Senin, 16 Maret 2009

Mengapa Wafat Rasulullah saw tidak Diperingati?

Tak asing lagi dalam tradisi umat Islam khususnya di Indonesia,
kelahiran Rasulullah saw diperingati oleh segenap kaum muslimin. Dari
pelosok negeri hingga di kota-kota besar, dari mushalla-mushala kecil
hingga di masjid-masjid besar, dari lorong-lorong kecil perkampungan
hingga di istana, kecuali di kalangan mazhab wahabi ekstrim. Walhasil,
semua kaum muslimin memperingati maulid Nabi saw dengan bermacam-macam
cara dan tradisi mereka.

Muncullah pertanyaan dari sebagian muslimin: Mengapa wafat Rasulullah
saw tidak juga diperingati? Sementara wafat para ulama besar dan tokoh
terkemuka diperingati, yang dikenal dengan sebutan "Haul". Jawaban
terhadap pertanyaan ini bermacam-macam. Ada yang bilang, itu tak
perlu, yang perlu diperingati adalah cahaya kelahirannya yang membawa
perubahan dunia. Ada juga yang bilang, jangan mengungkap peristiwa-
peristiwa yang sensitif. Memperingati wafat Rasulullah saw akan
mengundang hal-hal yang kontrovesial.

Benarkah memperingati wafat Rasulullah saw akan mengundang hal-hal
yang kontroversial? Apa peristiwa penting yang terjadi di sekitar
wafat Rasulullah saw, menjelang wafatnya dan sesudahnya? Kalau
peristiwa itu benar terjadi, mengapa disembunyikan? Sehingga banyak
kaum muslimin tidak mengetahuinya dan tidak boleh mengetahuinya?

Saya kira di zaman globalisasi, di era derasnya informasi kita tak
akan sanggup menyembunyikan peristiwa-peristiwa penting yang mesti
diketahui oleh muslimin. Pada akhirnya semua itu akan terungkap cepat
atau lambat.

Post #1

Haji wroteon March 13, 2009 at 2:42pm

Tak asing lagi dalam tradisi umat Islam khususnya di Indonesia, kelahiran Rasulullah saw diperingati oleh segenap kaum muslimin. Dari pelosok negeri hingga di kota-kota besar, dari mushalla-mushala kecil hingga di masjid-masjid besar, dari lorong-lorong kecil perkampungan hingga di istana, kecuali di kalangan mazhab wahabi ekstrim. Walhasil, semua kaum muslimin memperingati maulid Nabi saw dengan bermacam-macam cara dan tradisi mereka.

Muncullah pertanyaan dari sebagian muslimin: Mengapa wafat Rasulullah saw tidak juga diperingati? Sementara wafat para ulama besar dan tokoh terkemuka diperingati, yang dikenal dengan sebutan "Haul". Jawaban terhadap pertanyaan ini bermacam-macam. Ada yang bilang, itu tak perlu, yang perlu diperingati adalah cahaya kelahirannya yang membawa perubahan dunia. Ada juga yang bilang, jangan mengungkap peristiwa-peristiwa yang sensitif. Memperingati wafat Rasulullah saw akan mengundang hal-hal yang kontrovesial.

Benarkah memperingati wafat Rasulullah saw akan mengundang hal-hal yang kontroversial? Apa peristiwa penting yang terjadi di sekitar wafat Rasulullah saw, menjelang wafatnya dan sesudahnya? Kalau peristiwa itu benar terjadi, mengapa disembunyikan? Sehingga banyak kaum muslimin tidak mengetahuinya dan tidak boleh mengetahuinya?

Saya kira di zaman globalisasi, di era derasnya informasi kita tak akan sanggup menyembunyikan peristiwa-peristiwa penting yang mesti diketahui oleh muslimin. Pada akhirnya semua itu akan terungkap cepat atau lambat.

Post #2

NURMANSYAH wroteon March 13, 2009 at 3:31pm

Saya kira tidak ada peristiwa penting. Karena itu ulama2 kita tdk memperingatinya. Kita ikut ulama kita sajalah. Gak perlu ngada2 yg tdk ada contohnya dari ulama2 kita terdahulu.

Post #3

Anhar wroteon March 13, 2009 at 3:38pm

Memangnya ada peristiwa apa? Saya sepakat dg pak Nurmansyah. Kalau ada peristiwa penting yg bermanfaat bagi umat Islam tentu para ulama terdahulu memperingatinya. Ulama lebih tahu sejarah ketimbang kita. Kita ikut ulama saja spy hidup kita lebih aman.

Post #4

Ahmad wroteon March 13, 2009 at 4:14pm

Saya pikir khol atau Kaul rasulullulah SAW layak ada, ada lahir tentu ada meninggalnya. Kenapa khol habib anu atau wali anu ada acaranya? semakin kita banyak mengingat rasulullah, dari lahir, turunnya wahyu, kematian hingga pesan-pesan terakhirnya, tentu lebih baik dari milad partai atau sesuatu yang tak jelas. Ayo pak Haji, hidupkan khol rasulullah SAW.

Post #5

Januar wroteon March 13, 2009 at 4:31pm

Pada awalnya, saya juga sepakat dengan Pak Nurmansya dan Pak Anhar.. Mengapa kita harus mempelajari sejarah? Ikutilah para ulama terdahulu meskipun sejarah itu diputarbalikkan, kan yg bertanggung jawab dihadapan Allah adalah mereka yg telah memutar balikkan sejarah?....

Namun hati nurani ku berkata, "Apakah Allah tidak akan mempertanyakan kepada kita tentang AKAL kita, "Untuk apa kau gunakan akal mu yg Aku ciptakan agar kamu mau berfikir dan menimbang tentang kejadian-kejadian masa lalu, sebagai pelajaran dan hikmah agar kalian tdk tersesat?... Apakah ada perintah Ku untuk mengikuti ulama2 terdahulu secara membabi-buta?

Untuk itu, kalau ada yg memahami sejarah di group ini dgn memberikan bukti dgn dalil / nash yg dapat dipertanggung jawabkan tentang, "Apa yang sesungguhnya terjadi mulai dari detik2 terakhir wafatnya Rasulullah saw sampai dengan wafatnya Beliau? Bagaimana dengan keadaan umat waktu itu? Siapa yang melanjutkan misi Nabi saw?

Post #6

Ifadah wroteon March 13, 2009 at 4:41pm

Oh Rasul! Ada peristiwa apa yg sebenarnya di sekitarmu? mengapa cerita yg sampai pada kami bermacam2? Apa sbnrnya yg terjadi saat2 wafatmu? mengapa kami dilarang memperingati wafatmu? sementara wafat para ulama dan para tokoh diperingati?

Post #7

Tonny wroteon March 13, 2009 at 5:15pm

Pertanyaan mengapa?!! mungkin ada hal2 yg sangat penting yg perlu disembunyikan karena sangat mmpengaruhi penguasa YANG BERKUASA SAAT ITU. Sama dengan pertanyaan Mengapa Peristiwa SUPERSEMAR tidak terungkap seJARAH SEcara jelas dan Terang Benderang? Padahal PELAKU SEJARAHNYA MASIH HIDUP. Jawabannya karena sangat mengaruhi rezim yng berkuasa.......ada perasan ketakutan bagi yg merasa takut.....tapi itu sejarah.

Post #8

NURMANSYAH wroteon March 13, 2009 at 5:28pm

Untuk pak Januar
Kita telah dididik dan diberi pelajaran agama sejak SD hingga perguruan tinggi. Guru2 kita mendidik kita agar hormat dan patuh kepada ulama. Bukankah ulama itu pewaris Nabi saw? Para ulama lebih tahu ttg agama termasuk hadis dan sejarah Islam.

Kita diperintahkan oleh Nabi saw agar mengikuti jejak para sahabatnya khususnya khulafaus rasyidin yang telah dijamin masuk surga. Mana mungkin para sahabat Nabi saw yg dijamin surga akan menyimpang dari kebenaran? Mereka itu sdh dijamin masuk surga, sementara kita tdk punya jaminan.

Sebaiknya kita mengikuti para ulama dan habib2 yang sholeh, mereka itu para wali Allah dan kekasih-Nya. Apakah pak januar tidak percaya pada ulama kita dan habib2? mereka tidak memperingati wafat Rasulullah saw. Kita ikuti saja mereka. Mereka lebih alim daripada kita.

Post #9

Alfian wroteon March 13, 2009 at 5:29pm

Salam semuanya,
Mohon sharing dari teman2, mengenai hadist menjelang wafatnya dibawah ini,

Hadis di Kitab Bukhari Bab I No. 83

Ibnu Abbas berkata : “ Ketika Nabi bertambah keras sakitnya, beliau berkata, “Bawalah kemari kertas supaya kamu dapat menuliskan sesuatu agar kamu tidak lupa nanti.”
Kata Umar bin Khaththab, “ Sakit Nabi bertambah keras. Kita mempunyai Kitabbullah (Qur’an); cukuplah itu !”

Para sahabat (yang hadir ketika itu berselisih pendapat, dan menyebabkan terjadinya suara gaduh. Berkata Nabi, “ Saya harap anda semua pergi! Tidak pantas anda bertengkar didekatku.”

Ibnu Abbas lalu keluar dan berkata, “Alangkah malangnya, terhalang mencatat sesuatu dari Rasulullah.”

Bisakah saya menyimpulkan bahwa :
1. Ada Sahabat Nabi SAW tidak taat sama perintahnya sehubungan permohonan beliau yang akan meninggalkan wasiat.... padahal kita semua dianjurkan untuk berwasiat?

2. Ada sahabat Nabi SAW yang ingkar Sunnah... karena mengatakan cukuplah Kitabullah.....

3. Bgm makna pengusiran Nabi dari tempat turunnya Wahyu, terutama bagi yg berbuat gaduh dan bersuara keras.... karena kita dilarang untuk meninggikan suara dihadapan Nabi SAW

Mohon sharing dari teman2.....

Post #10

Tonny wroteon March 13, 2009 at 5:29pm

Dan bagi kita generasi yang masuk dalam ERA I.T., dengan segala prasarana informasi yang ada tentu TIDAK ADA ALASAN menyerahkan SESUATU YG INGIN KITA ketahui kepada satu, atau dua orang sj ahli sejarah. Maaf..... bila seseorang akan menulis skripsi, makan semakin banyak referensi yang didapat Insya Allah akan semakin tajam kesimpulan yang di HASILKAN....... Apa yg dibaca ulama satu n ulama yg lain, bisa juga kita baca,,,,,,,khusus masalah sejarah.......agar mantap dihati

Post #11

NURMANSYAH wroteon March 13, 2009 at 5:33pm

Kalau ada peristiwa saat itu? Mana mungkin sahabat2 Nabi saw, para ulama dan habib2 menyimpan kebenaran? karena menyimpan kebenaran itu dilarang dalam agama Islam. Yg jelas para sahabat pilihan Nabi saw sdh dijamin masuk surga.

Post #12

1 reply

NURMANSYAH wroteon March 13, 2009 at 5:41pm

Untuk Mas Alfian

Yg namanya sahabat Nabi saw tidak akan berprilaku seperti itu. Karena sahabat itu telah dijami masuk surga, dan paling dekat dg Nabi saw. Mereka itu mengorbankan harta dan nyawanya utk perjuangan Nabi saw.

Yang namanya sahabat itu pasti setia. Apalagi sahabat Nabi saw yg dididik oleh beliau bertahun2. Cahaya Nabi saw telah memancar pada hati mereka. Itu jelas, karena mereka selalu mengikuti jejak Nabi saw.

Post #13

Anhar wroteon March 13, 2009 at 5:53pm

Saya sepakat dg pak Tanjung. Sahabat Nabi saw itu orang2 pilihan, telah dijamin masuk surga. Tidak mungkin berbuat seperti yg disimpulkan oleh mas Alfian.

Missi Nabi saw diemban dan diteruskan oleh para sahabat, kemudian diemban oleh para ulama dan habaib. Apakah pernyataan saya ini salah? kalau salah, dimana letak kesalahannya?

Kita harus mengikuti jejak ulama dan habaib, yg rantainya sampai pada sahabat2 Nabi saw, agar kita sampai pada Rasulullah saw. Jika mereka tidak memperingati wafat Nabi saw, ya kita tidak perlu memperingatinya.

Post #14

Alfat wroteon March 13, 2009 at 7:16pm

Ulama sekarang mah dah pada belagu semua, pinginnya dibangga-2in, apalagi kalo udah meninggal,, pake ngadain ini-itulah.
Rosul aja gak pernah nyuruh sahabat-2nya buat ngerayain hari lahirnya sama hari wafatny..... gak tau orang indonesia dapat saran dari mana buat ngerayain hari-2 kaya gitu.... inget coi...? Hari raya yang boleh dirayain umat islam cuma ada 3 (Idul Fitri, Idul Adha sama Hari Jumat), makanya jangan bisanya ngikut-in orang yahudi sama nasrani........makanya kalo bisa di Indonesia khusus hari Jumat Masyarakatnya harus banyak-2 istighfar sama dekatin diri ke Tuhan YME.......

Post #15

NURMANSYAH wroteon March 13, 2009 at 7:18pm

Wahai para peserta diskusi yg terhormat

Saya baru mendapat informasi dari guru saya tentang 10 sahabat yg dijamin masuk surga:

Sa’îd bin Zaid berkata: Aku bersaksi dengan nama Rasulullah saw bahwa sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sepuluh orang masuk surga: Nabî, Abû Bakar, ‘Umar, ‘Utsmân, ‘Alî, Thalhah, Zubair, Sa’d bin Abî Waqqâsh dan ‘Abdurrahmân bin ‘Auf.” Kemudian orang bertanya, ‘Siapa yang kesepuluh?’ Setelah ditanyakan berkali-kali, ‘Sa’îd bin Zaid’ menjawab, ‘Aku’.

Jika Rasulullah saw telah menyatakan 10 orang telah dijamin masuk surga, apakah kalian berani membantah pernyataan Rasulullah saw tsb? Jika mereka telah dijamin oleh Rasulullah saw, apa mungkin mereka itu menyimpang dari Rasulullah saw dan kebenaran? Tidaklah logis jika mereka itu menyimpan peristiwa2 penting.

Post #16

Ali wroteon March 13, 2009 at 7:26pm

Pastilah akan terjadi pertentangan jika ada saudara kita yang mengikuti pendapat sahabat Nabi dan ada sebagian saudara kita yang mengikuti keluarga Nabi. Yang mengenal dekat Pak Nurmansyah pasti keluarganya Pak Nurmasyah. Yang mengenal Nabi Muhammad SAW pasti keluarga Nabi SAW.

Semua balik kpd masing-masing. Mau "mengenal" Nabi melalui sahabat atau keluarga. Wallahua'lam.

Post #17

Dicky wroteon March 13, 2009 at 8:45pm

sepertinya, kalau sahabat yang lain meriwayatkan hadis yang sama, (misalkan bilal, atau abu hurairah or else), mungkin ketika dia ditanya "siapakah yang kesepuluh?" mungkin jawabannya akan sama "AKu"

kalau saya sih tak percaya bahwa sahabat adalah manusia pilihan yang baik semuanya. Bagi saya, sahabat ada yang baik ada juga yang buruk. jadi tidak disama ratakan.

Post #18

Akbar wroteon March 13, 2009 at 9:52pm

Topik ini menarik sekali bagi saya, karena mulai dari titik inilah sebenarnya kondisi mental para sahabat, keluarga dan lingkungan arab bisa di jadikan cermin dan telaah dalam ditinjau dari berbagai sisi, sisi historis, sisi aqidah, sisi kebersamaan dan lain-lainnya.

Jarang saya temukan sebuah buku yang mengisahkan keadaan dan perilaku umat pada saat menjelang Baginda Rasulullah SAAW meninggal. Umumnya peristiwa ini hanya secara parsial saja dikisahkan. Sementara kondisi psikologi para Sahabat menjelang ajalnya Baginda Rasulullah secara detail jarang dikisahkan.

Bahkan kita juga sulit mendapatkan referensi para sahabat mana yang menunggu nabi saat sakaratul maut., siapa para sahabat yang memandikan, siapa para sahabat yang mengkafani, siapa para sahabat yang mensholatkan dan siapa para sahabat yang menguburkan Beliau.

Menurut telaah yang saya yakini ‘mengapa meninggalnya Rasulullah tidak diperingati” adalah:
Masa setelah nabi meninggal, bibir-bibit keimanan, kemunafikan dan kekafiran mulai kembali muncul. Sebagai manusia besar yang kiprahnya juga luar biasa selama lebih dari 22 tahun membawa panji-panji Islam, tentu tidak sedikit orang yang mencintai maupun membenci nabi. Sebagai contoh bisa kita gambarkan bagaimana keluarga Abu Sofyan, Hindun dan anak2nya masuk Islam secara ‘terpaksa’ saat peristiwa Penaklukan kota Mekah. Padahal di dalam sejarah kita juga bisa mengetahui bagaimana perilaku Abu Sofyan dan Hindun (yg membunuh pamanda Nabi Hamzah) dan anak-anaknya. Mereka masuk Islam dalam keadaan terpaksa. Sehingga pada saat Rasulullah meninggal, tentunya bagi mereka merupakan kemerdekaan yang besar untuk memulai kembali pada misi-misi mereka yang sebelumnya terpaksa dikubur. Kemunafikan tampak pada peristiwa ini
Hal ini dapat berlangsung tentunya tidak sekedar terjadi begitu saja tanpa proses. Saya yakin tidak sedikit sahabat yang mulai berpolitik setelah nabi meninggal. Setelah meninggalnya Rasulullah (walaupun pro-kontra terjadi) dengan adanya peristiwa Saqifah mengakibatkan pucuk kepemimpinan secara riil berlaku ke ‘khulafaurrasyidin’ an mulai dari Abu Bakar Sidiq, Umar ibn Khatab, Ustman dan Imam Ali Karamallahu Wajha. Upaya siapakah ini? Tentu saja saya yakin berdasarkan referensi yang saya dapatkan dari berbagai kalangan bahwa ini adalah upaya Abu Sofyan dkk yg memang terkenal licin dan pandai berpolitik. Dan upaya politis ini benar-benar tampak mulai sejak Ali KW dipilih menjadi khulafaurrasyidin yang ke-4 karena semasa masih dalam pemerintahan beliau, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh anak Abu Sofyan yang bernama Muawiyah dengan menggandeng koalisi bersama Aisyah binti Abu Bakar (perang Jamal kalau ndak salah).
Semenjak berakhirnya masa pemerintahan Ali KW, langsung Muawiyah memproklamirkan diri sebagai khalifah dengan sistem pemerintahan kerajaan dinasti yang diwariskan turun temurun.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Abu Sofyan dan keturunannya merupakan golongan orang-orang munafik yang memusuhi rasulullah. Ini terbukti dengan adanya pembantaian dan penganiayaan besar-besaran terhadap keluarga nabi yang berasal dari Ali KW – Fatimah Azzahra’ mulai dari Hasan ibn Ali, Husain ibn Ali, hingga seterusnya seterusnya. Dalam hal ini semuanya dilakukan oleh dinasti Muawiyah dan ditularkan kepada dinasti Abasiyah. Akibatnya keluarga nabi terpaksa menyingkir ke daerah-daerah yang jauh (Irak-Iran).
Dengan mengetahui kronologis telaah saya diatas, tentunya kita bisa melihat dengan mata hati yg bersih bahwa ‘mana mungkin nabi dan keluarga nabi diutamakan’ oleh lingkungan dinasti-dinasti yang membenci mereka? Jangankan kehadiran prosesi saat meninggalnya nabi, wong putri tercinta nabi, penghulu wanita syurga Fatimah Azzahra’ meninggal saja sampai-sampai makamnya tidak ada yang mengetahui… kan aneh kalau memang secara nyata tidak dipolitisir… Begitu pula putra Ali KW yakin Hasan yang di racun dan Hussain yang di sembelih dijaman Yazid!.

Semua ini saya ungkapkan mengikuti keyakinan dari berbagai referensi yang saya dapatkan.

Jadi kesimpulan yang saya bisa petik dari sini adalah:
bahwa ‘mengapa wafat nabi tidak diperingati’. Tentu saja karena selama berabad-abad pengelolaan Negara dikuasai oleh keluarga-keluarga yang jelas-jelas memusuhi nabi dan keluarganya (mulai dari Ali-Fatimah, Hasan, Husein dan keterunan-keterunan berikutnya) yang notabene merupakan pemerintahan monarkhi yang hanya mementingkan kehidupan pribadi, keluarga dan dinastinya saja. Sehingga peristiwa2 penting yang terjadi pada lingkungan nabi dan keluarganya sangat diabaikan. Padahal kita semua sepakat bahwa keluarga nabi adalah merupakan pintu gerbang ilmunya nabi, ilmu nabi adalah ilmu Allah Ta’ala.
Setiap hal yang mengandung peristiwa di lingkungan Baginda Rasulullah dan Keluarganya adalah penting untuk diperingati, dikenang sebagai suri tauladan untuk lebih dekat dan lebih mencintai nabi beserta keluarganya dan untuk kemaslahatan bagi semesta alam. Karena sesungguhnya pada diri nabi adalah terdapat suri tauladan.

Bagi saya mempercayai cerita ttg orang dari kawannya tentunya lebih rendah nilainya dibanding mempercayai cerita ttg orang dari keluarganya sendiri.

Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa’ala aalii Muhammad

Post #19

Sri wroteon March 13, 2009 at 11:19pm

assalamu alaikum wr wb..
ya Allah kenapa haul habib A n habib B ....selalu diperingati sementara haul kekasihmu tidak diperingati???????....ini semua karena tergantung dari pemimpin yg berkuasa saat itu....setelah rasulullah wafat kepemimpinan umat lepas dari keluarganya....dan sudah menjadi sunnatullah setiap nabi mengangkat keluarga dekatnya sbg penerus syariah....oh..seandainya waktu rasul wafat kepemimpinan ditangan keluarganya pastilah sekarang kita akan selalu memperingati haulmu ya rasulullah...
allahumma shalli ala muhammad wa aali muhammad wa ajjil farajahum

Post #20

Abdullah wroteon March 13, 2009 at 11:27pm

aww..tdk ada jaminan shabat masuk surga (dalil bikinan zaman muawiyah)..pa lg "aku jg masuk", kok mengklaim diri sendiri...Bnyk yg tdk mau memperingati krn sangat sensitif..da persitiwa wafatnya Rasul saww yg tragis, mau tidak mau menyinggung Yaumul Ghadir...pd bnyk yg kesinggung...sahabat saja tdk senua baik (trmasuk sahabat kita jg)..pa lg ulama/habaib da jg yg ga baik...

Post #21

Hari wroteon March 14, 2009 at 1:16am

sejarah tidak bisa menceritakan dirinya sendiri oleh sebab itu sejarah butuh diceritakan, hal ini yang kemudian melahirkan sebuah tanggapan bahw ketika sejarah harus diceritakan menyebabkan sejarah berpotensi menjadi alat kekuasaan. bisa saja sejarah yang sampai pada kita adalah seting kekuasaan meingat kekuasaan Islam atau kekuasaan negara Hari ini memerlukan sejarah seperti yang kita terima sebagai media menghegemoni dan menguasai.

menurutku atas asumsi diatas penting menghadirkan pandangan lain tentang sejarah kematian rasul, apakah matinya dalam keadaan damai karena agamanya telah sempurna atau sebaliknya Rasul wafat dalam keadaan terluka karena umat-umat sepeninggalnya berbalik tidak menjalankan ajaranya.

aspek sejarah sebagai kisah masa lampau harus di obyektifikasi jangan sampai kita terjebak dalam kesalahan berfikir force hipotesis dimana kita menggunakan sesuatu (sejarah) yang bukan fakta sebagai kesimpulan. hem

saya tunggu penjelasan lain di balik kematian Rasulullah SAAW. semoga allah mencerahkan akal kita dengan penerang kebenaran sehingga kita bisa sampai pada jalan yang dikehendakiNya.

Post #22

M TEGUH wroteon March 14, 2009 at 2:39am

Source: Wikipedia

MUHAMMAD's LAST ILLNESS

Soon after returning from this pilgrimage, Muhammad fell ill. He was nursed in the apartment of his wife Aisha, the daughter of Abu Bakr.

The Shī‘ah claim that most of the PROMINENT MEN among the Muslims, expecting Muhammad's death and an ENSUING STRUGGLE for POWER, DISOBEYED his orders to join a military expedition bound for Syria. They stayed in Madīnah, waiting for Muhammad's death and their CHANNCE TO SEIZE POWER.

According to Ibn ‘Abbās (cousin of Muhammad),
the dying Muhammad said that he wished to write a letter — or wished to have a letter written — detailing his wishes for his community.

According to Sahih Muslim Ibn ‘Abbās narrated that:
When Allah's Messenger (may peace be upon him) was about to leave this world, there were persons (around him) in his house, 'Umar b. al-Kbattab being one of them. Allah's Apostle (may peace be upon him) said: COME, I MAY WRITE FOR YOU A DOCUMENT; YOU WOULD NOT GO ASTRAY AFTER THAT.

Thereupon Umar said: Verily Allah's Messenger (may peace be upon him) is deeply afflicted with pain. You have the Qur'an with you. The Book of Allah is sufficient for us.

Those who were present in the house DIFFERED.

Some of them said: Bring him (the writing material) so that Allah's Messenger (may peace be upon him) may write a document for you and you would never go astray after him.

And some among them said what 'Umar had (already) said. When they indulged in nonsense and began to dispute in the presence of Allah's Messenger (may peace be upon him), he said: GET UP (AND GO AWAY)

'Ubaidullah said: Ibn ‘Abbās used to say:
There was a heavy loss, indeed a heavy loss, that, due to their dispute and noise. Allah's Messenger (may peace be upon him) could not write (or dictate) the document for them.Sahih Muslim 13:4016

Umar reportedly admitted to Ibn ‘Abbās during the former's reign, that the MOTIVE behind HIS REFUSAL to allow Muhammad to dictate his will, was TO PREVENT HIM FROM PROCLAIMING ALI AS MUHAMMAD HEIR[28].

When Muhammad died, Umar DENIED his death stating rather that he would return back, and threatening to behead anyone who accede to his death.

Abu Bakr, upon his returned to Madīnah, spoke to Umar and only then Umar did admit that Muhammad had died, this all was perceived by the Shiite as
A PLOY on Umar's part TO DELAY the funeral and thus GIVE Abu Bakr (who was outside the city) TIME TO RETURN TO MADINAH.



Dari M. Teguh Ali:

Saudara-saudaraku yg berkiblat ke Ka'bah (saat shalat), pernah bershalawat pada Rasulullluah, dan sama2 pernah berbuat khilaf dan alpa, serta pernah memohon ampun pada Allah swt dan bertawassul pada Rasulullah saw.

1. "Mencari" KEBENARAN (sejarah/hadis/science) adalah satu hal.
2. "Menyebarkan" kebenaran (sejarah/hadis/science) adalah hal lain.
3. "Mempertahankan PENYEBARAN" kebenaran dihadapan PENGUASA (bisa presiden, raja, sultan, ulama kroni-nya raja/sultan/rektor/dosen yg zalim) yg tak suka (karena terancam) dgn "penyebaran al haq" adalah jauh lebih sulit.

Bersikap "hati-hati" namun tetap mempertahankan "kebenaran - dalam bid. apapun" demi menjaga persatuan umat,yang (masih) awam akan sejarah/hadis/science dan (masih) sebagian (besar) emosional...JAUH LEBIH SULIT, TETAPI MUNGKIN DILAKUKAN..dgn penuh kesabaran & tawakal pada Allah swt, bershalawat kpd Rasulullullah, Ahlu Bait beliau, serta berusaha menjadi para sahabat yg SELALU SETIA kepada apapun yg sudah diputuskan Muhammad Rasulullah saaw.

CIRI-CIRI PENGIKUT/SAHABAT/SUPPORTER "SETIA" :
Ciri pengikut yg SELALU setia kepada PEMIMPIN, antara lain:
1. Lebih mendahulukan keputusan Pemimpin yang sudah dia ikrar/pilih sendiri (dia sudah memberikan ba'iat) sebagai pemimpinnya.
2. Jika dia mempunyai pendapat pribadi sendiri yg berlainan, maka hal itu akan dikesampingkan olehnya, demi mematuhi keputusan Pemimpinnya.

Jika tidak, maka dia tetap dapat menyebut dirinya PENGIKUT/SAHABAT/SUPPORTER - yg bisa SETIA, tapi bisa juga BERKHIANAT - pd Pemimpinnya, karena sesungguhnya dia HANYA SETIA KEPADA PUTUSAN SENDIRI (yang bisa sesuai, atau bertentangan, dengan putusan Pemimpinnya).

Dalam sejarah perebutan kekuasaan (POWER) - mis. berebut ingin jadi Jenderal, Direktur, Komisaris, Menteri, Presiden, Sultan, dll - para sahabat/pengikut/supporter seperti ini, bisa "MENJEGAL" Pemimpin yg dulu didukungnya, karena hakikatnya, dia tak ingin jadi pengikut selamanya, tapi ingin juga jadi penguasa.

Hal ini sudah berulang-kali terjadi...dimana-mana.


Allahuma shali ala Muhammad wa ali Muhammad;
kama barakta'ala Muhammad wa ali Muhammad.

Mohon ma'af jika ada kelebihan/kekurangan.
Wassalam

Post #23

M TEGUH wroteon March 14, 2009 at 2:50am

Jika ingin memperingati SYAHID nya Rasulullah, sesaat setelah hajji perpisahan, silahkan lakukan "lakukukan apa saja yg gemar dilakukan Rasullullah hingga beliau SYAHID dirumah Ai'syah bt Abubakr.

Memperingati itu baik. Bukankah tujuan "memperingati" itu adalah "memperingati diri sendiri" agar mengikuti sunnah2 Rasulullah yg mashur?

Berdebat bertele-tele...bukan sunnah Rasulullah..tapi sunnah para ulama (Islam, HIndu, Kriste, dll), dan para capres 2009 yg ahli DEBAT...namun lupa "mengamalkan"..

Tak ada orang "masuk surga" karena berdebat, tapi lebih karena "beramal"..

Wassalam

Post #24

1 reply

NURMANSYAH wroteon March 14, 2009 at 3:22am

Wahai Bpk dan Ibu peserta diskusi yg terhormat

Dlm diskusi ini hendaknya kita berlandaskan argumen2 RASIONAL, jangan EMOSIONAL. Spy kita menemukan kebenaran dan mendapat berkah dari Allah sw.

Yang namanya cerita sejarah, itu sulit pembuktian kebenarannya. Karena dasarnya "katanya", "katanya" dan "katanya". Bagaimana kita berargumen dengan argumen yg namanya "katanya" fulan, dan katanya fulan.

Saya mau tanya kepada semua peserta diskusi:
1. Apa dasar pembuktian cerita sejarah? wong itu terjadi masa lalu, dan kita tdk hidup pada masa itu.
2. Jika terjadi dua cerita sejarah yang berbeda, apa tolok ukur pembenaran thd satu cerita dan menyalahkan cerita yg lain? Umumnya orang mengukur kebenaran itu berdasarkan "katanya". Itu jelas tidak rasional dan tidak ilmiah.

Saya pernah mendengar dan membaca cerita yg tidak rasional di sekitar wafat Rasulullah saw, antara lain:
1. Katanya Rasulullah saw mengusir sahabatnya dari dekatnya saat beliau sedang sakit? Mana mungkin Rasulullah saw yang berakhlak sangat mulia mengusir sahabatnya yg sedang membesuknya. Kisah ini tidak masuk akal sehat. Kita saja yg berakhlak pas2an tidak mungkin mengusir sahabat kita yg membesuk kita yg sdg sakit. Pasti kita menghormatinya, apalagi Rasulullah saw thd sahabatnya.

2. Katanya ada salah seorang sahabat Nabi saw yg mengatakan "Nabi saw sedang mengegok". Cerita juga tidak rasional. Mengapa? Krn akhlak sahabat pilihan Nabi saw tidak mungkin melakukan hal itu terhadap Nabi saw. Karena ia telah dididik Nabi saw selama bertahun2.

3. Katanya para sahabat Nabi saw saling berebut kekuasaan sebagai pengganti Nabi saw. Ini cerita tak masuk akal. Mana mungkin org2 mulia seperti sahabat Nabi saw berebut kekuasaan. Apalagi di saat Nabi saw wafat dan belum dikebumikan. Ini cerita buatan yg tak rasional. Mereka itu org2 mulia dan berakhlak mulia. Kita saja yg berakhlak pas2an, kl hidup saat itu, tak mungkin melakukan hal itu, tentu berta'ziyah kepada Rasulullah saw dan keluarganya.

4. Katanya Umar bin Khottob ngamuk2 dlm pidatonya saat Rasulullah saw wafat. Mana mungkin itu terjadi. Umar itu adalah sahabat pilihan Nabi saw yg dijamin masuk surga. Ia pejuang Islam, di pedangnya Islam ditegakkan berkat didikan Rasulullah saw. Cerita itu sangat tdk rasional, apalagi Umar adalah mertua Rasulullah saw. Kita saja yg akhlaknya pas2an tdk mungkin melakukan hal di saat wafatnya mantu kita tercinta. Benar kan?

5. Katanya terjadi keributan antara keluarga Nabi saw dan sahabatnya di saat2 baru saja jenazah dikebumikan karena saling berebut kekuasaan sebagai pengganti Nabi saw. Cerita ini dasarnya katanya yg tak masuk akal dan tidak rasional. Keluarga Nabi saw itu org2 mulia juga sahabat Nabi saw orang2 yg terhormat. Mana mungkin terjadi keributan diantara orang2 yang berakhlak mulia hanya karena berebut kekuasaan. Yang berebut kekuasaan itu adalah org2 yg berakhlak rendah dan hina. Mana mungkin itu terjadi di antara mereka yg berakhlak mulia. Mereka org2 mulia dan berakhlak terpuji. Lagi pula soal politik dan kekuasaan sdh ada mekanisme dan aturannya yg diajarkan oleh Rasulullah saw kepada keluarga dan para sahabatnya.

Maaf sekali lagi, hendaknya kita berdiskusi secara RASIONAL, jangan EMOSIONAL.






Post #25

NURMANSYAH wroteon March 14, 2009 at 3:34am

Untuk Pak Teguk Ali

Maaf, kita harus membedakan antara debat kusir dg diskusi. Mana mungkin kita mengamalkan sesuatu kalau kita tak tahu dan tak yakin? Kalau dasarnya hanya dengar dan baca, di situ masih banyak hal2 yg dipertanyakan oleh pikiran kita. Jika Rasionalitas kita mempertanyakan, itu menunjukkan ada keraguan. Di sinilah pentingnya diskusi untuk memantapkan apa yg kita dengar dan kita baca. Kita tak boleh mengamalkan sesuatu yg dasarnya "KATANYA". Harus diuji dulu kebenarannya.

Post #26

Dicky wroteon March 14, 2009 at 4:04am

kalau logika saya keknya kebalik ya...

kalau ada sahabat nabi yang memang melakukan itu (menganggap nabi mengigau, berebut kekuasaan dll) mana mungkin mereka disebut sebagai sahabat nabi yang mulia dan terhormat?

Post #27

Ifadah wroteon March 14, 2009 at 4:11am

Oh umat Rasulullah! Waspadai soal politik dan kekuasaan. Karena tdk hanya uang yg dikorbankan bahkan nyawa pun bisa dikorbankan. Sistem dan mikanisme hanya dibuat bukan utk dipatuhi. Yg banyak untuk mengelabuhi publik dan rakyat. Kondisi saat ini bisa dijadikan pisau analisa Rasional terhadap peristiwa masa lampau dan masa yg akan datang. Peristiwa itu akan berulang kembali, yang berbeda hanya pelakunya.

Tanpa mengurangi penghormatan saya pada ulama, kiayai dan ustadz, tidakkah sedikit diantara mereka yg terjebak dlm kubangan politik dan kekuasaan. Sehingga martabat mereka menjadi rendah di mata umat dan para pengikutnya. Inilah realita dan fakta yg mesti direkam oleh pena sejarah masa kini.

Sy ulangi lagi, peristiwa selalu berulang dari masa lalu, sekarang, dan masa mendatang. Yg beda hanya pelakunya. Inilah fakta dan argumen rasional ttg sejarah kehidupan manusia. Argumen rasional harus punya landasan yg benar. Sebelum kita menguji dalil2 atau rumus rasional, kita harus menguji materi atau informasi yg akan dimasukkan kedlm rumusl2 rasional.

Jika tidak, akan percuma. Karena rumusnya benar, tapi isinya yg salah.
Misalnya: A=B, B=C, maka A=C.
Rumus ini benar dan disepakati.
Contoh yg dua2nya benar:
Rasul Allah adalah suci; orang suci masuk surga; maka Rasul Allah masuk surga.

Contoh Rumus benar tapi isi salah:
Manusia makan ayam; ayam makan tahi (kotoran); maka manusia makan tahi.

Maaf, ini hanya sebagai contoh bagi pak Tanjung yg ingin menggunakan argumen2 rasional.

Post #28

Uliex wroteon March 14, 2009 at 4:49am

Salam.. semua
kepada Bp Nurmansyah terima kasih atas beberapa tulisan nya mencerahkan namun ada beberapa kritik utk anda saya ulang sedikit tulisannya :

Dlm diskusi ini hendaknya kita berlandaskan argumen2 RASIONAL, jangan EMOSIONAL. Spy kita menemukan kebenaran dan mendapat berkah dari Allah sw.

Yang namanya cerita sejarah, itu sulit pembuktian kebenarannya. Karena dasarnya "katanya", "katanya" dan "katanya". Bagaimana kita berargumen dengan argumen yg namanya "katanya" fulan, dan katanya fulan.

Saya mau tanya kepada semua peserta diskusi:
1. Apa dasar pembuktian cerita sejarah? wong itu terjadi masa lalu, dan kita tdk hidup pada masa itu.
2. Jika terjadi dua cerita sejarah yang berbeda, apa tolok ukur pembenaran thd satu cerita dan menyalahkan cerita yg lain? Umumnya orang mengukur kebenaran itu berdasarkan "katanya". Itu jelas tidak rasional dan tidak ilmiah.

Dan anda pula yang mementahkan Argumen atas tulisan anda saya ulang :

Wahai para peserta diskusi yg terhormat

Saya baru mendapat informasi dari guru saya tentang 10 sahabat yg dijamin masuk surga:

Sa’îd bin Zaid berkata: Aku bersaksi dengan nama Rasulullah saw bahwa sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sepuluh orang masuk surga: Nabî, Abû Bakar, ‘Umar, ‘Utsmân, ‘Alî, Thalhah, Zubair, Sa’d bin Abî Waqqâsh dan ‘Abdurrahmân bin ‘Auf.” Kemudian orang bertanya, ‘Siapa yang kesepuluh?’ Setelah ditanyakan berkali-kali, ‘Sa’îd bin Zaid’ menjawab, ‘Aku’.

Jika Rasulullah saw telah menyatakan 10 orang telah dijamin masuk surga, apakah kalian berani membantah pernyataan Rasulullah saw tsb? Jika mereka telah dijamin oleh Rasulullah saw, apa mungkin mereka itu menyimpang dari Rasulullah saw dan kebenaran? Tidaklah logis jika mereka itu menyimpan peristiwa2 penting.

Apakah anda ingin mengklaim bahwa tulisan anda benar2 suatu yang RASIONAL seperti yang anda sendiri katakan dalam berdiskusi harus berdasarkan argumentasi dan dasr yang kuat.

Post #29

1 reply

NURMANSYAH wroteon March 14, 2009 at 5:23am

Mas Uliex

Itu hadis Rasulullah saw yg dikutip oleh sahabatnya. Kita diperintahkan wajib meyakini Al-Qur'an dan hadis Nabi saw.

Hadis Nabi saw adalah pernyataan yang pasti kebenarannya. Apakah anda meragukan hadis Nabi saw? Hadis Nabi saw beda dengan cerita2 manusia biasa yg membuat buku sejarah, itu perlu diuji kebenarannya. Kebenaran hadis Nabi saw bersifat mutlak berada di atas kebenaran Rasional.

Post #30

Anhar wroteon March 14, 2009 at 5:33am

Saya mengamati di antara peserta diskusi ini ada yg belum bisa membedakan buku sejarah yg dibuat oleh tangan manusia biasa dengan hadis Nabi saw. Hadis Nabi saw pasti kebenarannya, tak perlu diragukan. Hati2 jangan sampai terjerumus meragukan hadis Nabi saw. Kalau sejarah buatan manusia biasa boleh kita ragukan kebenarannya, dan kita uji kebenarannya.

Janganlah kita meragukan hadis Nabi saw. Nabi itu suci dan dijamin oleh Allah swt kebenarannya. Jelas2 yg dikutip oleh pak Nurmansyah itu adalah hadis Nabi saw. Mengapa anda masih meragukan hadis Nabi saw? 10 sahabat telah dijamin masuk surga. Itu pernyataan Nabi saw.

Post #31

Haji wroteon March 14, 2009 at 5:49am

Diskusi yang baik adalah harus dimulai dari suatu titik persoalan yg telah kita sepakati. Kemudian beranjak pada titik selanjutnya.

Kita harus bertanya dari titik mana kita akan memulai diskusi ini yakni titik yg telah disepakati? Insya Allah kita akan mengetahui titik persoalan selanjutnya yg belum disepakati. Baru kita urai titik persoalan yg belum kita sepakati.

Post #32

Alfian replied to NURMANSYAH 's poston March 14, 2009 at 6:02am

Salam Pak Nurmansyah & Pak Anhar,

Sepertinya kalimat dalam hadis tsb tidak terlalu susah utk dimengerti, kalau lihat perkataan Umar bin Khaththab“ Sakit Nabi bertambah keras. Kita mempunyai Kitabbullah (Qur’an); cukuplah itu !”
Menunjukan bahwa beliau lebih tinggi pemahamannya mengenai Al Quran dari pada Nabi SAW....kalaupun perkataan itu benar, kenapa Nabi malah mengusir keluar dari kamarnya?

firman Allah SWT, " Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi. Dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak gugur (pahala) amalmu sedangkan kamu tidakmenyadari" (49: 2).

Apakah mereka lupa dgn ayat ini??

Kejadian lain menjelang wafatnya Nabi SAWW,

Dua hari menjelang wafatnya Rasulullah, beliau telah siapkan sebuah pasukan untuk memerangi Roma. Usamah bin Zaid yang saat itu berusia delapan belas tahun diangkat sebagai komandan pasukan perang. Tokoh-tokoh muhajirin dan anshar seperti Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan sahabat-sahabat besar lainnya diperintahkan untuk berada di bawah pasukan Usamah ini. Sebagian mereka mencela pengangkatan Usamah. Mereka berkata, bagaimana Nabi bisa menunjuk seorang anak muda yang belum tumbuh janggut sebagai komandan pasukan kami. Sebelum itu mereka juga pernah mencela pengangkatan ayahnya oleh Nabi. Sedemikian rupa mereka protes Nabi sampai beliau marah sekali. Dengan kepalanya yang terikat karena deman panas yang dideritanya, Nabi keluar dipapah oleh dua orang dalam keadaan dua kakinya yang terseret-seret menyentuh bumi. Nabi naik ke atas mimbar, memuji Allah dan bertahmid padaNya. Sabdanya: "Wahai muslimin, apa gerangan kata-kata sebagian di antara kalian yang telah sampai ke telingaku berkenaan dengan pengangkatanku Usamah sebagai pemimpin. Demi Allah, jika kamu kini mengecam pengangkatannya; sungguh hal itu sama seperti dahulu kamu telah mengecam pengangkatanku terhadap ayahnya sebagai pemimpin. Demi Allah, sesungguhnya ia amat layak memegang jabatan kepemimpinan itu. Begitu juga puteranya—setelah ia—sungguh amat layak untuk itu."
(Thabaqat Ibnu Sa'ad jil.2 hal.l90; Tarikh Ibnu Atsir Jil. 2 hal. 317; Sirah al-Halabiyah jil. 3 hal. 207;Tarikh Thabari jil. 3 hal 226.)

Begitukah perlakuan sahabat thd Nabi SAWW???

Memang tidak enak mendengar seseorang yg kadung kita cintai melakukan sesuatu yang negative.... dan merasa itu tdk benar dan selalu dibela walaupun fakta mengatakan lain. Wassalam

Post #33

Primanti wroteon March 14, 2009 at 6:32am

hmm.. seru juga diskusinya..

in my opinion, perlu kembali ke pernyataan "...kelahiran Rasulullah saw diperingati oleh segenap kaum muslimin... Mengapa wafat Rasulullah saw tidak juga diperingati?..."

perdebatan mengenai peringatan kelahiran Rasulullah jg belum tuntas.. masih ditemui perbedaan pendapat di diri para ulama sendiri.. bagi para pendukung ulama ("ikuti saja ulama.. tidak perlu kita yg berfikir lg.. mereka kan sudah alim") ini mo ngikut ulama yg mana? kembali kita perlu menggunakan akal kan?
toh sama saja kita perlu berfikir, knapa ga sekalian kita memanfaatkan akal kita (sesuai amanat Allah) untuk berfikir dan mencari kebenaran dari masalah itu?

bahkan hari kelahira yg "diperingati dimana2" pun masih belum ditemukan kata sepakat.. bagi para penganut "bid'ah tetap bid'ah apapun bentuknya" pasti tidak setuju dg peringatan hari lahir Rasulullah.. karena semasa hidup, beliau tidak pernah merayakannya.. saat dirayakan oleh umatnya, itu pasti bid'ah..
sedangkan penganut "bid'ah ada yg baik" akan membolehkan acara ini.. krn banyak manfaat yg bisa diambil.. sama halnya kalo kita compare dg tarawih..
Rasulullah kembali ke rumah utk melaksanakan tarawih, instead of melaksanakannya secara berjamaah di masjid.. knapa skarang kita balap2an tarawih di masjid??
ada sisi yg bisa dilihat dari sudut mengumpulkan sebanyak mungkin pahala semasa ramadan.. melakukan sebanyak mungkin amalan.. tapi bisa kembali dilihat dari sudut "Rasulullah aja menghindarinya.. ko kita malah rebutan?"
kembali bisa didebat dg "karena banyak manfaat yg bisa kita ambil"

so, kembali ke pertanyaan di awal tadi, kenapa wafat Rasulullah tidak diperingati? bagi sebagian org akan menjawab "karena sebenarnya *ulang tahun* Rasulullah pun bukan untuk diperingati.." bukan seperti kelahiran, kematian dan kenaikan Yesus Kristus yg diperingati kaum Nasrani..
sebagian lg perlu menjawab "seharusnya juga kita peringati untuk mengenang Rasulullah.. krn banyak jg manfaat yg bisa timbul"..
itu akan lebih bisa diterima untuk kita bahas, cerna, diskusikan, sehingga kita terus berlatih utk berfikir dan tertantang utk mencari kebenaran dg studi2 literatur barangkali?
instead of hanya memasrahkan pada ulama dan membiarkan mereka berfikir..
kapankah Allah akan mengubah nasib kita ataupun memberi pencerahan kalau untuk berfikir saja kita ga berani?
takut salah kah? itulah gunanya kita punya jaringan seperti ini.. untuk saling membantu mengingatkan bila ada yg ternyata salah menyimpulkan.. so, tak perlu takut salah untuk menemukan kebenaran..
nabi Ibrahim pun ga langsung di-cap "failed" saat beliau sempat memuja Matahari..

kemudian utk P Alfian, boleh dibantu di Hadis Bukhari bab 83 tersebut di kitab apa ya? sy cari di buku saya ko tidak ketemu.. saya takut klo search di internet jadi banyak versi..

@ haji nawawi, ingin klarifikasi.. bukankah foto yg anda gunakan sbagai profile foto itu merupakan salah satu gambar yg di-klaim sebagai lukisan masa muda Rasulullah? yakinkah anda menggunakan gambar tersebut? apakah anda sudah yakin ini bukan hasil fitnah kaum pembenci Islam?

Post #34

Haji wroteon March 14, 2009 at 5:06pm

Memang foto itu msh diperdebatkan. Sebagian muslimin mengatakan itu foto (lukisan) Rasulullah saw. Sebagian yg lain tidak mempercayai. Tapi saya sdh cinta foto itu. Cinta itu dapat melumpuhkan semua argumen. Karena cinta itu sdh bukan lagi dalam dataran konseptual, tapi sdh memasuki rasa, isyraqiyah.

Karena itu sebelum cinta mesti dipikir dulu matang2. Jangan keburu cinta baru berpikir. Sy sdh cinta dg foto itu.

Post #35

Ifadah wroteon March 14, 2009 at 5:37pm

Soal memperingati maulid Nabi saw msh ada yg mengatakan bid'ah apalgi wafatnya tentu mereka akan kontra. Karena tokoh mereka banyak yg terlibat dlm peristiwa2 yg memalukan saat wafat Rasulullah saw.

Soal definisi bid'ah di kalangan mereka juga blm tuntas . Baca saja buku2 mereka soal Bid'ah. Misalnya, mereka membagi bid'ah hasanah dan bid'ah dhalalah. Padahal dalam hadis Nabi saw "Semua bid'ah dhalalah". Mengapa mereka masih membagi bid'ah ada dua macam? Itu menunjukkan definisinya tidak akurat. Yah, semua bid'ah itu dhalalah, sesat. Skrg tinggal mempertegas definisi bid'ah.

Di era derasnya informasi ini saya yakin bhw peristiwa2 memalukan itu tak akan lagi dapat disembunyikan, pasti akan terungkap. Karena itu pikiran kita harus siap mendiskusikannya.

bagi saya, sahabat itu sama dg kita sekarang: ada yg baik, ada juga yg tdk baik; ada yg malas dan bodoh, ada juga yg rajin dan pandai; ada yg jujur ada juga yg pembohong. Allah swt tdk membeda2kan makhluknya. Tergantung pada mereka dan kita mau bersungguh2 dalam belajar, memperbaiki diri, berusaha baik, jujur dan lainnya.

Semua manusia terdiri dari dua saripati: langit dan bumi. Secara saripati bumi sahabat dg kita sama. Jika hendak membedakan mereka dg kita secara saripati langit, tentu harus ada informasi dari langit yg akurat.

Post #36

Ifadah wroteon March 14, 2009 at 5:49pm

Memperingati wafat Rasululah saw akan mengungkap peristiwa2 sadis dan memilukan yg disembunyikan selama 14 abad. Mengapa peristiwa itu disembunyikan kepada kita? Agar kita tidak tahu? sekarang sdh bukan eranya menyembunyikan peristiwa penting yg mesti diketahui oleh semua umat Rasulullah saw, tua dan muda, laki2 dan perempuan.

Sekarang bukan zamannya menyembunyikan sesuatu yg penting. Ini era globalisasi dan informasi. Bagi yg ingin tahu peristiwa itu tinggal dilacak di internet, terutama melalui google.

Atau bisa baca di buku Al-Marhum yg judulnya "Saqifah". Di buku ini anda akan mendapat keterangan detail, soal sejarah dan hadis, shahih, dhaif atau maudhu'.

Buku tsb bisa didownload gratis di bagian File di Milis:
http://groups.google.co.id/group/diskusi-al-islam
http://groups.yahoo.com/group/Islamdiskusi
Cara download: Klik kanan pada nama filenya, kemudian Save Link As..

Post #37

Alfian wroteon March 14, 2009 at 9:36pm

Salam Pak Nurmansyah, saya mencoba utk menjawab yg no5 pak :

5. Katanya terjadi keributan antara keluarga Nabi saw dan sahabatnya di saat2 baru saja jenazah dikebumikan karena saling berebut kekuasaan sebagai pengganti Nabi saw. Cerita ini dasarnya katanya yg tak masuk akal dan tidak rasional. Keluarga Nabi saw itu org2 mulia juga sahabat Nabi saw orang2 yg terhormat. Mana mungkin terjadi keributan diantara orang2 yang berakhlak mulia hanya karena berebut kekuasaan. Yang berebut kekuasaan itu adalah org2 yg berakhlak rendah dan hina. Mana mungkin itu terjadi di antara mereka yg berakhlak mulia. Mereka org2 mulia dan berakhlak terpuji. Lagi pula soal politik dan kekuasaan sdh ada mekanisme dan aturannya yg diajarkan oleh Rasulullah saw kepada keluarga dan para sahabatnya.


Pak Nurmansyah, sedikit koreksi, keributan terjadi bukan setelah atau baru dimakamkan nya Nabi SAWW... selagi beliau hidup pun sdh dimulai rekayasa utk merebut kekuasaan, di indikasikan dengan ketidak taatan kepada perintah Nabi .... dengan beberapa penolakan dan pembangkangan sebagian sahabat.
Setelah Nabi meninggal dan belum dimakamkan baru lah kelihatan siapa Sutradara dan Pemeran utama yg menginginkan kekuasaan yang bukan haknya .... mungkin detailnya bapak sdh baca....

Mengenai sejarah yang tidak masuk akal dan tidak rasional......justru dgn kita diberi akal oleh Allah, kita dapat memfilter dari beberapa literatur dan menetapkan sesuatu kebenaran berdasarkan ilmu bukan dengan dogma atau katanya (tanpa mempelajari literatur terlebih dahulu)

Komentar anda : “Keluarga Nabi saw itu org2 mulia juga sahabat Nabi saw orang2 yg terhormat. Mana mungkin terjadi keributan diantara orang2 yang berakhlak mulia hanya karena berebut kekuasaan”
Saya sependapat dengan bapak jika kedua nya mulia (artinya inline dgn ketentuan dari Allah SWT).... tapi sayang nya hal ini (merebut kekuasaan) telah terjadi artinya salah satu pasti ada yang tidak mulia.... nah silahkan memikirkan siapa yg dikelompok mulia dan siapa yg dikelompok hina......pasti menggunakan akal nih.... he he.

Demikian, Wassalam

Post #38

Uliex wroteon March 15, 2009 at 10:17am

Saya Sepak dgn pak Alfian..

Post #39

NURMANSYAH wroteon March 15, 2009 at 3:02pm

Untuk Pak Alfian

Secara ilmiah dan akademis kita harus objektif dalam menilai suatu peristiwa. Kalau kita objetif dan melepaskan kepentingan kita, golongan atau mazhab, saya yakin bahwa kita akan menemukan titik kebenaran. Jika titik kebenaran objektif itu telah ditemukan, maka wajib bagi kita utk mengikutinya dengan melepaskan segala kepentingan golongan.

Dalam pemahaman saya, orang2 yang mulia, keluarga Nabi saw yg mulia dan para sahabatnya yg pilihan tidak mungkin terjadi keributan. Apalagi keributan itu dasarnya berebut kekuasaan.

Mereka adalah murid2 pilihan Nabi saw dan dididik langsung oleh beliau. Murid2 istimewa Nabi saw, dan kader2 beliau utk masa depan Islam dan umat. Mana mungkin diantara mereka ribut berebut kekuasaan. Yg jelas soal kepemimpinan dan kekuasaan, aturan dan mekanismenya sdh dijelaskan oleh Nabi saw terhadap mereka. Mana mungkin mereka tidak paham dan tidak bertanya ttgnya?

Mana mungkin keluarga Nabi saw yg mulia dan sahabat pilihan yg dijamin masuk surga tdk patuh pada aturan yg dijelaskan dan diajarkan oleh Nabi saw. Ini sangat tidak masuk akal. Atau ada beberapa kemungkinan:

1. Keributan itu sebenarnya tidak pernah terjadi, hanya direkayasa oleh org2 yg berkepentingan sesudah mereka.
2. Keributan itu terjadi di antara mereka karena salah paham, kemudian mereka saling memaafkan. Ini no problem.
3. Keributan itu terjadi di antara mereka, dan tidak saling memaafkan. Ini problem perlu dikaji ulang. Rasio kita akan mempertanyakan:
A. Informasi tentang kemuliaan mereka perlu dikaji ulang.
B. Kalau informasi ttg kemuliaan mereka itu sdh benar2 akurat, maka perlu kita pertanyakan: yang salah itu sistem pendidikannya, atau muridnya, atau gurunya. Kalau gurunya (Rasulullah saw) tdk mungkin salah, karena beliau dijamin oleh Allah swt di dalam Al-Qur'an dan hadis yg mutawatir. Sekarang tinggallah yg harus dikaji: sistem pendidikan saat itu, dan murid2nya (keluarga mulia Nabi saw dan sahabat pilihannya).




Post #40

Uliex wrote19 hours ago

Saya sependapat dan kita semua sepakat ketika dikatakan Keluarga Nabi Saww adalah orang-orang yang tidak haus akan kekuasaan karena mereka selalu mendapatkan perlindungan dan terjaga akan perbuatan dosa.

Persoalannya ketika Asumsi Bapak "NURMANSYAH" mengatakan :
Mana mungkin keluarga Nabi saw yg mulia dan sahabat pilihan yg dijamin masuk surga tdk patuh pada aturan yg dijelaskan dan diajarkan oleh Nabi saw. Ini sangat tidak masuk akal. Atau ada beberapa kemungkinan:
1. Keributan itu sebenarnya tidak pernah terjadi, hanya direkayasa oleh org2 yg berkepentingan sesudah mereka.

Jawabnya :
Kemungkinan bisa terjadi pula Rekayasa Sejarah oleh orang yang haus akan kekuasan.
Taruhlah kasus Sejarah INdonesia tentang Supersemar, G30SPKI, yang hanya terpaut kurang lebiih 53 tahun, dan para saksi-saksi sejarah yang masih hidup, apa yang terjadi ketika kekuasaan itu Jatuh mulai lah terkuak Sejarah Lain dan saksi-saksi sejarah menguak segala kebohongan yang selama ini terpendam dengan rapi terhadap anak cucu kita terlebih saya yg masih menerima apa adanya kurikulum di Sekolah ttg sejarah waktu itu.

Ini adalah contoh kasus bagaimana Sejarah Bisa diputarbalikkan dgn Kekuasaan namun tidak dapat menghapus, Kebenaran Sejarah tersebut..

Terlebih kita yang tidak hidup satu jaman dgn Nabi,.. yang rentang waktu dan zaman yang berbeda apakah mungkin Sejarah di Putarbalikkan ??????? Apakah mungkin ???

Dan yang menjad catatan :
Murid bukanlah nabi (yang terjaga akan dosa),..

Post #41

Nadia wrote19 hours ago

memang lebih baik tidak perlu dilakukan, nanti hanya akan menimbulkan beragam cara peringatan kematian yang akhirnya tidak sesuai dgn kaidah islam. kelahirannya penting kita peringati, menandakan lahirnya atau bukti kebenaran keberadaan Muhammad. saya pikir haul2 habib itupun tidak perlu. Nabi Muhammad saja tidak diperingati,kenapa harus memperingati kematian habib2?

Post #42

Januar wrote18 hours ago

Pak Nurmansyah,
Anda mengatakan,
Kita diperintahkan oleh Nabi saw agar mengikuti jejak para sahabatnya khususnya khulafaus rasyidin yang telah dijamin masuk surga. Mana mungkin para sahabat Nabi saw yg dijamin surga akan menyimpang dari kebenaran? Mereka itu sdh dijamin masuk surga, sementara kita tdk punya jaminan

Pertanyaannya:
1.Sebutkan dalilnya bahwa Nabi memerintahkan kita agar mengikuti Khulafah Rasyidin (Abubakar, Umar, Usman, Imam Ali)?
2. Sebutkan dalilnya bahwa semua para sahabat Nabi saw mendapat jaminan surga?

Post #43

NURMANSYAH wrote14 hours ago

Untu Pak Jaunuar

Dalil ttg perintah mengikuti Khulafaur Rasyidin itu banyak sekali. Baca dlm buku2 terjemahan hadis Nabi saw. Bahkan saya pernah membaca suatu hadis ttg khulaur rasyidin, Nabi saw mempertegas kalimatnya yaitu Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin. Yakni para khalifah yg memberi petunjuk dan bimbing. Ini kan sudah jelas. Menurut pak januar, siapa khulaur rasyidin? para ahli sejarah Islam mengatakan ya 4 orang tsb. Sdh jelas kan.

Adapun sahabat2 yg dijamin masuk surga banyak sekali disebutkan di buku2 terjemahan hadis, antara lain:

Sa’îd bin Zaid berkata: Aku bersaksi dengan nama Rasulullah saw bahwa sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sepuluh orang masuk surga: Nabî, Abû Bakar, ‘Umar, ‘Utsmân, ‘Alî, Thalhah, Zubair, Sa’d bin Abî Waqqâsh dan ‘Abdurrahmân bin ‘Auf.” Kemudian orang bertanya, ‘Siapa yang kesepuluh?’ Setelah ditanyakan berkali-kali, ‘Sa’îd bin Zaid’ menjawab, ‘Aku’.

Hadis ini ada dalam buku2 hadis. Tdk percaya? silahkan baca dulu dong, baru diskusi.

Post #44

Januar wrote12 hours ago

Pak Nurmansyah,
Kalau anda mengatakan dalil kewajiban umat mengikuti Khulafarusidin itu banyak, maka coba anda sebutkan satu hadisnya?..

Mengenai 10 sahabat yg dijamin masuk surga, itu kata Sa'id bin zaid, bukan kata Rasulullah saww, karena hadis ini muncul pada masa tahun 40 H - 660 M, ketika seseorg melaknat Ali bin Abi Thalib di mesjid Kufah, lalu Sa'id bin Zaid berdiri dan berkata seperti yg anda kutip diatas...... makanya pada saat ditanya berkali-kali yg ke 10 siapa?... dia agak bingung kali..yaa nyari siapa yaa... Demi menyelamatkan dirinya akhirnya dia bilang dirinya sendiri... Kalau dari Rasulullah saww, pasti tidak perlu malu2 katakan saja saya sendiri...

Kalau nama2 itu dijamin masuk surga, koq Abubakar, Umar dan Abu Ubaidah hendak membakar rumah penghulu wanita surga Fatimah Zahra as?.. Kalau Abubakar di jamin surga, kenapa dia mengambil tanah fadak milik Fatimah Zahra as? Kalau dua org di jamin masuk surga oleh Allah, tdk mungkin saling menyakiti... Tapi faktanya Abubakar dan Umar menyakiti Fatimah as setelah wafatnya Rasulullah saww... Utsman dilaknat oleh Aisyah karena nepotisme dan koruptor..

Perawi ‘sepuluh orang masuk surga’ tidak menceritakan kepada kita dalam hubungan apa Rasûl Allâh saw. menyampaikan hadis ini, dan siapa saja yang ikut mendengarkan.

Dan mengapa Sa’îd, misalnya, tidak berdiri di depan massa yang sedang mengepung rumah ‘Utsmân yang berakhir dengan pembunuhan khalîfah ketiga itu dan mengatakan kepada mereka hadis yang penting ini?

Mengapa Sa’îd bin Zaid, misalnya, tidak menasihati ‘Abdullâh bin ‘Umar agar membaiat ‘Alî tatkala terjadi pembaiatan terhadap ‘Alî sesudah ‘Utsmân terbunuh, karena bagaimanapun juga ‘Alî termasuk sepuluh orang yang dijamin masuk surga oleh Rasûl Allâh? Malah membaiat Mu’âwiyah, Yazîd dan ‘Abdul Mâlik serta Hajjâj bin Yûsuf?

Mengapa tidak menasihati ummu’l-mu’minîn ‘Â’isyah dan menyampaikan hadis itu agar ia tidak memerangi ‘Alî dan agar menetap di rumahnya sebagaimana diperintahkan Al-Qur’ân?

Mengapa pula Thalhah dan Zubair dimasukkan ke dalam sepuluh masuk surga dan bukan, misalnya, Abû Dzarr al-Ghifârî dan Hamzah paman Rasûl?

Mengapa pula Sa’d bin Abî Waqqâsh dimasukkan ke dalam Sepuluh Masuk Surga dan bukan misalnya Miqdâd atau Abû Ayyûb al-Anshârî?

Begitu pula Abû ‘Ubaidah bin al-Jarrâh, seorang penggali kubur di Madînah dimasukkan pula ke dalam Sepuluh Masuk Surga dan bukan, misalnya Salmân al-Fârisî?

Meskipun menyesal di kemudian hari Sa’d bin Abî Waqqâsh tidak mau membaiat Imâm ‘Alî sedang Rasûl mengatakan bahwa ‘barangsiapa tidak mengenal imam pada zamannya ia mati dalam keadaan jahiliah’. Dan hadis ini diakui sebagai hadis shahîh di semua mazhab?

Apakah surga ini hanya diperuntukkan bagi para khalîfah dan mereka yang ikut dalam pergolakan kekuasaan dan bukan orang-orang seperti ‘Ammâr bin Yâsir, Miqdâd, Abû Dzarr al-Ghifârî, Salmân al-Fârisî?

Bagaimana pendapat anda tentang hal ini?
Sebaiknya anda membaca buku SAQIFAH - O Hashem... disitu lengkap, dan setelah itu kita diskusikan lagi...




Post #45

Irham replied to NURMANSYAH 's post10 hours ago

dalam suatu hadits, sahabat terkenal abdullah bin mas'ud yang kurang lebih berkata: 'saya lebih senang bersumpah 10 kali bahwa rasulullah mati dibunuh dari pada saya bersumpah 1 kali berkata bahwa rasulullah tidak mati dibunuh', memang pak nurman agama ini tidak semua bisa dicerna akal tentang kejadian-kejadian ini,seperti kata bapak bahwa kalau para ulama dan habib tahu hal ini maka dia tidak mungkin menyimpannya, itu kalau kita menganggap bahwa mereka berlaku benar seperti yang bapak kira, tapi pada kenyataannya berlainan dengan logika anda.contoh yang paling gampang peristiwa G 30 S PKI....siapa yang gak tau sejarah itu... ternyata sekarang...berbalik...

Post #46

Akbar replied to NURMANSYAH 's post6 hours ago

Untuk Sdr Nurmansyah.

Anda menulis:
Saya pernah mendengar dan membaca cerita yg tidak rasional di sekitar wafat Rasulullah saw, antara lain:
1. Katanya Rasulullah saw mengusir sahabatnya dari dekatnya saat beliau sedang sakit? Mana mungkin Rasulullah saw yang berakhlak sangat mulia mengusir sahabatnya yg sedang membesuknya. Kisah ini tidak masuk akal sehat. Kita saja yg berakhlak pas2an tidak mungkin mengusir sahabat kita yg membesuk kita yg sdg sakit. Pasti kita menghormatinya, apalagi Rasulullah saw thd sahabatnya.
2. Katanya ada salah seorang sahabat Nabi saw yg mengatakan "Nabi saw sedang mengegok". Cerita juga tidak rasional. Mengapa? Krn akhlak sahabat pilihan Nabi saw tidak mungkin melakukan hal itu terhadap Nabi saw. Karena ia telah dididik Nabi saw selama bertahun2.
4. Katanya Umar bin Khottob ngamuk2 dlm pidatonya saat Rasulullah saw wafat. Mana mungkin itu terjadi. Umar itu adalah sahabat pilihan Nabi saw yg dijamin masuk surga. Ia pejuang Islam, di pedangnya Islam ditegakkan berkat didikan Rasulullah saw. Cerita itu sangat tdk rasional, apalagi Umar adalah mertua Rasulullah saw. Kita saja yg akhlaknya pas2an tdk mungkin melakukan hal di saat wafatnya mantu kita tercinta. Benar kan?

KOMENTAR SAYA:

Baca salah satu saja referensi sejarah Nabi SAAW, sebagai contoh referensi "SEJARAH HIDUP MUHAMMAD" karya Muhammad Husain Haikal tepatnya pada BAGIAN KETIGAPULUH: SAKIT DAN WAFATNYA NABI, sebagai berikut:

"Suatu hari sahabat-sahabatnya berusaha hendak meringankan
penderitaannya itu dengan mengingatkan kepada
nasehat-nasehatnya, bahwa orang yang menderita sakit jangan
mengeluh. Ia menjawab, bahwa apa yang dialaminya dalam hal
ini lebih dari yang harus dipikul oleh dua orang. Dalam
keadaan sakit keras serupa itu dan di dalam rumah banyak
orang, ia berkata:

"Bawakan dawat dan lembaran, akan ku (minta) tuliskan surat
buat kamu, supaya sesudah itu kamu tidak lagi akan pernah
sesat."

Dari orang-orang yang hadir ada yang berkata, bahwa sakit
Rasulullah s.a.w. sudah sangat gawat; pada kita sudah ada
Qur'an, maka sudah cukuplah dengan Kitabullah itu. Ada yang
menyebutkan, bahwa Umarlah yang mengatakan itu. Di kalangan
yang hadir itu terdapat perselisihan. Ada yang mengatakan:
Biar dituliskan, supaya sesudah itu kita tidak sesat. Ada
pula yang keberatan karena sudah cukup dengan Kitabullah.

Setelah melihat pertengkaran itu, Muhammad berkata:

"Pergilah kamu sekalian! Tidak patut kamu berselisih di
hadapan Nabi."

Tetapi Ibn 'Abbas masih berpendapat, bahwa mereka membuang
waktu karena tidak segera menuliskan apa yang hendak
dikatakan oleh Nabi. Sebaliknya Umar masih tetap dengan
pendapatnya, bahwa dalam Kitab Suci Tuhan berfirman:

"Tiada sesuatu yang Kami abaikan dalam Kitab itu." (Qur'an,
6:38)"

............ dst.

Jika anda tidak punya bukunya, silahkan anda baca di:
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/Wafat3.html

Memang benar pendapat anda tampak RASIONAL, dan tidak EMOSIONAL seperti yg anda katakan di akhir tulisan. Tapi anda hanya sekedar memakai RASIO tanpa bersandar melalui berbagai kisah/riwayat. Tepatnya anda menyusun tulisan tanpa referensi.

Post #47

Akbar wrote6 hours ago

Untuk Sdr Nurmansyah.

Sebagai tambahan mengenai tabiat seorang yang disebut sebagai 'sahabat' Rasulullah SAAW, silahkan anda simak:

"Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8 Juni 632 (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah), di Madinah.

Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu.

Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas mengatakan.

"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."
Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an :

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat Ali 'Imran ayat 144)
Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.

Mau cari kebenaran cerita dan mau baca referensi? silahkan buka:
1. Hayatu Muhammad, Muhammad Husain Haikal
2. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawar Chalil
4. Donner, Fred, The Early Islamic Conquests, Princeton University Press, 1981
5. Guillaume, A., The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955
Madelung, Wilferd, The Succession to Muhammad, Cambridge University Press, 1997
6. "G.LeviDellaVida and M.Bonner "Umar" in Encyclopedia of Islam CD-ROM Edition v. 1.0, Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands 1999"
7. Previte-Orton, C. W (1971). The Shorter Cambridge Medieval History. Cambridge: Cambridge University Press.

Post #48

Uliex wrote5 hours ago

Wah tanggapan yang praktis.. rasional dan argumentatif

Post #49

Zoel wrote2 hours ago

atu lagi ada kerancuan hadis 10 sahabat mengapa semua yang masuk
surga dari golongan Muhajirin dimana golongan Ansharnya ?
apakah ngga ada orang Anshar yang dijamin masuk surga ?

Post #50

Januar wrote57 minutes ago

Pak Nurmansyah,

Anda menulis:
Saya pernah mendengar dan membaca cerita yg tidak rasional di sekitar wafat Rasulullah saw, antara lain:
1. Katanya Rasulullah saw mengusir sahabatnya dari dekatnya saat beliau sedang sakit? Mana mungkin Rasulullah saw yang berakhlak sangat mulia mengusir sahabatnya yg sedang membesuknya. Kisah ini tidak masuk akal sehat. Kita saja yg berakhlak pas2an tidak mungkin mengusir sahabat kita yg membesuk kita yg sdg sakit. Pasti kita menghormatinya, apalagi Rasulullah saw thd sahabatnya.

Jawabannya saya:
Memang tidak masuk akal kita, tapi faktanya di dlm kitab2 sunni shahih bukhari dan muslim menceritakan demikian, apa anda berani mendaifkan kitab hadis tersebut, sementara ulama2 besar sunni tidak berani mendaifkan? trus kitab apalagi yg anda mau pakai sebagai acuan hadis shahih, sementara anda mengatakan harus mengikuti ulama?

Anda menulis:
2. Katanya ada salah seorang sahabat Nabi saw yg mengatakan "Nabi saw sedang mengegok". Cerita juga tidak rasional. Mengapa? Krn akhlak sahabat pilihan Nabi saw tidak mungkin melakukan hal itu terhadap Nabi saw. Karena ia telah dididik Nabi saw selama bertahun2.

Jawaban saya:
Memang tdk masuk akal juga krn kita telah di doktrin oleh guru kita sebelumnya, tapi kalau kita mempelajari dengan teliti maka faktanya demikian tertulis dalam kitab2 yg telah di shahihkan oleh ulama2 sunni seperti Bukhari dan muslim, Tirmizi, dll.
Istri dan anak Nabi Nuh saja bisa membangkan suaminya yg notabene seorg Nabi, mereka dididik dlm pendidikan kenabian bertahun tahun, apalagi cuman sahabat... Jadi mungkin saja.. Anak Nabi Adam juga demikian menjadi pengikut iblis.. Apalagi cuman sahabat... Jadi mungkin saja..

Kekerabatan Nabi tidak serta-merta dijamin masuk surga, kecuali yang menjamin itu Allah dan Rasulnya... (mengenai hadis Nabi saww yg menjamin 10 org masuk surga, hadis tersebut daif, yg mendaifkan bukan Januar, tetapi sebagian ulama2 sunni, krn dilihat dari sanat dan matannya tdk lolos dari keshahiannya, baca komentar saya sebelumnya atau baca buku Saqifah - O Hashem)

Post #51

Januar wrote30 minutes ago

Pak Nurmansyah,
Klau kita pikir dgn menggunakan logika kita, mana mungkin org yg kerja di departemen agama urusan haji itu korupsi? kan mereka sholat, ngaji, dan beribadah... mungkin gosip aja kali ya... tapi mereka faktanya terbukti korupsi... Juga kasus Ryan yg melakukan mutilasi, secara akal sehat, tdk mungkin dilakukannya sebanyak itu olehnya, lagi pula dia itu keluaran pesantren, guru ngaji, dll.. apa tdk ada hati nuraninya ketika melakukan perbuatan yg sangat kejih itu? Tapi terbukti dilakukannya...

Jadi Pak Nurmansyah,... Baca dan baca sejarah yg ditulis oleh para ahli sejarah dari bermacam-macam referensi, lalu bandingkan dgn apa yg dikatakan di Alquraan mengenai sahabat.... Menurut quraan tdk semua sahabat itu setia dan adil, dan dijamin surga.. bahkan sebagian dari mereka itu paling cendrung mengabaikan hukum2 Allah (QS-TAUBAH:97), mereka sering memutar balikkan persoalan (QS-TAUBAH:48), mereka ada yg munafiq (QS-TAUBAH:101)...

Post #52

Januar wrote23 minutes ago

Teman2 yang ada di Group ini,
Melihat pertanyaan2 Pak Nurmasyah, saya menyimpulkan bahwa beliau itu Masya Allah ilmu dan akalnya... Beliau hanya mau membuat kita membuka buka buku lagi, melatih kita utk menjawab pertanyaannya... Sementara beliau sendiri ana yakin dia lebih mengetahui dari kita tentang sejarah islam yg penuh dengan pergolakan....

SELAMAT MENJAWAB PERTANYAAN PAK NURMASYAH...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar