ayat dalam Surat Al-Isra’ ayat 60 yang memberi peringatan bahwa itu adalah ujian bagi Rasulullah saw.

Tetapi sejak mimpi itu Rasulullah saw. begitu sedih. Beliau selalu bermuka duka. Hal itu terjadi sampai akhir hayat Rasulullah Saw. Suatu malam. Rasulullah saw. pergi ke Baqi dan di situ Rasulullah saw. berkata, “Nanti akan ada fitnah yang, menggunung. Waktu itu berada di perut bumi lebih baik daripada di punggung bumi.”

Pada waktu itu Rasulullah saw. membayangkan suasana ketika kaum munafik mencemari ajaran Rasulullah saw, ketika Sunnah Rasulullah saw. diganti demi kepentingan politik, ketika agama dimainkan oleh orang yang memiliki kekuasaan Rasulullah saw. sangat menyedihkan hal itu, dan menangisi itu semua. Menangisi mimbar besar agama Rasulullah saw. sepeninggal beliau.

Ternyata itu semua terjadi. Saya yakin bahwa Rasulullah saw. sangat menderita karena misi besarnya telah banyak diubah oleh kaum Muslim. Mungkin salah satu yang diubah adalah kecintaan kita terhadap Rasulullah Saw. Ungkapan cinta yang seharusnya menjadi sunnah, ungkapan tawhid, sekarang disebut syirk. Maafkan kami, ya Rasulullah.

______________

Artikel diatas di tulis oleh: KH. Jalaluddin Rahmat dalam buku karyanya: “Renungan-Renungan Sufistik” hal, 289-296


6 Responses to “Maulid Nabi: Tidakkah Kita Menyakiti Hati Nabi saw.?”

  1. Seharusnya kecintaan itu diwujudkan dengan ketaatan kepada amalan2 yang memang diperintahkan oleh orang yang kita cintai.

    Bukannya malah membuat amalan baru yang sebenarnya dilarang oleh orang yang kita cintai tersebut.

    Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua.

  2. @abu agil As-salafy

    assalamu alaikum.
    ………………………………….kutip……………………………………………
    (Seharusnya kecintaan itu diwujudkan dengan ketaatan kepada amalan2 yang memang diperintahkan oleh orang yang kita cintai.)
    ……………………………………………………………………………………………

    -”kecintaan” dengan “ketaatan kepada amalan2″- itu beda, mas! kalo ketaatan kepada amalan2, itu mah sdh seharusnya dan kewajiban setiap muslim.

    apa ada dalil/hadis yang mengatakan kecintaan kepada Rasul saw itu cukup dengan ketaatan2 kepada amalan? bukankah wahabi selalu bersemboyan berdasarkan dalil?

    kalo cukup dengan ketaatan kepada amalan2 lalu kenapa Allah SWT sampai-sampai menegaskan bahwa kita dituntut mencintai Rasul lebih dari diri kita sendiri dan dituntut mencintai keluarga Rasul saw.

    {Katakan (olehmu Muhammad): “Aku tidak meminta upah dari kalian kecuali kecintaan kepada keluargaku” (QS 42: 23).}

    banyak nash yang menjelaskan bahwa kita diwajibkan mencintai Nabi saw, bahkan belum sempurna jika kita mencintai diri kita lebih dari mencintai Rasul saw.

    dibawah saya kutipkan satu hadis tentang cinta kepada Rasul saw. yang tidak ada kaitannya dengan pemahaman abu agil bahwa mencintai rasul saw. adalah cukup diwujudkan dengan ketaatan2 amalan….:

    **********************************************
    Anas bin Malik rodhiallahu ‘anhu mengisahkan, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi saw. tentang hari kiamat,

    “Kapankah kiamat datang?” Nabi saw menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

    Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.”

    Maka Rasulullah saw bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.”

    Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi saw, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.’”

    Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi saw, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.”

    (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [X/557 no: 6171] dan at-Tirmidzi dalam Sunan-nya [2385])
    ***********************************************

    memperingati maulid, bukan bentuk “ibadah” sebagaimana difahami wahabi, maulid adalah salah satu ekspresi kecintaan kepada al-habib al-mustofa Muhammad saw. jadi tidak ada urusan dengan bid’ah, dan haram.

    jika pengikut ibn abdulwahab berdalih maulid tidak ada di zaman Rasul saw? apakah semua yang tidak ada dizaman Rasul saw bid’ah?

    1. Zakat profesi (bagi Insinyur, pilot, dokter, pialang saham, konsultan dll) mana dalil/hadisnya? jika dikeluarkan zakatnya apa bid’ah? atau -apa mereka tidak wajib zakat?

    (sebagian ulama yang keliru memahami konsep “bid’ah” tidak mewajibkan para profesional mengeluarkan zakat, apa wahabi seperti itu ya?)

    2. “sistim kerajaan” yang turun temurun seperti negeri wahabi saudi, apakah ada dalilnya? kenapa para wahabiyun saudiyun tidak mengadopsi sistim pemerintahan salaf shaleh seperti khilafah syaikhain (abubakar, umar ra) atau sistem pemerintahan khilafah Utsman dan Ali. apakah sistem kerajaan bukan bid’ah dholalah, yang tidak pernah diomongkan ulama wahabi saudi (khususnya)?.

    dan dan dan…….. masih banyak lainnya

  3. TERIMA KASIH…JADI TAMBAH PENGETAHUAN INSYA ALLAH TAMBAH JUGA PEMAHAMAN DAN AMALANNYA. SEMOGA BUKAN TEMPAT DEBAT ILMU. OKE TERIMA KASIH.

  4. syukron. ana akan berusaha untuk memegang sunah rasul

  5. Ekspresi kecintaan kepada rasulullah hanya bisa dirasakan oleh orang yg benar2 mencintainya. Tidak peduli peduli apa kata mereka…

  6. Amat bagus sekali. Terima kasih.

Selasa, 17 Maret 2009

Rindu Kami Padamu Ya Rasulillah Saww (2)

Hari hari berlalu hingga dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa disetiap bulan mengandungnya Sayyidah Aminah binta wahab As, beberapa orang Nabi As datang menyambangi beliau (melalui mimpi) dan menyampaikan salam serta kegembiraan atas anugerah ALLAH AWJ atas akan hadirnya Nabi Agung penyelamat Manusia Al Musthofa Saww

Diantaranya..

Nabi Idris As datang menyambangi saat usia kandungan 3 bulan, beliau As memberikan kabar gembira " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak menjadi pemimpin yang sangat Agung"

Diusia kandungan 4 bulan;
Nabi Nuh As datang menyambangi seraya menyampaikan kabar "Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak dianugerahi ALLAH SWT pertolongan dan kemenangan besar"

Di Usia kandungan 5 bulan;
Nabi Hud As datang menyambangi seraya berkata " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak dianugerahi Syafa'at yang agung pada hari kiamat"

Nabi Ibrahim Al Khalil As datang menyambangi saat usia kandungan Sayyidah Aminah As genap 6 bulan seraya berkata " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi yang diAgungkan ALLAH SWT"

Genap 7 bulan;
Nabi Ismail As datang menyambangi seraya berkata " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak dianugerahi ALLAH SWT keunggulan dan kesantunan yang sangat luar biasa"

Usia Kandungan 8 bulan;
Nabi Musa putra Imran As menyambangi seraya berkata " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi Agung yang kelak dianugerahi ALLAH SWT kitab suci al Quran"

Usia Kandungan genap pada sembilan bulan, Nabi Isa As datang seraya menyampaikan " Sungguh beruntung engkau wahai Aminah, berbahagialah sungguh engkau telah mengandung Nabi yang sangat mulia dan utusan ALLAH yang sangat Agung. Rahmat serta belas kasih ALLAH SWT dan salam sejahtera Nya senantiasa melimpah kepadanya. Sungguh ALLAH SWT akan menjauhkan darimu segala kesengsaraan, kepayahan dan juga akan memberimu segala kemudahan"

[~ Ibnu Hajar al Haitami An Ni'matul Kubra Alal Aalaam hal 44]

Demikianlah seluruh datuk Suci Rasulillah Saww datang menyampaikan salam penghormatan kepada Sayyidah Aminah As semasa Beliau Saww masih berada dalam kandungan, ini pula menjadi hiburan bagi Ibunda Suci Aminah As melewati kesendiriannya pasca wafatnya Sang Suami Agung Abdullah ibn Abdul Muthalib As..

Hingga pada detik detik kelahiran Sucinya, Sayyidah Aminah As tidak pernah merasa letih atau pun kepayahan..

Malam yang menggembirakan bagi semesta telah tiba, inilah malam lahirnya sang Nabi Suci Paripurna yang kedatangannya dinantikan seluruh mahluk..

Dalam kesendirian mendekati saat kelahiran, ALLAH AWJ mengutus 4 orang wanita Agung yang membantu persalinan Nabi Suci Saww. Mereka Adalah Siti Hawa, Sarah istri Nabi Ibrahim, Asiyah binti Muzahim, dan Ibunda Nabi Isa as Maryam

Kelak ke 4 wanita agung ini yang akan pula menemani Sayyidah Khodijah Al Kubro At thohiroh As dalam prosesi kelahiran Az Zahro Al Mardhiyah Ummu Aimmah Alaihassalam..

Siti Hawa as berkata kepada Sayyidah Aminah As ".. Sungguh beruntung engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung junjungan alam semesta Al Musthofa Saww. Kenalilah olehmu sesungguhnya aku ini Hawa, ibunda seluruh umat manusia, Aku diperintahkan ALLAH AWJ tuk menemanimu.."

Selang tak lama kemudian hadirlah Siti sarah istri Nabi Ibrahim as, Beliau berkata ".. Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Saww, seorang nabi agung yang dianugerahi kesucian yang sempurna pada diri dan kepribadiannya. Nabi agung yang ilmunya sebagai sumber ilmunya para Nabi dan para kekasihNya SWT. Nabi Agung yang cahayanya meliputi seluruh alam. Dan ketahuliah olehmu wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Sarah istri Nabiyullah Ibrahim As, aku diperintahkan ALLAH AWJ untuk menemanimu"

Wanita ketiga pun hadir dalam harum semerbak seraya berkata ".. Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Saww, kekasih ALLAH yang paling agung dan insan sempurna yang paling utama mendapati pujian dari ALLAH SWT dan dari seluruh mahlukNya. Perlu engkau ketahui sesungguhnya aku adalah Asiyah binti Muzahim yang diperintahkan ALLAH SWT menemanimu.."

Dan Wanita ke empat pun hadir dengan tampilan kecantikan luar biasa serta berwibawa, ia adalah Siti Maryam ibunda Nabi Isa As, ia berkata kepada Sayyidah Aminah As ".. Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Saww yang dianugerahi ALLAH AWJ mukjizat yang sangat agung dan sangat luar biasa, Beliaulah junjungan seluruh penghuni langit dan bumi, hanya untuk beliau semata segala bentuk sholawat (rahmat ta'dhim) ALLAH AWJ dan salam sejahteraNya yang sempurna. Ketahuilah olehmu wahai aminah, sesungguhnya aku adalah Maryam ibunda Isa As. Kami semua ditugaskan ALLAH SWT untuk menemanimu demi menyambut kehadiran Nabi Suci al Musthofa Saww"


Salam atas Ibunda Agung Sayyidah Aminah Alaihassalam...

bersambung...

Senin, 16 Maret 2009

Kepala Kantor Ayatullah Uzhma Sistani di di ICC Senin Malam


Dalam rangka mengagungkan peristiwa kelahiran Manusia Termulia, Nabi Besar Muhammad saw, Islamic Cultural Center mengundang seluruh umat Islam untuk menghadiri Peringatan Maulid

s_jawad_alshehrstani_

Waktu : Senin, 16 Maret 2009 pukul 19.00 - 21.30 WIB

Tempat : Aula ICC Jakarta, Jl. Buncit Raya Kav. 35 Pejaten Barat - Jakarta Selatan.

Yang akan tampil dalam cara tersebut adalah Ayatullah Sayyid Jawad Syahristani, Prof. DR. Said Agil Siraj (Ketua PBNU), Drs. KH. Saifuddin Amsir (MUI) dan Haddad Alwi.

(www.islamiccultural.com)

Kapan Prakarsa Maulid Nabi Muhammad dimulai?


Post #1
Akbar wrote16 hours ago
Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.

Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi (sunni). Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit.

Ide Shalahuddin untuk memperingati Mualid Nabi pada dasarnya tidak terlepas dari pengaruh Syi'ah Mesir Al-Adid. Baginya dengan memperingati Maulid Nabi, terdapat nilai-nilai positif yang akan tumbuh pada umat Islam di masa mendatang sekaligus secara politis untuk membangkitkan semangat jihad kaum muslimin untuk mampu menghadapi invasi kaum salib!

Kaum ulama yang berpaham Salafiyah dan Wahhabi, umumnya tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah Bid'ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya.

Namun, Ritus Maulid yg bagi orang bermadzhab syi'ah kini sudah menjadi fenomena yang umum baik diperingati oleh kaum syi'ah itu sendiri dan juga kaum sunni..

Hal inilah yang menurut hemat saya adalah bahwa 'dikotomi sunni-syi'ah' adalah sudah tidak relevan lagi untuk dipermasalahkan di bumi pertiwi ini mengingat bahwa ilmu tentang islam sendiri yang masuk ke indonesia bersumber dari keturunan para imam syiah seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Malik Ishak. Dan saya berpendapat, tepatnya adalah usul juga bahwa setiap makalah yang didiskusikan forum ini hendaklah disiapkan secara matang sehingga pada saat dipublish terkesan sebagai wacana pemikiran dan bukan materi yang perlu diperdebatkan.

Wassalam.
Allahumma sholli 'aa Muhammad wa ali Muhammad
---
sumber: berbagai sumber, namun bisa ditelusuri di http://id.wikiperdia.org dalam artikel: sultan saladin dan perang salib.
Post #2
NURMANSYAH wrote13 hours ago
Wah itu ma klaim org2 syiah. Menurut org2 sunni yg membawa Islam ke Indonesia ya ulama2 sunni. Mazhab saya sih Al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw, alias mazhab kebenaran.

Kalau kita mau menyadari sih ritual maulid itu Bid'ah, tidak pernah dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi saw. Benar atau salah? Apakah Nabi saw pernah memperingati maulidnya? Jawab dong secara objektif.
Post #3
Anhar wrote13 hours ago
Pak Nurmansyah jangan mudah memvonis ritual maulid itu bid'ah. Buktinya ulama kita dan habaib memperingati maulid Nabi saw, bahkan negara kita secara resmi memperingati maulid. Jika begitu kesimpulan anda, para ulama, habaib, dan negara kita termasuk MUI semuanya melakukan bid'ah. Itu tidak mungkin. Kita jangan mudah membuat kesimpulan ttg suatu ilmu yg kita tdk mendalaminya. Itu namanya tdk ilmiah, alias konyol.
Post #4
Akbar wrote8 hours ago
Sebenarnya agak malas saya memposting tulisan lebih dari sekali yang pada akhirnya kurang mendidik sportifitas dan ketajaman dalam berdiskusi tanpa dasar, tulisan yang alakadarnya.

Sdr. Nurmansyah menulis: "Mazhab saya sih Al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw, alias mazhab kebenaran."

Tanggapan saya:

Mazhab (bahasa Arab: مذهب, madzhab) adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

Mazhab yang digunakan secara luas saat ini antara lain mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi'i dan mazhab Hambali dari kalangan Sunni. Sementara kalangan Syi'ah memiliki mazhab Ja'fari (Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah)), Ismailiyah dan Zaidiyah.

Lha terus dimana posisi Mazhabnya Sdr. Nurmansyah ini yang nama aliasnya Mazhab Kebenaran? Semua orang bisa klaim dengan mengikuti mazhab kebenaran sekalipun itu Dajjal. Tapi yang mana pranalar yang dibawa saat sekolah atau mengaji? Atau hanya akan dijawab pokoknya seperti yang diajarkan guru? itu namanya ta'lid.

Ada Pesan Bijak yang menyarankan kita semua: "Kalau kalian jadi Guru, jadilah Guru yang Jujur, yaitu yang mau mengakui jika muridnya lebih pinter. Jika kalian jadi Murid, jadilah Murid yang tahu kepada siapa berguru".

Sdr. Nurmansyah menulis kalimat: "Kalau kita mau menyadari sih ritual maulid itu Bid'ah, tidak pernah dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi saw. Benar atau salah? "

Untuk menjawab secara obyektif pertanyaan atau pernyataan di atas, tentu saja perkara paling mudah. Rasulullah itu kemana-mana naik Unta. Apakah Sdr. Nurmansyah juga menganggap 'naik unta itu' sunnah ? sementara selama ini ngikutin? atau naik mobil, motor ataupun becak dan bukankah itu bid'ah? ono ono wae... nggak relevan. 'cengkonek' istilahnya. Tidak ilmiah sekali pertanyaannya. Jadi ndak perlu saya jawab.

Sdr. Nurmansyah menulis: " Apakah Nabi saw pernah memperingati maulidnya? Jawab dong secara objektif."

Pertanyaan di atas saya kembalikan lagi dengan pertanyaan: "Nurmansyah memperingati maulidnya sendiri apa tidak?" kalau tidak ya itulah rasionalnya, tapi kalau iya nah ini baru narsis.. tentunya orang lain/keluarga yang seyogyanya memperingati.

Memperingati sesuatu yang senang ataupun sedih adalah hal yang lazim dilakukan manusia sebagai bentuk kemanusiaannya itu sendiri. Dan sebagai contoh jelas tertera dalam tarikhul Islam bahwa Lebih kurang dua tahun sebelum Nabi Muhammad Saw. di Isra' Mi'raj-kan, Nabi mengalami keguncangan jiwa yang sangat mendalam. Hal ini terjadi karena beliau juga seorang manusia biasa seperti kita dalam merasa. Ketika itu, dalam tahun yang sama dan bulan yang sangat berdekatan paman Nabi (Abu Thalib) dan istrinya tercinta-Khadijah meninggal dunia. Sehingga tahun tersebut dalam sejarah disebut sebagai tahun duka cita ('amul huzni) (ref: baca Sejarah Muhammad karya Haikal).

Jadi sah-sah saja sebagai manusia merasakan sesuatu kesenangan dan kesedihan yang berakibat munculnya perilaku-perilaku 'memperingati' ataupun 'merayakan', baik dilakukan secara pribadi maupun kelompok masyarakat/golongan.

Kesimpulan saya: Berlakulah sportif, yaitu menanggapi penuturan orang lain secara bijak dengan dipenuhi referensi yang jelas dipaparkan. Tidak asbun alias 'cengkonek.

Cobalah membuat posting sendiri yang lebih ilmiah untuk berbagi dan memajukan pengetahuan orang lain. kita tunggu kebisaannya.
Post #5
1 reply
Uliex wrote5 hours ago
Salam..
Allahumma sholli 'aa Muhammad wa ali Muhammad,,
Ada dua pendapat yang menengarai awal munculnya tradisi Maulid ;
Pertama, tradisi Maulid pertama kali diadakan oleh khalifah Mu’iz li Dinillah, salah seorang khalifah dinasti Fathimiyyah di Mesir yang hidup pada tahun 341 Hijriyah.
Kemudian, perayaan Maulid dilarang oleh Al-Afdhal bin Amir al-Juyusy dan kembali marak pada masa Amir li Ahkamillah tahun 524 H. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Al-Sakhawi (w. 902 H), walau dia tidak mencantumkan dengan jelas tentang siapa yang memprakarsai peringatan Maulid saat itu.

Kedua, Maulid diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun 630 H yang mengadakan acara Maulid besar-besaran.
Saat itu, Mudhaffar sedang berpikir tentang cara bagaimana negerinya bisa selamat dari kekejaman Temujin yang dikenal dengan nama Jengiz Khan (1167-1227 M.) dari Mongol.
Jengiz Khan, seorang raja Mongol yang naik tahta ketika berusia 13 tahun dan mampu mengadakan konfederasi tokoh-tokoh agama, berambisi menguasai dunia.
Untuk menghadapi ancaman Jengiz Khan itu Mudhaffar mengadakan acara Maulid.

Tidak tanggung-tanggung, dia mengadakan acara Maulid selama 7 hari 7 malam.
Dalam acara Maulid itu ada 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 keju dan 30.000 piring makanan.
Acara ini menghabiskan 300.000 dinar uang emas. Kemudian, dalam acara itu Mudhaffar mengundang para orator untuk menghidupkan nadi heroisme Muslimin.

Hasilnya, semangat heroisme Muslimin saat itu dapat dikobarkan dan siap menjadi benteng kokoh Islam.
Sejatinya, dua pendapat di atas sama-sama benar.
Alasannya, karena peringatan Maulid tidak pernah ada sebelum abad ketiga dan diadakan pertama kali oleh Mu’iz li Dinillah, dan ini hanya bertempat di Kairo dan masih belum tercium ke lain daerah.

Sedangkan Mudhaffar adalah orang pertama yang memperingati Maulid di Irbil, yang dari Mudhaffar inilah peringatan Maulid mendunia.

Sementara di Indoensia tradisi ini telah berlangsung dan diperkirakan diawala awal Islam masuk di Indonesia hal ini diperkuat dengan beberapa Tradisi kita Peringatan 10 Muharram/Asyuro di Sumatra Barat, Ajaran Sufi oleh Syeik Siti dll

Islam masuk Indonesia awal nya didukungan dgn Teori GUJARAT Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India, Namum Teori ini mendapatkan Sanggahan dan muncul

Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini berdasar Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. Namun ada Teori lain lagi yang memperkuat Adat dan kebiasaan Bangsa kita yaitu TEORI Persia

TEORI PERSIA
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
- Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein (cucu Nabi Muhammad), yang sangat dijunjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatera Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
- Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
- Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
- Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
- Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Post #6
Akbar replied to Uliex's post4 hours ago
Terima kasih dengan ditambahkan penulisan Islam masuk Indonesia oleh Sdr. Uliex Unik secara lebih luas dan detail. Ini baru namanya diskusi sehat dan bermanfaat menambah Ilmu Pengetahuan. Wassalam.