Jumat, 27 Februari 2009

Meneladani 6 Orang Nabi Agung



Jawaban Amirul Mukminin Imam Ali AS mengenai kekhalifahan

Sebagian orang terus mencari cari kesalahan Amirul Mukminin Imam Ali AS kala menanggapi Hadist GhadirKum yang tidak berhasil di temui ‘celah retaknya’

Sebagian lagi menebar keraguan dan Kebohongan atas Nash Mutlak tuk Wazhir Rasul Allah ini, entah demi kepentingan golongannya sendiri atau memang ingin menghancurkan ISLAM.

Sebagian lagi lebih memilih tuk mempertanyakan ‘kenapa’ ketimbang mencari jawaban ‘adakah’ dalil qathi bagi 3 khalifah mereka; Mengapa Imam Ali tidak menggugat kekhalifahan bila memang itu adalah haknya neither asking adakah Nash bagi 3 orang Khalifah…

Para Pengkaji Adil Agama ini telah faham bahwa Lisan Suci Rasul ALLAH SAWW tidak pernah menyampaikan ‘khulafaur rashidin’ karena memang 3 orang khalifah tidak pernah Beliau SAWW tunjuk sebagai Wazhir dan Penerus Kepemimpinan Illahiah. Namun bila Khulafaur rashidin adalah 12 Pemimpin Quraish maka bisa dipastikan bahwa Para Amir Suci ini adalah panduan bagi manusia tuk tetap dijalan Haq.

Dengan matan Nash Tegak Amirul Mukminin AS tidak dapat di sandingkan dengan 3 manusia biasa khalifah Islam.

Amirul Mukminin adalah Ahlul Bayt yang di suci kan ALLAH Ta’ala, Beliau adalah Pewaris Seluruh Keutamaan Rasul ALLAH SAWW kecuali kenabian. Beliau adalah Bersumber dari satu Pohon, satu Nur, satu Pokok yang sama jauh sebelum Allah Ta’la menciptakan Nabi Adam as dan menitipkannya Nur Suci ke Sulbi Nabi Adam AS.

Saya turunkan data kajian jawaban Amirul Mukminin Imam Ali as pasca Pemakaman Kekasih ALLAH, Kecintaan Langit dan Bumi, Nabi yang Sempurna, Manusia Suci yang tiada cela Rasul ALLAH Muhammad al Musthofa salallahu alaihi wa alihi wa salam

Ketika Imam Ali As ditanya mengapa ia tidak merebut haknya, bila betul khilafah itu haknya, Beliau As menjawab:

"Demi Allah, aku tidak melakukannya bukan karena pengecut, juga bukan karena takut mati. Tetapi perjanjian dengan saudaraku Rasulullah saww mencegahku. Nabi saww berkata " Hai Abul Hasan, sesungguhnya umat akan menghianatimu dan memutuskan perjanjianku. Padahal kedudukanmu terhadapku sama seperti kedudukan Harun terhadap Musa. Aku berkata, apa yang kaupesankan kepadaku Ya Rasulullah, jika itu terjadi.

Rasul Saww berkata : Jika kamu mendapatkan pembelamu, segeralah kepada mereka, memperjuangkan hakmu dari mereka. Jika tidak kamu dapatkan pendukungmu, tahanlah tanganmu, peliharalah darahmu, sehingga engkau menyusulku dalam keadaan teraniaya.

Riwayat lainDari Dialog Ali bin Maitsam ketika ditanya oleh kaum muslimin, "Kenapa Ali duduk berdiam diri tidak memerangi mereka?"

Ali bin Maitsam menjawab,

  • "Sebagaimana duduk berdiam dirinya Harun terhadap Samiri, padahal mereka telah menyembah patung anak sapi. Seperti Harun ketika mengatakan, '(Harun berkata), 'Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah.' (QS. al-A'raf: 150)
  • Seperti Nuh tatkala berkata, 'Aku ini orang yang dikalahkan, oleh karena itu menangkanlah (aku).'(QS. al-Qamar: 10)
  • Seperti Luth tatkala mengatakan, 'Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).' (QS. Hud: 80) Dan
  • seperti Musa dan Harun tatkala mengatakan, 'Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.'" (QS. al-Maidah: 25)

Ali bin Maitsam telah menukil sebuah makna dari Ucapan Imam Ali As langsung ketika Seorang sahabat Nabi bertanya kepadanya mengapa tidak memerangi 2 Orang yang telah menjadi khalifah

Kemudian Imam Ali As menjawab: "Sesungguhnya Aku mengambil teladan pada Enam orang Nabi"

  • Pertama ialah Ibrahim al-Khalil as, tatkala dia mengatakan, 'Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah.' (QS. Maryam: 48)
Jika Anda mengatakan, 'Dia menjauhkan diri dari mereka dengan tanpa ada sesuatu yang tidak disukai', maka Anda telah kafir.

Jika Anda mengatakan, 'Dia menjauhkan diri dari mereka disebabkan dia melihat sesuatu yang tidak disukai', maka washi dimaafkan.

  • Kedua adalah Luth as, tatkala dia mengatakan, 'Seandainya aku ada mempunyai kekuatan untuk menolakmu atau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).' (QS. Hud: 80)
Jika Anda mengatakan, 'Sesungguhnya Luth mempunyai kekuatan untuk menolak mereka', maka Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Sesungguhnya dia tidak mempunyai kekuatan untuk menolak mereka', maka washi dimaafkan.

  • Ketiga adalah Yusuf as tatkala dia mengatakan, 'Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku.' (QS. Yusuf: 33)
Jika Anda mengatakan, 'Nabi Yusuf meminta penjara dengan tanpa adanya sesuatu yang tidak disukai yang dibenci oleh Allah SWT', maka Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Sesungguhnya dia diajak kepada sesuatu yang dimurkai Allah', maka washi dimaafkan.

  • Keempat adalah Musa as, tatkala dia mengatakan, 'Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu.' (QS. asy-Syu'ara: 21)
Jika anda mengatakan, 'Sesungguhnya Nabi Musa as lari dengan tanpa ada sesuatu yang ditakutkan', maka Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Sesungguhnya dia lari meninggalkan mereka disebabkan mereka ingin berbuat jahat kepadanya', maka washi dimaafkan.

  • Kelima adalah Harun, tatkala dia berkata kepada saudaranya, 'Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku.' (QS. Al-A'raf: 150)

Jika Anda mengatakan, 'Mereka tidak menganggap Harun as lemah dan tidak hampir membunuhnya', berarti Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Mereka telah menganggap Harun as lemah dan hampir membunuhnya, dan oleh karena itu dia mendiamkan mereka', maka washi dimaafkan.

  • Keenam adalah Muhammad Saww tatkala dia lari ke gua dan meninggalkan saya di ranjangnya, dan saya mempersembahkan nyawa saya kepada Allah.
Jika Anda mengatakan, 'Muhammad telah lari dengan tanpa adanya sesuatu yang mengancamnya dari pihak mereka', maka Anda telah kafir.

Dan jika Anda mengatakan, 'Mereka telah mengancamnya, dan tidak ada jalan lain baginya kecuali lari ke gua', maka washi dimaafkan."

{Munadzarat fi al-Imamah; al-Manaqib, Ibnu Syahrasyub, jld. 1, hal. 270.}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar