Minggu, 04 Januari 2009

Ghadir Khum dan Saqifah

Salam,

Setelah turunnya [Q.S. Al-Maidah 67], maka kemudian Rasul SAWW menyampaikan
khutbahnya, di antara isinya yaitu :
1. Memerintahkan manusia untuk berpegang pada Al-Qur'an dan mentaati Ahlul Bait Rasul (AS) sepeninggal beliau, karena keduanya tak akan pernah berpisah sampai bertemu dengan beliau di Surga (Al-Haudh). Lihat posting saya yang bertajuk "Mentaati Ahlul Bait (AS)".

2. Mengumumkan bahwa penerus kepemimpinan beliau adalah Ali (AS) dan memerintahkan seluruh manusia untuk mengikuti kepemimpinan Ali (AS) sepeninggal beliau.
Kalimat Rasul SAWW adalah :
"Siapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka inilah Ali pemimpinnya, Ya Allah tolonglah orang yang menolong Ali, dan Musuhilah orang yang memusuhi Ali".

Tentang pengangkatan Ali (AS) telah banyak diriwayatkan oleh segala kalangan ulama, seperti ahli hadits, ahli tarikh, tafsir, dll.

Berikut referensinya.

A. Ahli Hadits :

1. Al-Hakim, dalam "Mustadrak"
2. Adz-Dzahabi, dalam "Talkhisul Mustadrak"
3. Turmudzi, dalam "Nawadirul Ushul"
4. Muslim, dalam shohihnya
5. Nasa'i, dalam shohihnya
6. Ahmad bin Hambal, dalam musnadnya
7. Muttaqi Al-Hindi, dalam "Kanzul Ummal"
8. Ibnu Majah, dalam Sunan-nya


B. Sanad periwayatan :

110 sahabat, seperti Zaid bin Arqam, Anas bin Malik, Jabir Al-Anshori, Hudhaifah bin Usaid Al-Ghifari, Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Ibnu Mas'ud, Abu Hurairah,.....dst.
[selebihnya pada kitab: "Al-Ghodir" oleh Al-Amini].


C. Pemikir Muslim :

1. Ibn Taimiyyah dalam "Al-Aqidatul Wasithiyyah"
2. Al-Ghazali, dalam "Siyar Al-Alamin"
3. Ibnu Al-Jauzi, dalam "Tazkirah Al-Khawas"
4. Ibnu Katsir, dalam "Al-Bidayah Wan Nihayah"

D. Ahli Tarikh :

1. Al-Ya'qubi, dalam tarikhnya
2. Ibn Abil Hadid, dalam tarikhnya
3. Thabari, dalam "Riyadh An-Nadhirah" dan "Al-Wilayah fi Thuruqi Hadits Al-Ghodir"
4. Ibnu Asakir, dalam tarikhnya
5. Ibnu Atsir, dalam "Usudul Ghobah"
6. Ibnu Abdil Barr, dalam "Al-Isti'ab"
7. Ibnu Abdu Rabbih, dalam "Al-'Iqd al-Farid"
8. Al-Jahidz, dalam "Utsmaniyyah"
9. Ibn Katsir, dalam Tarikh-nya
10. Ibnu Abi Hatim.
11. Ibn Mardawaih.

E. Ahli Tafsir :

1. Fakhrur-Razi, dalam tafsirnya
2. Abu Ishaq Ats-Tsa'labi, dalam tafsirnya
3. Suyuthi, dalam "Al-Hawi lil Fatawi"

F. Penyair Muslim :

1. Hasan bin Tsabit Al-Anshori
2. Abu Tamam At-Tha'iy
3. Al-Kumait Al-Asdiy

Sumber-Sumber Rujukan lain :
1. Al-Hamid Al-Husaini, dalam "Imamul Muhtadin", penerbit Yayasan Al-Hamidiy.
2. KH. Abdullah Bin Nuh, dalam "Keutamaan Keluarga Rasulullah SAW", penerbit Toha Putra.

Saat terjadi peristiwa Ghodir Khum, dimana Ali bin Abi Tholib dinobatkan sebagai Pemimpin kaum muslimin, maka Abubakar dan Umar mengatakan :
"Selamat untukmu wahai putera Abi Tholib. Kini engkau adalah pemimpinku dan pemimpin kaum mukmin dan mukminat"

Ref. ahlusunnah :
1. Ahmad, dalam Musnad, jilid 4, hal. 281.
2. Al-Ghazali, dalam "Siyar Al-Alamin".
3. Ibnu Al-Jauzi, dalam "Tarikh Al-Khawas".
4. Thabari, dalam "Riyadh An-Nadzirah".
5. Muttaqi Al-Hindi, dalam "Kanzul Ummal".
6. Tafsir Ar-Razi.
7. Ibnu Katsir, dalam "Al-Bidayah Wan Nihayah".
8. Tarikh Ibnu Asakir.
9. Habib Al-Hamid Al-Husaini, dalam "Imamul Muhtadin".
dll.

Berdasarkan keterangan saya di atas dan posting sebelumnya. Bahwa Rasul SAWW (atas perintah Allah SWT) telah mengangkat Imam Ali (AS) sebagai penggantinya.
Yang hal ini diketahui oleh Abubakar dan Umar serta semua sahabat. Bahkan mereka memberikan selamat pada Imam Ali.

Sehingga kalau kemudian terjadi peristiwa Saqifah, jelas ini bertentangan dengan wasiat dan ketentuan Rasul SAWW tersebut. Sehingga tidak ada alasan lain selain alasan politik.

Pertemuan tersebut terjadi saat keluarga Rasul SAWW masih sibuk mengurusi jenazah Rasul SAWW.

Terbukti pemilihan di saqifah tersebut telah menyebabkan perpecahan di antara sahabat. Antara kubu Sa'ad bin Ubadah dan kubu Abubakar & Umar. Saat terjadi perdebatan dan keributan di situ, lalu dengan serta merta Umar mengumumkan bahwa kekhalifahan dipegang oleh Abubakar, dan yang menentangnya akan dibunuh.
Sampai akhirnya Sa'ad bin Ubadah tidak mau sholat bersama Abubakar dan Umar.

Ref. ahlusunnah :
1. Ibn Qutaibah, dalam "Tarikh Khulafa".
2. Ibnu Hisyam, dalam "Siroh Nabawiyyah".
3. Abubakar Al-Jauhari, dalam "Saqifah".
dll.

Namun kemudian setelah peristiwa Saqifah tersebut, Umar sendiri mengatakan bahwa pemilihan Abubakar di Saqifah oleh beberapa sahabat tersebut adalah "faltah" (kesalahan), dan yang mengulangi cara bai'at tersebut mesti dibunuh, atau paling tidak bai'at-nya tidak sah (tidak diakui). Atau istilah lain, faltah yang terjadi sebagaimana faltah-nya jahiliyah.

Ref. ahlusunnah :
1. Shohih Bukhori, jilid 4, hal. 127.
2. Tarikh Thabari, jilid 2, hal. 244, bab "Saqifah".

Itulah akibat pelanggaran dari perintah Allah dan Rasul-Nya, yang akhirnya justru menyebabkan perpecahan umat sampai sekarang.

Wassalaam,

1 komentar:

  1. APAKAH SAIDINA ALI BIN ABI THALIB ‘KETURUNAN’ AHLUL BAIT?

    Dlm Al Quran yang menyebut ‘ahlulbait’, rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.

    1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah terdiri dari isteri dari Nabi Ibrahim.

    2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: ‘Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu ‘ahlulbait’ yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah meliputi Ibu kandung Nabi Musa As. atau ya Saudara kandung Nabi Musa As.

    3. QS. 33:33: “…Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu ‘ahlulbait’ dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna para ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW.

    Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 maka penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. para isteri dan anak-anak beliau.

    Jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas dan bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait tersebut sifatnya menjadi universal terdiri dari:

    1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW, sayangnya kedua orang tua beliau ini disaat Saidina Muhammad SAW diangkat sbg ‘nabi’ dan rasul sudah meninggal terlebih dahulu.

    2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW, tapi sayangnya saudara kandung beliau ini, tak ada karena beliau ‘anak tunggal’ dari Bapak Abdullah dengan Ibu Aminah.

    3. Isteri-isteri beliau.

    4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau yang berhak menurunkan ‘nasab’-nya, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.

    jelas bahwa Islam tidaklah mengambil garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam.

    Lalu, apakah anak-anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali boleh kita anggap bernasabkan kepada nasabnya Bunda Fatimah?. ya jika merujuk pada Al Quran maka anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali tidaklah bisa mewariskan nasab Saidina Muhammad SAW.

    Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib, anak paman Saidina Muhammad SAW, ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah beliau bukan termasuk kelompok ahlul bait. Jadi, anak Saidina Ali bin Abi Thalib baik anak lelakinya mapun perempuan, otomatis tidaklah dapat mewarisi tahta ‘ahlul bait’.

    Kesimpulan dari tulisan di atas, maka pewaris tahta ‘ahlul bait’ yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya Saidina Hasan dan Husein bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.

    BalasHapus